#Part 26

1 0 0
                                    


Setelah aku mengantarkan Adam akupun pulang ke rumah dan masih memikirkan kejadian bodoh tadi disekolah plus kepikiran Erick juga. Saat pulang ke rumah seperti biasa aku disambut oleh orang yang sama yaitu bi Ineung. Kali ini tidak seperti biasanya semua orang berada dirumah mulai dari kak Adrian, Bunda dan tentu juga Reynan.

"Kak Asya.." sambut adikku Reynan.

"Ohhh hai.. Rey. Loh udah pulang dari rumah nenek? Gimana liburan disana seru gak?" tanyaku sambil menggendongnya.

"Seru banget kak, aku bermain sama hewan-hewan disanan. Nenek juga ngajak aku ke kebun."

"Ohh ya? Di kebun kamu ngapain aja sama nenek?"

Dengan bertemu dengan Reynan setidaknya hatiku lebih tenang dan tidak memikirkan masalah tadi. Dia adalah anak yang pandai berbicara, walaupun lelah setelah beraktivitas disekolah aku selalu menyempatkan waktuku untuknya. Wajahnya yang sangat menggemaskan membuatku tak henti-hentinya tersenyum. Walaupun aku tidak pernah dekat dengan kak Adrian, setidaknya Reynan lebih mengerti perasaan ku. Tidak terasa mendengar cerita pengalamannya berlibur ke rumah nenek, waktu sudah menunjukan pukul 17.30 dan aku masih belum berganti pakaian.

"Reynan, nanti kita lanjutin ngobrol-ngobrolnya ya. Kak Asya nya mau mandi ganti baju, udah bau."

"Ihhhhhh kak Asya bau acemm. Ya udah Reynan mau ke bawah aja, nanti kalo kakak udah selesai mandi kita main bareng ya kak."

"Oke siapp bosskuu. Hihiiiii.."

Akhirnya aku segera bergegas mandi sebelum magrib dan setelah itu aku akan bermain bersama adikku. Aku sangat dekat dengan adikku, hanya saja akhir-akhir ini aku selalu sibuk dengan urusanku. Setelah mandi aku segera menuju kamarnya dan dia sudah menyiapkan mainan yang baru dia beli. Aku tersentuh saat dia masih memainkan mainan yang tahun lalu aku belikan, yaitu sebuah robot Transfomer yang dapat bergerak. Dia sangat suka dengan karakter super hero seperti Transfomer, Avenger, dan lain-lain. Kami pun bermain sampai-sampai tidak tahu jika Bunda diam-diam memperhatikan kami. Reynan selalu ingin bermain bersama kak Adrian, namun kak Adrian tidak pernah menyempatkan waktu untuknya.

"Kak Adrian kita main yuk bareng kak Asya." Tawarnya sambil menarik tangan kak Adrian.

"Haduhhh maaf ya Rey kak Adrian lagi ada urusan sebentar, mainnya nanti aja ya kalo kak Adrian gak sibuk. Oke."

"Hhhhmmmm.. kakak selalu gak bisa main sama Rey." Cetusnya sedih.

"Udah Rey sini mainnya sama kak Asya aja. Kak Adrian emang selalu sibuk gak jelas, jadi gak usah ngajakin dia. Kak Adrian lebih mementingkan urusannya dibangding kamu. Gak usah sedih kan masih ada kak Asya. Yak kan?" sahutku menggertak halus.

"Bukan maksud kakak gutu kok. Eh lo gak usah hasut Rey kaya gitu dong! Gini aja deh kakak keluar sebentar abis itu kakak pulang terus main sama kamu. Cuma sebentar kok."

"Kakak janji." Sambil memberikan jari kelingkingnya.

"Iyaaiyaa janji. Ya udah kamu main dulu sama kakakmu yang super rese itu ya."

"Woyy siapa yang lu sebut rese!" sahutku tidak terima.

