[vol. 1] 33. Tulisan Sakura

6K 893 531
                                    

Yuk, yuk! Ditunggu 500 komentarnya. Selamat membaca, yaaa~

***

Seperti jam bersama menitnya, atau seperti menit bersama detiknya. Mereka setia. Selalu ada satu sama lain, saling menemani dan tidak egois berjalan ke arah yang sama.

***

Usai menjalankan kegiatan di kedai roti Bu Mega, seperti biasanya Sakura pulang dengan mengendarai sepedanya. Awalnya Sakura merasa tenang-tenang saja. Tetap santai mengayuh sepedanya ketika melewati jalan raya yang memang masih cukup banyak kendaraan yang melintas.

Akan tetapi perasaan Sakura berbeda ketika ia mulai memasuki area perumahan, yang tentu saja tidak seramai jalan raya. Memang, masih ada beberapa orang yang berlalu lalang di sana, tidak sesepi di area perumahan intelek rumah Angkasa, Tetapi tetap saja, suasana gelapnya hampir sama. Dan suasana itulah yang membuat Sakura mendadak was-was sendiri. Ketenangan yang semula dirasa, dalam hitungan detik menyurut. Terlebih ketika ia melihat ada beberapa mobil terparkir di pinggir jalan.

Sesungguhnya Sakura tidak tahu, apakah yang dialaminya ini termasuk sebuah trauma atau bukan. Yang jelas, semenjak kejadian beberapa waktu lalu, ketika tahu-tahu saja ada orang asing yang ingin mencelakainya dan orang itu menggunakan mobil, semenjak saat itu pula Sakura seperti memiliki ketakutan tersendiri tiap kali ia mendapati sebuah mobil di area sepi. Apalagi kalau mobil itu berwarna hitam.

Seperti saat ini. Terus terang saja, pikiran Sakura isinya sudah macam-macam. Tidak tahu kenapa Sakura seketika mulai merasa seperti ada seseorang yang mengintainya. Bahkan Sakura curiga seseorang yang sedang mengintainya itu, saat ini berada di dalam salah satu di antara mobil-mobil. Bersembunyi, dan mencari titik lemah dirinya. Sehingga ketika ia sudah lengah, orang itu akan langsung mencelakainya seperti yang dilakukan waktu lalu.

Suasana semakin sepi. Para penduduk yang berlalu lalang pun semakin sedikit dan lebih parahnya dapat terhitung jari. Sambil terus mengayuh goesan sepedanya, sesekali Sakura menengok ke belakang untuk berjaga-jaga. Kadang pula ia menengok ke kanan dan ke kiri. Sampai tiba-tiba, degup jantungnya berpacu sangat kencang ketika ia mendengar suara mesin menyala, disusul dengan sebuah cahaya yang berasal dari salah satu lampu mobil terparkir.

Keringat mulai bercucuran di dahi Sakura. Dengan mengerahkan seluruh tenaga yang dimiliki, kedua kaki gadis itu berupaya untuk mengayuh goesan sepedanya semampu yang ia bisa, berharap dirinya bisa secepat mungkin tiba di rumah. Atau paling tidak, tiba di dalam gangnya saja sudah cukup.

Untuk yang ke sekian kalinya, Sakura menengok lagi. Lantaran Sakura merasa, seperti ada kendaraan lain yang mengikuti.

Tetapi saat menengok, detik itu juga Sakura panik bukan main. Terlihat sebuah mobil yang memiliki jenis dan nomor plat yang sama persis dengan mobil yang mencelakainya waktu lalu, melaju mengikutinya terhitung sekian ratus meter di belakangnya. Karena jalan perumahan yang panjang, membuat Sakura mampu menangkapnya dengan jelas.

Mobil itu semakin mendekat. Kini bukan hitungan ratus meter lagi, tetapi belasan meter. Dengan senyuman miring yang terukir, seseorang di dalamnya gencar menginjak pedal gas lebih dalam. Sedikit lagi tabiat seseorang di dalamnya akan berhasil.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang