[vol. 2] 6. Mencoba Mengerti

4.4K 412 10
                                    

"Kalau kamu merasa nggak ada yang mengerti bagaimana perasaan kamu, percayalah, saya sedang berusaha semampu saya untuk mengerti itu."

***

"Kasus pembunuhan enam tahun silam kembali diusut. Baru kemarin pihak berwajib menangkap sang tersangka yang sebelumnya bebas dari jeratan hukum pasal kondisi kejiwaannya yang terganggu. Lalu kini ditangkap kembali, karena keluarga pihak korban telah memegang bukti hasil tes kejiwaan tersangka yang ternyata memiliki keterangan lain. Bagaimana kelanjutannya? Tetap di breaking news!"

"Pak Andre, maaf, bukannya itu anak Bapak, ya?"

"Iya, itu Angkasa, bukan?"

"Gimana bisa dia bersama anak perempuan itu?"

Bukan hanya para kerabatnya saja, Andre pun betul-betul merasakan sama terkejutnya seperti mereka, pada detik pertama ia menyadari bahwa pemuda yang tersorot jelas dalam tayangan berita tersebut tidak lain adalah Angkasa. Heran sekaligus tidak habis pikir dengan kelakuan putra satu-satunya itu, yang semakin ke sini semakin tidak bisa diatur saja. Selalu bertindak semaunya sendiri. Bahkan saking bodohnya, anak itu nampak sama sekali tidak memedulikan nama baik keluarganya.

Namun mendengar tanya demi tanya yang diberikan para kerabat kerjanya, alih-alih menggubris, Andre segera bergegas keluar ruangan tanpa meninggalkan satu pun jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Lantaran dirinya sudah tidak mampu lagi menahan malu, jika masih terus lanjut menonton tayangan berita kriminal yang sedang berlangsung di televisi kantornya tersebut.

💕

Pelan-pelan Angkasa membaringkan tubuh Sakura yang masih belum tersadar di atas ranjang kamar gadis itu sendiri.

Tanpa berpikiran untuk meninggalkannya, setelang mengulurkan selimut, Angkasa duduk di sisi ranjang, tepatnya di dekat bantal yang Sakura tiduri. Hanya berdiam diri memandangi gadis itu ditemani dengan sunyi. Angkasa tahu gadis itu pasti mengalami hari-hari yang berat belakangan ini. Kenyataan menyakitkan yang harus dihadapinya bahkan mungkin mampu membuatnya merasa terlalu sulit untuk membuka mata setelah pingsan.

"Ayah... Ibu..." Sakura nampak mengigau, memanggil manggil ayah dan ibunya dengan suara lirih.

Sampai tak lama kemudian, terlihat oleh Angkasa ujung mata gadis itu yang menjatuhkan setetes air mata.

Dengan ujung ibu jarinya, Angkasa mengusap lembut air mata itu, sehingga Sakura tidak sampai terbangun.

Angkasa mengerti. Sangat mengerti kenapa gadis itu menangis walau saat tak sadarkan diri. Karena Angkasa tahu. Sesungguhnya yang menangis kali ini bukan hanya raga gadis itu saja. Melainkan jiwa dan hatinya pun turut serta. Air matanya pasti mengalir juga karena kesedihan yang selama ini tidak bisa gadis itu jelaskan dengan kata-kata.

Maka dari itu, Angkasa mampu mengerti semuanya.

"Jangan bermimpi, hari ini kamu udah melakukan yang terbaik. Dan sekarang kamu harus tidur yang nyenyak, supaya besok dan seterusnya kamu bisa menghadapi segalanya dengan lebih baik lagi," pesan Angkasa, yang kemudian menaikkan selimut yang menutupi Sakura lebih tinggi. "Percaya sama saya, kamu pasti bisa melewati semua ini, Sakura."

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang