#Part 21

5 0 0
                                    

Tiba-tiba aku terbangun dengan cepatnya saat melihat seorang siswa perempuan mendekati Erick. "What?! Siapa tuh yang ngedeketin Eirick? Wah dia ngasih air mineral tuh ke Erick. Dan Erick menerimanya.." gumamku dalam hati sambil mengintip dibalik buku-buku. Dan ternyata siswa perempuan itu adalah Devina murid baru yang sangat populer begitu dia masuk ke sekolah ini karena kecantikannya. Tiba-tiba saja aku merasa tidak nyaman melihat Devina memberikan minuman pada Erick. Dan itu terlihat seakan dia mencuri perhatian dari Erick dan anak-anak lainnya. Hhhhmmm.. apa yang sebenarnya aku rasakan ini? Ini sungguh membuatku sangat tidak nyaman.

Dan kemudian aku melanjutkan merapikan buku-buku menyebalkan ini dengan sedikit kasar. Hatiku mendadak menjadi tidak karuan dan tingkat emosiku menjadi tidak stabil. Apa ini yang dinamakan cemburu? Ahh itu tidak mungkin. Aku mencoba untuk menghibur hatiku dengan cerocosan emak-emak yang ga karuan. Lelah ku menjadi semakin berkobar setelah melihat Erick dan Devina, ah rasanya inginku merebut air mineral itu dan langsung ku minum didepan mereka. Tapi itu sangat brutal dan aku akan kelihatan sangat bodoh dihadapan Erick. Sesaat aku melamun dan tak sadar tiba-tiba aku terkejut Erick sudah ada disebelahku dan dia menawarkan minum. Tadinya aku merasa sangat terkejut sekaligus terharu ternyata dia sangat perhatian padaku.

"Nih..Lo pasti haus juga." Tawarnya tiba-tiba.

Aku melamun sekejap dan tanpa ragu tanganku mengayun kedepan seakan menyambut air bagai menerima bunga dari Erick. Tiba-tiba cahaya sangat terang menerangi wajah Erick bagai adegan romantis dalam sebuah drama Korea. Tetapi tiba-tiba pikiranku konslet dan baru tersadar bahwa minuman itu pemberian Devina untuk Erick. Dengan sigap ku tarik kembali tangan ku.

"Ohhh ga usah Rick gue ga haus ko!" reflek so tegar.

"Yakin ga mau? Ini seger loh. Gue tau ko lo pasti haus daritadi lo nyerocos mulu karena lelah kan?" mencoba memaksa.

"Gak usah. Gue bisa bertahan tanpa air selama sehari ko."

"Wah hebat banget lo. Udah kaya unta aja. Ya udahlah gue abisin aja lagian Beni, Randy sama Adam udah minum ini."

Lalu Erick pergi sambil meminum air yang diberikan Devina itu dengan santainnya. Sesaat tenggorokanku yang sangat kering semakin tandus karena menolak tawaran air dari Erick. Aku tertunduk lesu karena kekeringan yang melanda tenggorokan dan hatiku. Seandainya air itu bukan pemberian dari perempuan lain mungkin aku akan meminumnya walau setetes, tetapi mnegingat itu dari Devina membuatku ingin membuangnya langsung. Ahh apa yang sudah aku lakukan ini? Aku mempertaruhkan tenggorokanku hanya untuk gengsiku ini. Karean bibirku mulai kering dan bahkan seakan sulit bernafas karena kehausan, tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke kantin.

Sesampainya di kantin aku tak sanggup lagi dan langsung menabrak antrian dan memesan es jeruk. Hal ini membuat para siswa ada yang jatuh tertabrak dan merasa kesal tetapi aku tak menghiraukannya. Yang lebih penting saat ini adalah tenggorokanku bisa basah kembali. Aku menyedot air jeruk tanpa henti hingga memesannya lagi, ahh lega nya saat air ini mulai mengalir ke tenggorokanku. Aku merasa bagai berenang dibarengi hujan di padang pasir yang sebelumnya tandus. Aku terkejut bukan main ternyata aku menghabiskan 5 gelas besar es jeruk saking hausnya. Dan aku lupa bahwa fakta mengatakan aku tak punya uang jajan lebih untuk membayarnya karena dari kemari aku tidak pulang ke rumah.

"Ahhh shitt! Uang gue cuma ada 5.000, sedangkan nih es jeruk 25.000 semuanya." Gumamku ngenes dalam hati. Bingung karena harus bayar pake apa masa iya gue harus ngutang lagi ke kantin.

"Bi, nih bayar." Gemetar karena uangnya ga cukup.

"Apaan nih Cuma goceng!! Eh lu kata nih kantin punya nenek moyang lu Sya! Eh lu udah abisin 5 gelas!" teriak Bibi kantin.

"Nanti saya bayar Bi. Hari ini ngutang dulu boleh kan?"

"Utang lu bulan lalu juga belum dibayar sampe sekarang! Lo bilang mau ngutang lagi!! Enak aja. Atau gini aja deh lu bayar pake HP itu tuh."

"Enak aja!! Nih Hp saya satu-satunya Bi! Sangat berharga lagian mahalan HP saya daripada utangnya." Cetusku marah.

"Ya udah kalo gitu lu bayar cepet! Atau gue laporin ke kepala sekolah!"

Tiba-tiba sahabatku datang..

"Berapa Bi semuanya es jeruk yang dia minum? Biar saya yang bayar sekalian hitung juga sama utangnya."

"Ohh Erick! Ga usah Rick.."

"Ga papa lagian juga lu kan dari kemarin ga pulang ke rumah. Dan tadi lo bilang bisa nahan haus tanpa air sehari juga kuat." Sedikit meledek.

"Hihiiiii.. sorry ternyata gue ga sekuat unta Rick. Thanks yak."

"Hhhmmm gini nih tukang nyusahin mah." Cetus Beni.

"Hehe.. gapapa ya kan sesama teman harus saling bantu ya kan Rick." Sahutku manja pada Erick.

SolidaritasWhere stories live. Discover now