[vol 2] 21. Sejatinya Mencintai

4.3K 755 145
                                    

KOMENTAR YG BANYAK
GABANYAK = GAK UP!

***

Mau bagaimana lagi? Karena sejatinya mencintai kadang cuma tentang menyakiti. Galen tidak peduli walau dirinyalah yang harus menyakiti perasaannya sendiri.

***

Ketidakmungkinan Angkasa menyakiti Sakura tanpa alasan, terus saja membuat banyak pertanyaan berputar tiada henti di kepala Galen. Tapi kalau memang ada alasannya, alasan apa yang sampai bisa membuat Angkasa setega itu pada Sakura?

Mengingat pernyataan Angkasa saat ditegurnya, ditambah mengingat tangisan Sakura waktu itu saat di rooftop rumah sakit. Semua benar-benar menjelimat dalam pikiran Galen tiada henti, sehingga membuat kepalanya terkadang terasa sakit. Haruskah ia mengatakan hal yang sebetulnya pada Sakura? Haruskah Sakura mengetahuinya?

Mengetahui, kalau apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang terlihat olehnya. Tidak sesuai dengan prasangkanya terhadap Angkasa.

Dari jauh, hanya berani dari kejauhan, diam-diam Galen memerhatikan Sakura yang tengah melakukan tugasnya di kedai seperti biasa, namun untuk pertama kalinya ia lihat sama sekali tidak ada senyum yang mengembang di bibirnya. Gadis itu nampak sibuk dengan pikirannya yang tidak sanggup ia suarakan, dan mengalihkannya pada rentetan pekerjaan yang hampir semuanya ia tangani.

"Sa, sini biar gue aja yang ngelapin meja. Ini kan tugas gue," lantun Dina, yang entah sejak kapan mencoba untuk membujuk Sakura. "Lagian tadi juga kan lo udah kerja terus, pas pengunjung lagi banyak-banyaknya. Sekarang gantian."

Tidak menjawab, tidak pula memberikan elap di tangannya pada Dina, sambil mengangkut satu persatu piring dan gelas bekas pakai yang ada di atas meja yang elapinya, Sakura seolah bersikap layaknya orang tuli.

Mengikuti Sakura ke sana-ke mari, Dina tidak menyerah begitu saja. "Sakura, gue nggak mau ntar lo sakit gara-gara kecapean."

Sakura kukuh. Mengabaikan apapun yang Dina katakan, sampai tiba-tiba barulah ia berhenti, ketika mendapati seseorang menghampirinya.

"Kak Galen?"

"Ada yang mau aku bicarain sama kamu, Sa."

💕

Dokter bilang, hari ini Angkasa sudah boleh keluar dari rumah sakit. Luka tusuk pada perutnya yang tidak begitu dalam, membuat jahitan yang hanya beberapa, menjadi cepat mengering.

Usai mengurus surat-surat yang dibutuhkan dan memerlukan tandatangannya, Andre bergegas ke ruang rawat inap Angkasa, namun sayang putra tunggalnya itu gagal ia temui. Kamar rawat inapnya kosong. Andre ingin mencari, namun tidak sempat ketika tiba-tiba ponselnya keburu bergetar, menandakan seseorang memanggilnya.

Tidak langsung menyahut, Andre mendengarkan dahulu apa yang dikatakan seseorang di seberang sana padanya. Lalu setelahnya, barulah ia menandas, "Iya. Lakukan sesuai perintah."

"Katanya Angkasa hari ini udah boleh pulang?"

Keberadaan Angkasa yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu masuk dan lansung bertanya, seketika membuat Andre segera berbalik dan buru-buru mengantungi ponselnya. "Iya. Tadi Papa sudah mengurus semua surat-suratnya. Dan sebentar lagi ada suster yang akan melepas selang infus kamu."

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang