[vol. 2] 17. Baik-baik saja

5K 893 1K
                                    

"Nanti saya akan ceritakan ke kamu, bagaimana cara matahari mencintai bulan dan membuktikan ketulusannya."

"Gimana cara matahari membuktikannya?"

"Dengan membiarkan dirinya mati tenggelam tanpa bersinar, agar bulan bisa tetap hidup sebagaimana mestinya."

***

"Angkasa bakal laporkan semua perbuatan Papa ke polisi!" tandas Angkasa, dengan intonasi datar, namun amarah besar sudah tidak bisa terelakan lagi dari raut wajah dan sorot matanya.

"Laporkan saja. Papa sudah puas akan semuanya. Jadi Papa sudah tidak peduli lagi. Tapi jangan salahkan Papa kalau sampai suatu hal terjadi pada gadis kedai itu." Entah ini semacam ancaman atau bukan, untuk Angkasa, tetapi yang jelas tiba-tiba Andre mengeluarkan ponselnya, dan lansung mencari kontak kaki tangan kepercayaannya, yang sebelumnya sempat menelepon, kemudian memanggilnya ulang.

"Bagaimana, Pak?"

Sebelum menjawab pertanyaan seseorang di seberang sana, sesaat Andre melabuhkan pandangan piciknya tepat ke arah Angkasa. "Bunuh anak itu sekarang juga," lantunnya, yang sukses besar menyulut emosi Angkasa. Membuat Angkasa segera menyambar ponselnya.

Brak!

Dan tidak segan Angkasa membanting benda pipih tersebut, lalu menginjaknya hingga benar-benar rusak.

💕

Sakura terbangun, ketika tiba-tiba saja tenggorokannya terasa begitu kering. Matanya mengerjap lelah, dengan sisa kantuk yang terasa, dilihatnya jarum jam menunjukkan pukul tiga dini hari.

Sambil mengikat rambutnya kembali, Sakura berjalan gontai menuju dapur.

Tok tok tok

Namun tiba-tiba saja suara ketukan pintu, membuat niatnya urung sesaat, dan memilih untuk membukakan pintu terlebih dahulu.

Meski sempat bingung sesaat, ketika mengherankan siapa yang bertamu ke rumahnya lewat tengah malam begini, tetapi setelahnya Sakura mencoba untuk berpikir positi, karena mungkin saja itu Angkasa yang memutuskan untuk balik lagi ke rumahnya. Iya, kan?

Tok tok tok

Seseorang di luar sana terdengar gencar mengetuk kembali pintu rumahnya. Membuat Sakura akhirnya menyahut, "Iya, sebentar."

Sakura masih tersenyum tipis, akan tetapi detik selanjutnya senyum itu sirna, ketika pintu terbuka dan langsung menampakkan seseorang berwajah asing di balik sana dengan usia yang berkisar 25 tahunan, dan tampilan yang sangat tidak asing di mata Sakura.

Mengenakan pakaian serba hitam, dengan topi yang juga berwarna hitam. Orang itu tersenyum mengerikan.

Dengan suara terbata-bata, Sakura bertanya meski jantungnya berdegup begitu kencang. "Ka-ka-mu, siapa?"

💕

Sambil terus berusaha menghubungi Sakura, Angkasa menyetir dengan fokus yang bercabang ke mana-mana. Panik, gelisah, cemas, semua melebur menjadi satu dalam dirinya, yang menyatu bersama aliran darahnya.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang