#Part 28

3 0 0
                                    


Hukuman itu berjalan hingga waktu istirahat berlangsung, sehingga banyak siswa yang melihat kami. Begitupun Devina dia melirik ke Erick dengan pandangan sayu nya, dan itu membuatku merasa tidak nyaman. Namun ketika Devina menyadari bahwa aku sedang mengamatinya dia langsung memalingkan pandangannya dan langsung pergi. Terlebih lagi posisi kelas kami berada ditengah-tengah sehingga semua bisa melihat kami mulai dari kelas lantai atas. Tanganku sudah sangat pegal menahan kursi dikepala, jika bukan karean mulut receh Randy kita gak akan berakhir seperti ini. Sudah biasa aku dan teman-temanku dihukum dan menjadi sorotan semua siswa disekolah. Dan aku menjadi pusat perhatian juga bagi kakak kelas, terutama keempat sahabatku ini terutama Erick. Banyak kakak kelas perempuan berbondong-bondong menyemangati Erick dan lebih mengejutkan lagi ada juga yang menyemangati Randy dan Beni.

"Mereka kenapa Ga?" tanya kak Fathur ketua OSIS diskolah saat melintas didepan ku.

"Mereka itu dihukum sama pak Burhan. Emang udah langganan, jangan deketin mereka Thur. Mereka ini preman, yang suka bikin rusuh. Kasus tawuran sekolah kita waktu itu juga ulah mereka." Bisiknya sambil memandang rendah kita.

"Apa lo liat-liat!" cetus Beni.

"Biasa aja dong kak liatnya. Kalo ada yang mau diomongin, kita omongin baik-baik." Cetus ku.

"Udah jangan ditanggepin." Ujar Erick.

Sepertinya kita berlima memang terkenal dengan kenakalannya, aku rasa guru-guru pun sudah muak dengan kelakuan kita. Aku sempat berpikir kalau diantara kita berlima hanya Erick yang sebenarnya dia itu tidak nakal, hanya saja kelamaan bersama kita ya begitulah dia sekarang. Setelah hampir satu jam akhirnya kami terbebas dari hukuman pak Burhan. Pegal rasanya tangan dan kaki ku, setelah hukuman berakhir aku langsung meregangkan badanku. Dan saat jam pelajaran selanjutnya masuk, aku dan sahabatku pergi ke kantin untuk membasahi kerongkongan kami yang tandus. Saat teman-temanku sedang asyik memesan makanan dan minuman, tiba-tiba seseorang datang menghampiriku.

"Permisi, Rasya kan? Anak kelas 10A?"

"Iya. Ada apa ya? Oh lo kan ketua OSIS itu kan?" tanyaku balik.

"Iya, namaku Fathur. Aku Cuma mau ngasih tahu kalau nanti sekolah kita bakal mengadakan acara Pentas Seni. Agar acaranya meriah kita bakal mengundang sekolah tetangga juga. Ada beberapa bidang yang akan dipentaskan diantaranya ; seni tari, musik, teater, pameran dan ada juga bazar dan lain-lainnya. Aku harap kamu ikut berpartisipasi dalam acara ini. Kamu bisa ajak teman-teman mu gabung juga." Jelas kak Fathur.

"Ohh oke-oke kak."

"Kalo kamu minat kamu bisa hubungi kontak dibawah ini. Atau kamu bisa bilang langsung ke aku juga ga papa."

"Oke-oke."

"Waduhh bisa rame juga nih kalo si musuh yang udah gebukin gue waktu itu bikin ulah. Mana sekolah kak Adrian juga datang lagi. Ah shit." Cerocosku dalam hati.

"Wohooo ngapain tuh si anak capung datangin lo Sya?" sahut Beni risih.

"Jangan-jangan dia nembak lo Sya?" cetus Adam.

"Apaan sih Dam lo ngaco banget."

"Apa ketos cupu itu gangguin lo Sya? Wah berani banget tuh anak. Ahaaa gak takut gue meskipun dia kelas 12, bisa gue turunin jabatannya tuh kalo sampe dia ngapa-ngapain lo Sya." Sahut Randy.

"Apaan sih Rand, lebay tau gak. Tadi dia nawarin gue buat ikutan Pensi." Jelasku.

"Gimana kalo kita ikutan aja." Saran Erick.

"Bisa apa kita Rick? Kalo soal bentrok kita paling jago." Cetus Beni.

"Kalo gue mau ikut teater aja deh. Lo pada mau ikut kagak?" cetusku.

"Kalo teater gue mau Sya, secara..artis terpopuler seperti gue ini pasti bakal tampil keren." Sahut Adam dengan percaya diri.

"Ya udah deh gue juga ikut. Gak punya bakat lagi selain nonjokin orang." Cetus Beni.

"Rick lo gimana?" tanya Randy.

"Gue ikut yang lain aja deh." Jawabnya.

"Ah ga ada inisiatif banget sih lo pada, gue mau ikut seni musik aja. Lumayan juga kan suara emas gue dan bakat gue main gitar juga oke." Cetusnya.

"Oke deh sepakat nih ya. Gue bakal daftarin kita ke ka Fathur langsung." Sahutku sambil pergi.

"Eh lo mau nemuin tuh si cupu Sya?" tanya Randy.

"Yaiyalah, dia kan ketua OSIS nya. Lagian males kalo gue daftar lewat telpon. Sayang pulsa."

"Sya kalo, tuh orang genit-genit sama lo. Panggil gue yak." Cetus Beni.

"Ya udah kita balik ke kelas yuk, udah pelajaran selanjutnya nih." Saran Erick.

"Oke, ayo."

***

SolidaritasWhere stories live. Discover now