#Part 16

4 0 0
                                    

Dan hari itu adalah pertama kalinya aku hampir berbuat kerusuhan untuk yang kesekian kalinya. Aku rasa peristiwa ini pasti tak akan lama bisa sampai ke telingan guru BK atau pak Burhan. Dan akhirnya seperti dugaan ku hal itu memang terjadi. Untuk kesekian kalinya aku harus masuk ruang BK lagi, ntahlah betapa bosannya orang disana melihatku. Tak hanya aku yang dipanggil ternyata sahabatku juga. Ku kira kami dipanggil karena keributanku dengan Salsa di toilet. Padahal jika memang Salsa mengadu pada pak Burhan, ga mungkin sahabatku ikut dipanggil juga karena yang punya masalah hanya aku dan yang bersangkutan.

"Kalian ini, masih SMA, masih muda tapi BERANDAL!!"

"Kalian tau apa yang membuat saya memanggil kalian kemari?! Muak saya lihat muka kalian yang kusut itu di ruang ini!" tambah pak Burhan.

"Udahlah pak langsung aja intinya, bapak mau hukum kami lagi kan?" cetus Randy.

"Diam kamu! Saya tidak suruh kamu bicara!"

"Terus mau bapak gimana?" tambah Beni.

"Kalian kira saya tidak tau apa?! Kalian telah mencoreng nama sekolah ini. Kalian tau bagaimana pandangan masyarakat dengan sekolah ini hanya karena kelakuan tak bermoral! tak berpendidikan! Berandalan! Dari muda-mudi seperti kalian ini!! (sambil menarik kerah baju kami satu-satu)"

"Maksud bapak? Kami mencoreng nama sekolah?" tanyaku heran.

"Lihat tv itu berita apa yang mereka bawakan?! Hah!"

Kami hanya terdiam ternyata peristiwa tawuran kami kemarin di tayangkan dan menjadi topik terhangat baru-baru ini. Pantaslah pak Burhan sangat marah. Dari situ kami hanya memandang satu sama lain karena menyadari memang kami yang salah. Dan kemudian pandangan kami langsung tertuju pada Adam karena dia awal permasalahan.

Kasus ini bertambah dengan datangnya pihak kepolisian ke sekolah. Semua siswa yang ikut terlibat tawuran pada tempo itu seketika panik bahkan banyak yang kabur dan bersembunyi. Dan semua menunjuk kami sebagai provokator, terpaksa aku dan sahabatku harus bertanggung jawab. Semua siswa yang terlibat dikumpulkan di lapangan, betapa banyaknya yang terlibat dan yang lebih parahnya lagi hanya aku satu-satu nya perempuan diantara mereka. Kami semua jadi tontonan siswa lain, dan kami semua harus menerima hukuman lari 100 keliling dan 200 kali skotjam di bawah teriknya matahari. Dan tiba-tiba pandangan ku tertuju pada Erick yang sepertinya sedang memperhatikan seseorang. Tak banyak berpikir aku kembali menjalani hukumanku.

Hari yang sangat melelahkan dan hukuman itu hampir membuatku pingsan. Tak cukup puas pa Burhan menghukum kami, dia menambah dengan memanggil orang tua kami. Semua siswa yang bersangkutan aman untuk hal ini tapi berbeda dengan kami yang harus membawa surat panggilan orang tua dari BK. Aish..sungguh sial untuk hari ini.

Sesampainya di rumah aku langsung membantingkan tubuhku ke atas kasur dan melepas semua atribut sekolah. Keringatku masih membasahi bajuku dan rasanya bau sekali. Inginku segera mandi tapi badan ini sudah tak sanggup untuk berdiri lagi karena lemas. Malas sekali untuk membuak mata walau sekejap rasanya kelopak ini berat. Tapi tiba-tiba mataku terbuka lebar dan dahi ku berkerut karena penasaran tentang "Apa yang menyebabkan Erick memandangnya begitu lama? Sesuatu seperti apa itu? Ataukah itu hanya pikiranku saja yang kepo? Apa jangan-jangan dia..?" ah banyak sekali pertanyaan di pikiranku, dan itu membuatku malah tambah pening.

Terbangunkan karena hal itu tiba-tiba pandanganku teralihkan oleh sepucuk surat dengan stempel lengkap dari sekolah dia atas meja. "Aaahhh..Shitt! hari ini gue bakal denger ceramah lagi." Gumamku kesal. Ntahlah sudah tak terbayang lagi jika bunda melihat ini. Dan yang pastinya dia akan nyerocos ngomel sampai 4 jam. Sebelum mandi aku pun turun dan memberikan surat sial ini ke bunda. Kebetulan hari itu bunda sedang ada di rumah bersama Reynan. Tak banyak bicara aku langsung menyerahkan surat itu dan karena kupingku tak ingin mendengar cerocohan bunda akupun langsung pergi mandi.

"Bun ada surat dari sekolah."

"Surat apa ini?"

"Baca aja bun. Rasya mau mandi gerah."

"WHAT!! Surat panggilan orang tua?! Hhhhmmm anak itu pasti membuat masalah lagi di sekolah." Gumamnya jengkel.

"Kenapa bund?" tanya lembut Reynan.

"Ohhh ga papa sayang, bunda cuma kaget." Lerainya.

***

SolidaritasWhere stories live. Discover now