#Part 13

6 0 0
                                    

Waktu tak terasa berlalu begitu cepat, kini Erick dapat berkumpul bersama-sama kembali bareng kita lagi. Seperti biasa kita nongkrong layaknya anak muda jaman sekarang. Saat-saat seperti inilah yang paling aku rindukan dimana kita berkumpul bersama. Sekolah ini aku dan sahabat-sahabatku ini menimba ilmu untuk menggapai apa yang kita cita-citakan. Dan selalu saja Randy yang selalu menggangguku dan dia yang paling usil. Tapi disisi lain aku lebih memperhatikan Erick yang begitu tampan dan kalem.

" Sya! Lo kenapa ko bengong?" tanya Beni tiba-tiba.

" Gak ko tadi gue liat itu tuh." Jawabku reflek.

" Ciee..lo liatin Erick fokus banget Sya." Sahut Beni mengejekku.

" Gak..kok! gue cuma...cuma liat itu." Jawabku tersipu malu.

Dan orang yang pertama kalinya merasakan tingkahku aneh adalah Beni, dia yang selalu tahu tentangku. Dan ntah kenapa tiba-tiba aku sering melamunkan Erick. Hanya ada Erick yang ada dikepalaku, seringkali selalu salah fokus di hadapannya. Dan tak biasanya aku seperti ini, tapi aku hanya menganggapnya suatu hal yang biasa. Rasa ini seakan menggangguku setiap waktu aku selalu merindukannya. Hanya ada satu cara untuk menyembuhkannya yaitu bertanya pada Beni apa yang sedang aku rasakan terhadap Erick. Karena hanya Beni yang paling mengerti perasaanku, dan dia selalu memberikan solusinya. Dan akupun nyaman saat menuangkan semua perasaanku padanya. Beni itu bagiakan orang yang yang paling mengertiku dengan sangat baik dan tak sebaik aku mengenal diriku sendiri.

" Menurut lo gue kenapa ya Ben?" tanyaku saat curhat lewat WhatsUp.

" Menurut gue lo itu sedang mengalami yang namanya jatuh cinta." Jawabnya dengan so' puisitis.

" Ahh ga mungkin Ben! Masa iyaa gue jatuh cinta sama Erick?" sahutku tak percaya.

" Ciieee..sahabat gue ada yang jatuh cinta nih." Sahut Beni riang.

Semalaman aku dan Beni curhat tentang apa yang aku rasakan tarhadap Erick. Dan ntah kenapa kata-kata Beni seakan ada benarnya juga, dan aku masih tak menyangka jika aku memang benar-benar jatuh cinta pada Erick sahabatku sendiri. Ada banyak hal aneh yang aku rasakan, rasanya seakan aku jatuh kedalam lautan penuh cinta saat terbayang wajah Erick dipikiranku. Dari tidur hingga aku bangun masih terbayang wajahnya yang sangat tampan, dan seiring rasanya aku melamunkannya dan senyum-senyum sendiri.

" Non? Baik-baik aja kan? Euleuh si non Rasya kayanya kesambet ini mah? Non?!" sahut bi Ineung sambil menepuk-nepuk bahuku.

" Kenapa bi si Rasya?" tanya heran kak Adrian.

" Bibi juga ga tau den? Perasaan kemarin baik-baik aja." Sahut bi ineung bingung.

" Sudahlah, biarin aja bi. Lagi sawan kali nih anak." Ujar kakakku sambil pergi.

Hari itu orang-orang di rumah keheranan melihat tingkahku yang sedikit aneh. Tapi mereka membiarkanku hingga akhirnya aku tersadar jika perasaan ini membuatku gila. Saat-saat menjalani hari bersamanya menjadi sangat menyenangkan, laik-laki yang super cuek bebek. Tapi ntah kenapa hanya padaku dia tidak begitu dingin justru padaku dia dapt mencurahkan semua keluh kesahnya. Banyak perempuan yang berlomba-lomba utuk mendapatkannya, tak satupun yang pernah dia ajak jalan. Beribu perempuan cantik yang mendekat belum ada satupun yang dapat dekat dengannya. Maka terkadang aku merasa bangga karena aku merupakan salah satu perempuan yang dekat dengannya.

" Sya? Lo kenapa, kok bengong?" tanya Erick heran padaku.

" Gaa apa-apa kok..gue Cuma..Cuma.." jawabku spontan setengah malu.

" Wahh aneh nih anak..lu kesambet yaa?" tanya Randy meledek.

" Apaan sih.. gaa kok!" jawabku menutupi.

SolidaritasWhere stories live. Discover now