#Part 8

10 0 0
                                    


Acara pun berakhir ditutup dengan sangat meriah, dan kita selfie bersama di tengah-tengah keramaian. Terlihat pada hasil fotonya disini Erick terlihat berbeda tak biasanya. Tapi aku berusaha untuk positif thinking dengan apa yang terjadi. Dan tak biasanya Erick bertingkah aneh padaku seakan meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Kami pun pulang dengan berbasah-basahan di terpa angin dan waktu menunjukan pertanda bahwa hari akan berakhir. Suasana senja menyelimuti mata kami seakan kami menatap matahari terbenam. Saat perjalanan menuju pulang Erick sedikit oleng saat membawa motor bersamaku. Aku terkejut bukan main dia hampir saja menabrak orang yang sedang menyebrang padahal lampu rambu lalu lintas memperingatinya dengan warna merah. Aku berusaha meyakinkan keadaannya tapi ia tetap menjawab dengan tersenyum seakan baik-baik saja.

Terasa olehku badannya mulai sedikit mengigil kedinginan. Akupun memeluknya agar tak kedinginan, dan berusaha untuk tetap menghangatkannya. Saat berboncengan dengannya jantungku terasa berdebar ditambah rasa khawatir tentang apa yang terjadi tadi. Erick pun merasa sedikit gugup saat aku peluk dia dari belakang, dia pun merasakan hangatnya pelukanku dengan nyamannya. Tibalah aku di depan rumah, bersama Erick dan sahabatku yang lainnya. Akupun mengucapkan selamat tinggal dan berterima kasih untuk waktunya hari ini.

" Thanks guys!!" sahutku senang.

" Yoi sama-sama thanks juga Sya!" jawab mereka sambil pergi.

" Thanks juga Rick. Hati-hati dijalan." Sahutku sedikit khawatir pada Erick.

" Iya Sya, sama-sama..siapp!" jawabnya tersenyum dan pamit pulang.

Seakan tak ingin diketahui oleh Bunda ataupun yang lain di rumah, aku masuk dengan mengendap-endap tanpa suara. Membuka sepatuku dan berusaha untuk tidak ada suara sedikitpun. Tak disangka-sangka ternyata ada kakakku sedang menonton tv di ruang tengah. Tak ada jalan lain ke kamar ku selain melewati ruang tengah. Aku panik dan hampir menyenggol vas bunga yang terbuat dari kaca. Sebelum itu terjadi untung saja aku langsung menangkapnya sebelum terjatuh. Dan hal itu menimbulkan kecurigaan kakakku, ia langsung menengok kebelakang dan aku langsung bersembunyi di belakang sofa yang kakakku duduki. Dan pada akhirnya aku berusaha untuk bersembunyi aku malah ketahuan oleh kakakku.

" Abis dari mana lo?" tanya kakakku tiba-tiba.

" Hihiii.." aku hanya tersenyum dan terkejut.

" Baju basah, jam segini baru pulang! Ohhh.. lo pasti udah nonton konser musik itu kan bareng temen-temen lu yang bodoh!" bentak kakakku.

" Stop ngatain sahabat-sahabat gue bodoh! Yang bodoh tuh lu sendiri! Buat apa lu abisin hidup lo dengan minum-minuman keras hahh!" jawabku emosi.

" Dari mana lo tahu itu! Hidup-hidup gua!!" jawabnya risih.

" Gue liat lo di club lo yang ga jelas itu! Dan ini juga hidup gue, lu ga berhak ngatur-ngatur!!" jawabku emosi dan pergi ke kamar.

" Rasya!! Lo harus jelasin ini!!" teriak kakakku.

Aku pun tak mendengar apa yang kakakku ucapkan, langsung saja masuk ke kamarku tanpa sepatah katapun dan langsung menutup pintu dengan sangat keras. Dengan sangat menyesal aku berbicara dengan kakakku yang so' mengatur hidupku sedangkan hidupnya sendiri lebih buruk dariku. Dan aku paling ga suka bila sahabat-sahabatku dia rendahkan. 

SolidaritasWhere stories live. Discover now