[vol. 1] 6. Kekecewaan

10K 1.3K 43
                                    

Kekecewaan pasti yang sering dirasakan dalam hidup oleh setiap manusia adalah, ketika kenyataan tidak pernah sejalan dengan apa yang diharapkan.

***

Sesaat ibu dari anak itu mengecek isi roti milik anaknya, yang tidak habis termakan. Dengan napas terburu emosi, ibu dari anak itu segera mengedarkan matanya. Mencari seseorang yang melayaninya tadi. Sampai saat ia mendapati Sakura tengah mencatat pesanan pelanggan lain, ibu dari anak itu buru-buru bangkit, dan menghampiri Sakura.

"Heh, Mbak! Mbak mau mencelakai anak saya, ya?!" Alih alih meluapkan emosinya, sentakan Ibu dari anak laki-laki yang gatal-gatal itu seketika mampu mengejutkan Sakura hingga Sakura membalik tubuhnya secara otomatis. "Sebenarnya Mbak itu dengar nggak, sih, kalau tadi saya pesannya rasa cokelat, bukan strawberi!"

"Ada apa ini ribut-ribut, Sakura?" Bu Mega yang tiba-tiba muncul langsung bertanya pada Sakura.

"Ibu yang punya kedai roti ini?"

Sambaran ibu dari anak itu sesaat membuat perhatian Bu Mega teralih padanya. "Iya, kenapa, Bu?"

"Bu, tolong, ya, kalau mempekerjakan pegawai itu yang benar. Jangan yang ceroboh seperti Mbak ini."

Karena Bu Mega tidak mengetahui apa-apa, tentulah Bu Mega tidak mengerti dan bertanya-tanya ketika tahu-tahu ia mendapat semprot dari pelanggannya sendiri. "Maaf, maksud Ibu bagaimana, ya?"

Untuk membuktikan, ibu itu segera menuntun anaknya yang tidak henti-hentinya menggaruk untuk diperlihatkan pada Bu Mega. "Liat, nih, badan anak saya jadi gatal-gatal semua gara-gara Mbak ini!" ocehnya, menyalahkan dengan menunjuk-nunjuk Sakura. "Sudah jelas saya pesan rasa cokelat. Eh malah dibawakan rasa strawberi. Dia itu alergi sama apapun yang ada campuran strawberinya!" Ibu dari anak itu menyerang bertubi-tubi, sampai Sakura tidak memiliki kesempatan untuk menyahut walau hanya untuk sepatah kata.

"Mohon maaf, Bu. Ini memang kesalahan saya. Tapi saya benar-benar tidak bermaksud untuk membuat anak ibu seperti ini," sesal Sakura.

"Halah, sudah cukup! Tidak usah banyak alasan kamu. Saya tidak butuh alasan kamu!" Bola matanya yang melotot tajam pada Sakura, segera beralih pada anaknya. "Sudah yuk, Nak, kita ke klinik. Jangan pernah kita makan di kedai ini lagi!" tekannya kemudian seraya menggiring anak laki-lakinya yang baru berusia sekitar delapan tahun itu keluar kedai.

Saat ibu dan anak yang menjadi pencetus keributan itu pergi, tinggalah urusan Sakura dengan Bu Mega.

"Sakura, kamu bisa ikut ke ruangan saya?"

💕

Bersama dengan roda sepeda yang terus berputar, Sakura menelusuri ruas jalan dari kedai menuju rumahnya. Sepasang matanya jelas memerhatikan ke depan seakan sedang sangat fokus pada jalan raya sepi yang dilewatinya malam itu. Akan tetapi, siapapun tidak akan ada yang dapat mengira, bahwa jauh di dalam kepalanya, ada begitu banyak hal yang Sakura pikirkan, namun tak kunjung menemukan jalan keluar.

Tentang hutang ayahnya, tentang ibunya yang tidak ingin menjual rumah mereka, juga tentang ancaman Bu Mega tadi perkara keteledoran yang dia perbuat di kedai. Yang ketiga-tiganya sungguh membuat kepala Sakura terasa sakit sekarang karena memikirkannya.

TINN

Suara kelakson mobil yang nyaring seketika membuat Sakura tekejut, dan langsung membelokkan setang sepedanya tanpa sadar ke sembarang arah, sampai-sampai ia terguling bersama sepedanya di pinggir trotoar.

"Aw―" Sakura melirih saat ia merasakan perih di area sikunya.

Gesekan kasar antara kulit dan permukaan trotoar yang kasar tentulah wajar apabila yang ia lihat sikunya lecet dengan sedikit darah. Tidak langsung bangkit berdiri, Sakura duduk membersihkan luka pada kedua sikunya.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang