43

603 21 0
                                    

"Za, elo?"

Virza mendengus.

"Diem aja udah, gak usah banyak bacot lu." balasnya tenang.

"Kenapa?" tanya Klaus penasaran.

Zahra kemudian merogoh isi asoi itu lalu mengeluarkan selembar kertas foto, dan menghadapkannya kearah suaminya yang hanya bisa melebarkan sedikit mata kalemnya itu.

"Kau hamil lagi, Za? Dan serius, itu kembar tiga?" tanya Klaus penasaran dengan foto yang berupa hasil cek USG tersebut, Virza mengangguk pasti.

"Itu faktanya, Luci bilang kami keliatan kayak kejar tayang gitu masalah anak ketimbang kalian berdua. Sebenernya nggak, tapi ya ituu ..."

Tatapan sudut pandang Virza yang menatap Leo pun membuat lelaki itu mulai bercucuran keringat, lalu menghela nafas berat.

"Itu salahku." cicitnya.

Zahra menggeleng kepala.

"Dasar, kalau bukan keluargaku udah ku damprat, tau?" sebalnya.

Klaus pun akhirnya mulai berfikir jika ada baiknya ia dan Zahra menambah anak sekarang seperti kedua sepupunya itu.

"Ya udah. Udah terlanjur jadi, lagian udah dipercayain lagi kalo lo nambah anak begono, gak bisa nego juga kan?"

Virza mengangguk, menyetujui ucapan Zahra.

"Udah tau tips kerja selama hamil kan?"

"Udeh." balas Virza sambil mengambil asoi dan foto yang dipegang sepupunya kemudian memasukkannya kedalam tas selempangnya.

"Yang lain gak usah tau dulu, termasuk ortu lo, Ra."

Zahra menatapnya heran.

"Kenapa?"

"Bokap lo kan heboh, ogeb."

Ia manggut-manggut.

"Jane?"

"Gak usah juga, biarin deh."

Selang beberapa saat kemudian, sebuah ledakan besar diluar kantor membuat area sekitar terkena dampaknya termasuk kantor Libra.

Tekanan udara yang kencang akibat bom yang dilayangkan membuat seluruh kaca kantor pecah dan berserakan seketika, dan angin itu membuat Zahra serta Virza loleng, terutama Virza yang tak mampu menahan beban badannya dikarenakan efek kehamilannya.

Tubuhnya melayang, dengan cepat Klaus langsung meraih tubuh gadis itu setelah meraih Zahra kedalam pelukannya, sebelum tubuhnya mendarat dengan mulus diatas lantai sehingga akan menyebabkan sesuatu yang akan berdampak buruk pada dirinya serta si trio.

"Virza! Kau tak apa!?" panggil Leo sambil berlari mendekat ketika melihat istrinya berada didalam pelukan sang ketua yang melindunginya berdua dengan Zahra saat ini.

"Za, gapapa kan lo?" tanya Zahra yang ikutan panik didalam pelukan sang suami saat ini sambil meraih tangan sepupunya.

Virza tersenyum kecut dibalik wajahnya yang sedikit pucat.

"Mungkin pengaruh efek hamil si trio kali, agak oleng juga ujung-ujungnya. Dulu pas si duo juga gak pernah segini nya pas awal-awal hamil. Kalo nggak sih, gapapa juga tadi."

Zahra mencelos sambil memutar sebal kedua bola matanya. Lalu menghempas pelan lengan sepupu nya yang tadi ia pegang dengan gemas.

"Sok tegar, bangsat njir."

"Bacot, sampah. Diem gak, ato gue colok mata lo? Apa minta ditabok?" ancam Virza balik.

Klaus yang menggendong keduanya ditambah Leo yang mendengar itu pun hanya bisa menghela nafas kelakuan istri mereka yang tak henti-hentinya berdebat dan berkata hal-hal yang tak semestinya untuk anak gadis seumuran mereka, biarpun udah jadi ibu muda.

Virza's Destiny [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang