[vol. 2] 13. Arti Sebuah Gambar

4.2K 794 574
                                    

Ayo 500 komentar untuk next part^^,

***

Ketika teka-teki mulai terjawab.

***

Awalnya Angkasa hendak bergegas. Akan tetapi sesuatu yang tak asing di matanya, membuat Angkasa harus menunda niatannya sejenak. Sesuatu berbentuk gulungan kertas usang, yang diikat pita berwarna merah. Yang di waktu pertama kali ia lihat, benda itu memang nampak menarik perhatian Angkasa ketimbang benda apapun di sekelilingnya.

Angkasa mengambilnya. Membuka ikatan pita merah tersebut, sehingga kemudian gulungan kertas itu melebar dengan sendirinya.

Yuli,

Seharusnya kamu tahu saat pertama kali kita berjumpa. Saat pertama kali istriku mengenalkan kita berdua di kedai roti itu.

Aku sudah menyukaimu sejak saat itu. Karena memang sejak dulu, aku tidak pernah menyukai siapapun selain kamu, tidak terkecuali istriku sendiri.

Dan saat kamu tahu perasaanku ini, seharusnya kamu tidak menolak hanya karena kamu tahu kalau saat itu aku baru saja melenyapkan istriku yang mencoba menghalangi kebersamaan kita. Hubungan kita.

Aku sudah melakukan segalanya untukmu, karena aku begitu mencintaimu. Cintaku tulus, tetapi kenapa kamu masih tetap lebih memilih suamimu?

Maka sekarang kamu rasakan akibat dari perbuatanmu sendiri karena telah mencampakkanku.

Tertanda

Andreas Dirgantara

Sesaat usai membaca tulisan tersebut hingga akhir, seketika saja Angkasa benar-benar bergeming. Andreas Dirgantara? Bagaimana mungkin nama papanya tertera lengkap sebagai penulis dari surat ini? Surat yang ditujukan untuk ibunya Sakura.

Namun sekian detik berselang pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dalam benak Angkasa, ketika kini ia benar-benar baru teringat akan suatu kejadian, saat dirinya merasa sangat tidak asing dengan wajah ibunya Sakura di kali pertama ia melihat.

Prang!

Suara pecahan beling dalam sekejap mengubah suasana. Dengan bergerak cepat, Sakura bergegas menyambangi sumber suara tersebut yang berasal dari kamar ibunya. Sehingga kontan saja Angkasa menyusul.

"Ibu!"

Pekikan Sakura seketika membuat tatapan Yuli bergeser ke arah ambang pintu kamarnya yang terbuka. Dan di saat itulah, Angkasa sempat tertegun saat melihat wajah Yuli untuk pertama kalinya. Yang entah mengapa, rasanya wajah itu benar-benar tidak terlihat asing di matanya, sehingga seketika mampu membuat langkahnya detik itu juga terhenti tepat di ambang pintu masuk kamar, sementara Sakura sudah berlari mendekat.

"Ibu nggak apa-apa kan? Ibu terluka?" Mendapati banyaknya pecahan beling di lantai sungguh membuat Sakura panik bukan main. Sampai-sampai ia sama sekali tidak menyadari reaksi Angkasa saat itu.

Yuli menggeleng lemah. Sorot matanya mengatakan, agar Sakura tidak perlu khawatir.

"Ibu haus? Biar Sakura ambilkan minum lagi, ya?" Sakura ingin bergegas, tetapi Yuli menahan tangannya, lalu memberi gelengan lagi. "Yaudah kalau gitu Sakura bersihkan lantainya dulu, ya?"

Sakura memindahkan tangan ibunya yang menahannya tadi dengan pelan-pelan. Lalu mengambil posisi jongkok di lantai. Begitu hati-hati, Sakura membersihkannya dengan sapu sampai benar-benar bersih dan tidak ada beling tersisa.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang