Bab 1 : Awal-awal

16.5K 673 38
                                    

"jangan ambil sahabatku"
________________________________
______________________

Pada pagi hari Aleta bangun dan bersiap untuk pergi ke kampus yang sangat terkenal, dia mendapatkan beasiswa dari pihak kampus karena prestasinya yang luar biasa membanggakan. Aleta tidak mempunyai orangtua, dia tinggal dengan adiknya dan bibinya di rumah peninggalan orangtuanya.

Aleta berlari kecil ke depan rumah dan memakai sepatu kesayangannya "Bii, aku berangkat dulu," teriak Aleta ketika di depan rumah.

Bibinya tersenyum lembut "Iya, hati-hati di jalan dan jangan lupa makan," balas bibinya yang mengurus adiknya makan.

Aleta mengangguk dan berangkat dengan jalan kaki kerena jarak antara rumah dengan kampusnya tidak terlalu jauh sehingga tidak perlu menggunakan kendaraan.

Di tengah perjalan Aleta bertemu dengan Felysia yang berada tidak jauh darinya, sahabatnya dari awal masuk kuliah hingga sampai sekarang.

Fely berlari kecil menghampiri Aleta "hai Ta, apa kabar?" sapa Fely dengan semangat.

Aleta merangkul Fely dan mereka berjalan beriringan "hai Sia, kabar gue baik dong," balas Aleta dengan senyuman manis.

Itulah nama panggilan mereka jika saat berdua, tapi orang lain memanggil mereka dengan nama panggilan yang biasa.

Mereka bertemu karena rumah Aleta dengan rumah Fely beda blok. Felysia tinggal sendiri, dia yatim piatu dan dia tidur di rumah peninggalan orangtuanya, keluarganya yang lain tinggal jauh dari dia, makanya Fely tinggal sendiri.

Sampai di kampus, mereka menyempatkan diri ke kantin karena mereka masuk lima belas menit lagi, waktu yang cukup untuk sarapan dan bersiap dengan mata kuliah.

Mereka mengambil bangku kosong dan duduk dengan tenang. Kantin pada saat ini ramai karena sudah banyak orang yang datang, "Ta, lo tau gak," kata Fely dengan semangat

Aleta menatap sekilas Fely lalu memakan nasi goreng yang dia pesan, "enggak," jawab Aleta ringan tanpa merasa berat.

Felly yang awalnya semangat jadi cemberut "ihhhh, dengarin dulu kek," kata Fely sambil meminum jus yang dia beli.

Aleta menghela nafas, "iya Felysia sayang, ada apa?" Aleta gemas sendiri melihat kelakuan sahabatnya yang menurutnya aneh.

"Nanti aja deh, lain kali," kata Fely seperti tidak siap untuk mengatakannya.

Aleta yang penasaran apa yang akan dikatakan Fely, "dasar cewek labil," ujar Aleta dan mendapatkan jitakan maut dari Fely di jidatnya.

"lo juga Aleta sayang," kata Fely dan meminum jusnya sampai habis.

Aleta memasang wajah yang seolah-olah jijik, "ihhhh jijik gue dengar lo panggil gue sayang," kata Aleta. Fely belum sempat membalas perkataan Aleta dan jam untuk masuk kuliah tinggal sebentar lagi akan masuk

"selamat lo, dari jitakan maut gue," kata Fely dan mereka berjalan sambil tertawa dan membicarakan hal-hal yang menurut mereka lucu.

🐺🐺🐺

Dosen merapikan buku yang dia bawa dan memasukan ke tas jadulnya, "jadi sampai di sini pembelajaran kita, saya ucapkan terima kasih," kata Dosen yang mengajar dan keluar dari ruangan yang sedikit pengap.

Aleta merenggangkan tubuhnya, "lo hari ini pulang sama siapa," tanya Aleta ke Fely yang sedang membereskan buku-bukunya.

Victor ke meja mereka, "Fely hari ini pulang sama gue," kata Victor tiba-tiba datang dan dengan tegas tak terbantah dia mengatakan itu.

Aleta merasa Victor menjauhkan dia dari sahabatnya dan merasa tidak terima, "kok Sia pulang sama lo terus sih," protes Aleta kepada Victor.

Victor membantu Fely membereskan buku yang masih berantakan, "gue bisa menjamin kesalamatannya daripada sama lo yang pulang jalan kaki, sangat melelahkan," kata Victor dengan sedikit menyindir Aleta yang selalu mengajak Fely pulang jalan kaki.

Fely menahan senyumannya, "sudah Victor, jangan berbicara seperti itu sama sahabatku," kata Fely dan Victor langsung mengapai tangan Fely dan dia genggam dengan erat seakan Fely tidak boleh lepas.

"ayok kita pulang," tegas Victor dan menarik Fely pergi.

Fely merasa tangannya ditarik, "bye Leta," kata Fely dan segera pergi dengan Victor yang tidak sabaran.

Semenjak Victor masuk ke kampus mereka, Fely di klaim oleh Victor menjadi miliknya dan Aleta pernah dengar Victor mengucapkan kata 'mate' kepada Fely. Tidak mungkinkan Victor itu seorang werewolf.

Aleta segera pergi dari kelas yang sudah sepi, dia segera menuju cafe yang tidak jauh dari kampus dan rumahnya untuk berkerja demi kebutuhan dan sekolah adiknya.

Aleta berlari dengan cepat karena takut terlambat dan dia tidak mau gajinya dipotong lagi kerena keseringan terlambat.

Aleta masuk ke cafe dan di dalam sangat ramai, dia langsung bergegas ganti baju khusus karyawan untuk membantu yang lain yang kerepotan.

Ketika Aleta sudah berganti baju, tiba-tiba datang temannya yang kerepotan, "pas banget lo datang, ini bawa ke meja nomor dua," kata Eli, teman dekat ketika Aleta berada di cafe.

Aleta merapikan penampilannya, "iya kak," kata Aleta dan mengambil mapan itu dan pergi ke meja makan nomor dua.

Ketika sudah mengantarkan pesanan. Aleta dipanggil Eli untuk membantunya, "Aleta bisa bantu gue cuci piring," tanya Eli dan di balas anggukan oleh Aleta.

Mereka pergi ke tempat pencucian dan melihat tumpukan alat makan yang belum dibersihkan karena hari ini pelanggannya banyak datang dari yang biasanya.

Tiba-tiba Briana datang, "Aleta bawa ini ke meja nomor tiga CEPAT!!" kata Briana, orang yang tidak suka sama Aleta.

"Bri, lo tu bisa gak sih, gak usah teriak," kata Eli kesal dengan kelakuan Brina yang sembrono.

"sorrynya Eli, gue itu gak bisa dekat dengan anak kampung kek dia," kata Brina dan pergi dari tempat pencucian piring yang di anggap kumuh oleh Briana.

"jangan masukin ke hati omongannya dek," hibur Eli yang melihat raut muka Aleta dan di balas anggukan oleh Aleta. Mereka melanjutkan mencucinya.

Eli melihat karyawan lain dan memanggilnya, "Yuniiiiiii," panggil Eli dan Yuni langsung menghampiri Eli.

"Ada apa kak?" tanya Yuni sopan dan Eli mengode dengan matanya untuk mengantar pesanan nomor tiga

Yuni langsung menangkap kode dari Eli, "siap kak," kata Yuni dan membawa pesanan.

Eli adalah karyawan lama dan teman dari bos yang punya cafe, maka dari itu banyak yang menghormati Eli.

Tiba-tiba Briana datang dengan baju yang berlumuran tumpahan kopi. Aleta dan Eli menahan tawa ketika melihat Briana dengan keadaan kacau.

"Lo kenapa Bri?" tanya Eli yang tidak bisa menahan tawanya.

"Hahaahahahhahaha, makanya kerja itu jangan ceroboh," kata Eli dengan keluar air mata karena tertawa.

Aleta ikut tertawa melihat keadaan Briana. Briana cemberut dan mukanya memerah menahan malu.

"Awas aja kalian berdua, gue doakan biar kalian merasakan apa yang gue rasakan," kata Briana emosi dan ke kamar kecil untuk membersikan tumpahan kopi yang berada dibajunya.

______________________________________

Haii, kalau kalian bingung dengan kata 'jangan ambil sahabatku' kalian coba baca dibagian yang ada Victor, hehehhe.

My mate (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora