[vol. 1] 22. Tangisan Sakura

7K 1K 64
                                    

jangan lupa play mulmed yaa👆🏻

Kita harus berani membenarkan yang benar, dan menyalahkan sekaligus menghentikan yang salah.

***

"Mau pesan apa, Mas?" Dengan ramah, Sakura bertanya pada seorang lelaki asing yang saat ini sedang menjadi pelanggan kedai.

Sejenak lelaki nampak masih membolak-balik buku menu yang terpapar di hadapannya. "Menu yang paling mahal di sini apa?"

"Oh, untuk menu spesial di kedai kami, yang paling kami rekomendasikan ada Double B Sweet and Spicy, Mas." Kemudian dengan sigap Sakura mengambil alih buku menu tersebut, lalu menunjukkannya pada lelaki itu tampilan gambar dari menu spesial yang baru saja ia rekomendasikan. "Ini, Mas, roti daging pedas-manis dengan lelehan keju mozarella."

"Yang mana, Mbak?" tanya lelaki itu, namun tangannya yang tiba-tiba berlagak menyingkirkan tangan Sakura, seperti sengaja memanfaatkan momen untuk memegang-megang tangan Sakura. Yang kontan saja membuat Sakura dengan refleks menarik tangannya jauh-jauh, bersamaan dengan matanya yang langsung menatap tegas ke arah lelaki itu.

"Eh, maaf-maaf, Mbak. Saya nggak maksud." Sambil cengengesan, lelaki itu segera berdalih. "Habisnya tadi tangan Mbak menghalangi. Jadi saya langsung geser, soalnya kalau nggak gitu, saya nggak bisa ngeliat menu yang Mbak tunjuk."

Dari cara bicaranya yang terkesan tidak serius, membuat Sakura dapat membaca jelas bahwa lelaki itu sepertinya memang menyelipkan unsur kesengajaan di antara niatannya, yang katanya, hanya ingin menggeser sedikit tangan Sakura.

"Maaf, ya, Mbak..."

Ketika emosi Sakura nyaris naik, mendengar kata maaf dan mengingat dirinya saat ini masih dalam keadaan berseragam juga berada di jam kerja, perlahan emosi Sakura menyurut. Apa boleh buat, Sakura tidak ingin kehilangan pekerjaannya hanya karena lelaki genit itu.

Sakura memberi anggukan kecil dengan senyum yang dipaksakan. "Mohon tunggu untuk pesanannya, ya, Mas."

"Siap, Mbak Cantik," sahut lelaki itu.

Seperti biasa setelah mencatat pesanan pelanggan, Sakura ke belakang sejenak untuk memberikan kertas menu pesanan tersebut pada koki di dapur. Sedangkan lelaki itu terlihat senyum-senyum sendiri tepat ketika Sakura berbalik meninggalkannya. Bahkan sampai saat Sakura kembali berjalan menuju mejanya untuk mengantarkan pesanannya pun lelaki itu seperti memiliki tabiat buruk pada Sakura, hal itu tersampaikan secara tidak langsung dari sorot mata dan sunggingan senyum miring di bibirnya.

Hingga semua benar-benar terbukti ketika Sakura hendak meletakkan nampan yang berisi pesanannya, di atas mejanya.

"Sini, Mbak, biar saya aja."

"Nggak usah, Mas." Sakura mencoba untuk menolak. Selain karena itu memang masih menjadi tugasnya, menyajikan pesanan pelanggan, Sakura juga berjaga-jaga untuk tetap menjauhkan tangannya dari jangkauan tangan lelaki itu.

"Udah, nggak apa-apa. Sini, biar saya aja. Ini kan pesanan saya," paksa lelaki itu, yang terdengar agak menyentak.

Karena dirinya yang tidak lebih hanya berstatus sebagai pekerja, tidak bisa memaksa lebih layaknya seorang pelanggan yang kata orang harus diagung-agungkan layaknya seorang raja, Sakura tidak memiliki pilihan lain selain mengalah.

Namun saat mengambil alih nampan tersebut dari kedua tangan Sakura, lelaki itu seperti sengaja melambat-lambatkan gerakan tangannya, seakan memang berniat memanfaatkan kesempatan untuk memegang-megang dan membelai lembut tangan Sakura. Sehingga tiba-tiba Sakura terkesiap dan...

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang