#Part 15

4 0 0
                                    

Keesokan harinya kita masih bisa bersekolah dengan tenang dan masih belum ada yang mengetahui kejadian kemarin. Kebiasaan kami adalah datang terlambat ke sekolah. Waktu menunjukan pukul 08.30 gerbang sekolah pun sudah terkunci dan terdengar ramai siswa tengah belajar. Karena pak Amir tidak bisa dibujuk agar kami dapat masuk ke sekolah,terpaksa kami menggunakan cara alternatif lain yaitu masuk lewat benteng sekolah yang ada di belakang gedung sekolah. Dengan susah payah berusaha untuk manjat benteng tersebut. Untung saja walau pakai rok sekolah tapi aku masih bisa berhasil memanjatnya. Dan masih tak menyangka saat kami bersorak gembira karena berhasil. Ternyata tiba-tiba sudah ada pak Burhan guru matematika yang sangat kami tidak sukai.

" Kalian ini sudah kesiangan, manjat benteng sekolah lagi!!" cetusnya emosi.

" Hihiii.. maaf pak."sahut cengenges kami.

" Kalian ikut ke ruangan saya!! Sekarang!" ujar marah pak Burhan.

Kami hanya dapat menurut perintah pak Burhan yang pemarah itu. Semua siswa memandangi kami dengan bersorak sorai seakan kami gerombolan pidana yang akan di hukum mati. Kami digiring ke ruang BP dan diinterogasi seakan kami seorang pelaku tindak kriminal. Hanya dapat menunduk dan terdiam berjalan dengan penuh rasa malu, tapi karena kami sudah terbiasa untuk ini sehingga kami malah berdadah-dadah layaknya artis terkenal menyapa para fans. Saat berada di dalam ruangan BP kami melihat salah satu siswa memakai seragam yang lain dari kami. Dan pastinya dia adalah murid baru disekolah ini. Karena wajahnya tak terlihat tertutupi topi kami tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Dan terdengar suara terkekeh dari mulut murid baru itu yang membuat kami marah. Dia terlihat sangat senang saat kami harus menerima hukuman membersihkan wc siswa laki-laki yang sangat kotor. Hukuman yang sangat menjijikkan dibandingkan sepeti ini lebih baik kami menerima hukuman lari 50 keliling lapangan. Sebuah tempat yang sangat biadab kotornya dan sangat menjijikkan, apalagi kami harus membersihkannya dengan sangat bersih jika kami tidak menturutinya maka ancaman dikeluarkan risikonya. Dan saat yang paling menyebalkan adalah ketika datang trio oncom. Mereka itu terdiri dari Salsa sebagai ketua anggota geng tersebut, Fina, dan Laura sebagai anggotanya.

"O.M.G. Iuhhh jijik banget harus nyentuh toilet busuk gitu. Tapi buat cewe kaya dia sih cocok." Sindir Salsa mengarah padaku.

"Udah tau busuk ngapain datang kesini." Gumamku sedikit keras.

"Toilet kotor busuk kaya gitu emang cocok nya dengan yang sama-sama busuk." Celetuk Laura.

Kata-kata mereka membuatku terkejut dan membuatku melemparkan apa yang ada di tanganku karena kesal. Sebenarnya rasanya tak ingin aku membuat masalah lagi tapi mereka sudah kelewatan. Dan kebetulan pada saat itu tingkat emosiku sedang tidak stabil. Maka inilah yang terjadi..

"BRRRUUKKKK.." (Suara lemparan sikat wc sangat keras)

"Whhoaa!! Kaget gue!!" reflek Fina.

"Hhhhmmm...(Menghela nafas dalam-dalam). Rasanya gue udah ngerepotin banyak pihak kalo ada yang nyari ribut sama gue! " cetusku mengancam.

"Hoo waw kayanya ada yang ngerasa geng."

"(Terkekeh) Kayanya sih iya Ra! Ko gue merinding ya kaya ada yang ngomong tapi ga kelihatan." Ejek Salsa padaku.

"Kesabaran gua udah abiss!! (Menarik kerah baju Salsa). Ada dua pilihan buat lo. Pertama lo pengen keluar dari sini cuma tinggal nama atau lo tarik kata-kata lo dan minta maaf!!" ancam ku karena tersulut emosi.

"Hah minta maaf!!? Seorang Salsa yang terkenal cantik harus minta maaf sama lo! Ihhhh jangan harap." Jawabnya ketakutan tapi masih sombong.

"BACOTTT Lo!!" (Hampir aku menghajarnya namun tertahan)

Tiba-tiba.....

"Wowowo waitt! Ehh tenang Sya, tenang."

"Lepasin gue Dam!"

"Whoaaa ada apaan nih?" tanya Randy dengan santainya.

"Lepasin gue!! Eh Bacott lo Sal sini lo!!" teriaku sangat marah.

"Sal lo ga papa?" khawatir Fina dan Laura.

"Gapapa ko." jawabnya so' tenang.

"Sebaiknya lo pergi!" cetus Erick.

"Eh Bacott lo!! Sini lo!! Jangan cuma C doang mana nyali lo! Hah! Eh lepasin gue bangsat!" teriaku marah-marah.

Beberapa siswa lain melihat kejadian memalukan ini dan akhirnya trio oncom pun pergi dengan kesal dengan rasa khawatir di hati mereka. Ntahlah jika tidak ada sahabatku mungkin mereka sudah.. aah sudahlah tak terbayang bagiku. Emosiku mudah tersulut dan aku memang terkadang tempramental, satu hal siapapun yang membuatku kesal maka dia gak akan selamat. Akhirnya aku juga pergi sambil marah-marah karena aku tidak sempat memberi pelajaran pada Salsa and geng. Adam dan Beni yang menahan ku agar tak berontak terpental karena luapan emosiku untuk melepaskan diri.

"Aish!! Sial!!" gumamku sambil pergi.

"Sya lo mau kemana?!" teriak Randy.

"Udahlah biarin aja dulu, takut gue liat dia marah gitu nanti malah kita yang kena lagi." Cetus Beni.

***

SolidaritasWhere stories live. Discover now