#Part 17

6 0 0
                                    

Keesokan harinya seperti biasa rutinitas ku berangkat sekolah dan melewatkan sarapan karena kesiangan. Dan untungnya kali ini aku bisa melewati gerbang mengerikan itu dan hari ini aku berangkat bersama bunda karena dia harus memenuhi panggilan pak Burhan. Rasanya canggung sekali duduk di mobil beresbelahan dengan bunda. Ntahlah aku merasa duduk disebelah orang asing. Dan ya seperti dugaan ku dia hanya akan memeprhatikan gadget nya dibandingkan membuka pembicaraan bersamaku, ibu macam apa dia?

Aku sedikit batuk untuk mencari perhatiannya karena aku ini anaknya dan sama sekali bukan patung baginya. Dan akhirnya caraku berhasil membuat dia berhenti menatap layar gadgetnya.

"Ohh iya. Untuk apa sekolah memanggil bunda..?"

"Itu karena..."

"Hallo? Iya pak? Sebentar ya sayang bunda angkat dulu telpon."

Pembicaraan ku terhenti karena bunda harus menerima telpon dari kantornya. Dan hal itu sangat menyebalkan bagiku akupun memukul jok depan karena kesal dan pak Rahmat sedikit terkejut ketika sedang menyetir. Sesampainya di sekolah tak banyak bicara akupun langsung turun dari mobil dan langsung pergi ke kelas. Aku tak menghiraukan bunda berkata apa dengan polosnya aku pergi tanpa pamit, tapi sepertinya bunda sudah memaklumi hal itu.

Ketika melewati ruang BK ternyata sudah terdapat orang tua dari Beni, Adam, Erick dan Randy. Terlihat skpresi panik dari sahabatku itu karena mereka pikir ini adalah hari terakhir mereka berada di sekolah.

"Kamvret gue khawatir nih nyokap gue di ruang BK. " cetus Adam.

"Bisik lo Dam, bukannya udah biasa ya orang tua kita langganan ruang BK." Jawabku santai.

"Wess bener tuh apa kata si Rasya, nyokap gue aja bilang dia udah bosen menuhi penggilan pak Burhan." Tambah Randy.

"Ooyy Rick lo gapapa?" tanya Beni.

"Gapapa apanya? Ga jelas apa ekspresi gue kalo gue cemas." Jawabnya.

"Hhhmmm yaelah mo gimana lagi kita Rick." Cetusku.

Tiba-tiba seorang guru datang menggantikan pak Burhan dengan membawa seorang perempuan yang belum pernah kita temui di skeolah ini. Guru itu pun mempersilahkan perempuan itu untuk memperkenalkan diri. Semua pandangan tertuju padanya sejak dia pertama melangkahkan kaki masuk kelas ini. Apalagi siswa laki-laki langsung terpelongo memandangnya dan sudah pasti mata sahabatku paling jeli.

"Whhhoaaa...cewe cantik bro." Cetus Beni.

"Gue ga lagi di surga kan?" tambah Adam.

"GG bening banget tuh cw." Tambah Randy.

"Cantik darimana sih lo pada nih lebay banget sih, orang tuh cewe biasa aja ko!" cetusku risih karena Erick memandangnya tanpa berkedip.

"Aishh.. jelas-jelas di bagai bidadari Sya. Shutt jangan berisik." Jawab Adam.

"Perkenalkan nama saya Devina Rowles, panggil aja Devina. Saya siswa pindahan dari London. Semoga kalian semua dapat menerima saya dengan baik di kelas ini. Ada yang ingin ditanyakan?"

"Devina alamat rumah kamu dimana? biar nanti abang Beni bisa anterin pulang." Rayu Beni.

"Alamat rumah saya di Jl.Mawar blok B nomor. 193." Jawabnya.

"Devina kamu udah punya pacar belum?" tanya Adam.

"(Jawabnya hanya tersenyum)"

"Kalo belum, boleh dong aku daftar jadi calon pacar kamu. " gombal Adam.

"Wwuuhhhh.." semua siswa menyurakinya.

"Devina, nomor telpon kamu berapa? Biar nanti kalo kamu butuh aku, aku siap dateng kok." Tambah gombalnya Randy.

SolidaritasWhere stories live. Discover now