Dengan tertawa kecilnya akhirnya dia menerima dan berlari menuju kamar dan lanjut bermain denganku. Kamipun bermain dengan penuh canda dan tawa, aku cukup mendalami cerita imajinasinya. Dan tidak terasa kami bermain hingga waktu menunjukkan pukul 22.00, terlihat matanya sudah mulai sayu karena mengantuk. Bunda sudah menyuruhnya untuk segera tidur namun Rey tetap bersikeras menunggu kak Adrian pulang untuk bermain bersamanya. Melihat jam sudah hampir larut malam dan kak Adrian masih belum pulang untuk menepati janjinya, aku semakin kesal dan ingin rasanya menghajarnya. "Emang kamvret tuh orang! Dari tadi Reynan nungguin tapi dia masih tetep belum datang. Berengsek!! Awas aja kalo pulang gue bakal buat dia menyesal." Gerutuku dalam hati. Setelah aku membunjuknya cukup lama akhirnya Reynan mau tidur, karena mungkin rasa kantuknya sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Kak Asya temenin kamu tidur deh. Besok aja ya main sama kak Adrian nya, sekarang lebih baik kamu tidur. Oke." Sahutku sedikit kasihan.

"Iya deh kak." Cetusnya sambil memelukku dan tertidur.

Aku merasa sangat kasihan padanya dan akupun pura-pura untuk tertidur, dalam pelukan kecilnya aku merasa sangat nyaman. Ntah kenapa aku merasa lebih tenang dan damai saat bersamanya. Terlihat wajah imutnya sangat menggemaskan dan aku mencoba untuk membuatnya merasa nyaman dengan mengelus lembut keningnya dan sesekali aku mnciumnya. Dan tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka aku sudah bersiap-siap untuk berperang melawan kak Adrian. Namun ternyata itu Bunda dan aku langsung pura-pura tidur bersama Reynan. Setelah beberapa jam aku merasa cukup jenuh menunggunya pulang di kamar Rey, akhirnya aku keluar dan membiarkan Reynan tidur dengan nyenyak tanpa terganggu dengan perdebatan yang akan terjadi nanti.

Saat aku membuka handphone ku ternyata sudah banyak notifikasi pesan memenuhi layar. Dan terdapat puluhan panggilan tak terjawab dari sahabat-sahabatku. Mulai dari Beni, Erick, Adam bahkan Rendy paling banyak mencoba menelpon. Pesan grup dipenuhi dengan pertanyaan yang menanyakan keberadaan kabarku, bahkan ada pula yang marah-marah dan memakiku dan itu sudah dipastikan perbuatan Randy. Aku tidak datang ke bascam kali ini karena Reynan memintaku untuk bermain bersamanya. Dengan polosnya aku hanya membiarkan mereka berkoar di grup chat. Dan aku memilih untuk menonton tv tengah malam dengan ditemani cemilan renyah sambil menunggu kakakku yang sangat menyebalkan itu pulang. Tidak lama kemudian suara mobilnya terdengar dan sudah dipastikan itu pasti kak Adrian. Saat kak adrian membuka dan mengecek keadaan Reynan di kamar aku pun langsung menyerangnya.

"Sekiranya gak bisa, jangan buat janji yang gak berarti. Emang gak bisa dipercaya orang ke gitu. Brengsek!" Sindirku.

"Lo ngomong apa barusan?!" emosinya mulai tersulut.

"Ohhh sorry gue lagi ngomong sama televisi!"

"Kalo lu ada masalah sama gue ayo selesaikan sekarang! gak usah nyindir gak jelas gitu dong!"

"Buat apa ngomong sama orang yang gak bisa menepati janjinya! Brengsek itu namanya!" jawabku mulai emosi.

"Ngomong apa lo barusan! Jaga ya mulut lo! Gak ada sopan-santunya lo sama gue! Eh gue lebih tua dari lo!" cetusnya sambil mengangkat kerahku karena terbawa emosi.

"Asal lo tau ya! Reynan rela nungguin lo sampe larut malam, gue tau dia udah ngantuk dan gue berusaha nyuruh dia tidur. Tapi apa? Dia bersikeras berharap kakaknya bisa nepati janjinya buat main sama dia. So penantiannya sia-sia! Seharusnya dia tau kalo orang kaya lo emang brengsek gak bisa dipercaya." Teriakku sambil menarik kerahnya juga.

"Ada apa ini? Apa yang kalian lakukan di tengah malam kaya gini?! (tiba-tiba Bunda datang dan langsung melerai) Ribut aja terus kerjaannya. Gak enak didengar tetangga. Ganggu istirahat Reynan juga. Kalian ini sudah dewasa, seharusnya lebih mengerti! Ayo lepas! Rasya! Adrian!" bentak Bunda.

SolidaritasWhere stories live. Discover now