#Part 12

6 0 0
                                    

Saat mentari mulai memancarkan sinarnya pagi yang hangat menyambutku, saat aku membuka mata dari tidurku yang lelap. Terbangun dengan bekas luka pada kaki dan tanganku yang tak kurasa sebelumnya dan pada saat aku terbangun dari tidurku, luka itu terasa sangat perih dan seakan tangan dan kakikku membesar dan mengecil. Pagi itu bangun telah disambut oleh Bunda dan kakakku untuk siap sarapan. Saat sarapanpun terngiang dalam pikiranku tentang Randy dan Erick saat tadi malam. Dua sahabatku ini membuatku bingung karena hanya mereka berdua yang selalu ada dalam pikiranku.

Setelah menyelesaikan sarapan aku langsung pergi ke rumah sakit dan haripun masih pagi. Dengan bantuan pak Rahmat supirku aku bisa berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan sedikit perih karena luka di tangan dan kakiku. Saat sampai di ruang Erick, terdapat orangtuanya tengah berbincang-bincang. Ditengah-tengah perbincangan itu datanglah aku dengan wajah berseri-seri menyapa hangat dengan senyuman di pipiku yang manis. Orangtuanya menerima sapaanku dengan ramahnya, saat itu orangtua Erick ada keperluan sebentar untuk keluar, mereka malah menitipkan Erick padaku. Saat memasuki ruangan terdapat Erick yang masih terbaring dengan gadgetnya, hari ini dia terlihat lebih baik dari semalam.

" Rasya? Sejak kapan lo disini?" tanya Erick.

" Barusan sih, gimana keadaan lo sekarang?" tanyaku menanyakan kabar.

" Udah mendingan kok, meskipun masih agak lemes." Jawabnya tersenyum.

" Ohh..syukur deh kalo udah lebih baik." Sahutku tersenyum.

Setelah lama berbincang-bincang dengan Erick tiba-tiba datanglah Randy diikuti Beni dan Adam. Dengan sapaan hangat dari mereka aku merasa sangat senang akan hal ini apalagi jika meliahat Erick tersenyum seakan dunia indah. Ntah mengapa aku sangat terkesima dengan senyuman Erick yang begitu menawan dan sangat menggoyahkan hati ini. Saat berada disekatnya seakan jantung ini berdebar sangat kencang dan tak biasanya seperti ini seakan menjadi gugup dan mati kata saat dia melontarkan kata-kata manis. Betapa tidak yang ada dalam pikiranku saat ini adalah bayangan wajahnya yang sangat tampan dan memikat hati perempuan tapi disisi lain aku bercermin dan menayadari bahwa rasanya tidak mungkin aku menyukainya karena dia sahabat dekatku dan sahabat yang sangat baik.

Sesaat memandang wajahnya dengan suasana rumah sakit yang tak terlalu ramai membuatku semakin ingin memandangnya lebih lama. Tapi hal itu tak berlangsung lama karena hadirnya Randy yang selalu mengangguku. Dia sangatlah jahil dan tak tau dengan apa yang aku rasakan saat itu. Begitulah kebiasaan Randy saat menggangguku bukan hanya pada saat forum bercanda tapi diluar itu dia sering membuatku jengkel dan terkadang rasanya ingin aku menghempasnya jauh dariku. Tapi bagaiamanapun juga dia tetap sahabatku yang paling menjengkelkan dan paling risih aku melihatnya. Karena hari ini adalah hari libur aku memutuskan untuk pergi mencari udara pagi yang segar di taman sekitar kota, walau tanpa hadirnya Erick.

Kali ini kita hanya berempat biasanya kita berlima tapi kali ini sehubung Erick masih sakit jadi kita mengisi waktu luang kita dengan menikmati indahnya taman disekitar ibu kota ini yang sudah mulai ramai dengan suara bising para pengendara jalan raya. Karena semakin lama rasanya telinga kami bising dengan suara tersebut dan akhirnya kita memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Hampir seharian kami menemani Erick di rumah sakit sampai dia benar-benar sembuh total. Saat sore menjelang aku memutuskan untuk pulang ke rumah karena aku tahu Bunda pasti sudah menungguku. Aku berpamitan pulang dan Erick membalas senyumanku dengan manisnya dan berkata " hati-hati di jalannya Sya, salam untuk Bunda mu."

Tak ada kata lain yang akan terucap selain senyuman manis yang ku berikan padanya. Sambil berjalan pergi menjauh darinya perlahan seakan kaki ini tak ingin untuk melangkah keluar pintu. Ntah apa yang terjadi, aku sendiri tak mengerti kenapa menjadi seperti ini. Seakan tak ingin rasanya meninggalkan tempat ini, tapi Bunda pasti sudah menantiku untuk segera pulang ke rumah. Waktu rasanya berputar terlalu cepat sehingga tak ku rasa sudah larut rasanya aku puas di luar rumah. Mungkin hanya menunggu hari esok untuk dapat kembali ke tempat dimana Erick berada.

***

SolidaritasWhere stories live. Discover now