Verita 18

5K 310 15
                                    

Happy Reading....



Pandi POV

Aku duduk di kelas dengan gelisa namun entah apa. Aku melihat handphone k uterus menerus dan memeriksa namun entah apa itu. Dosen menjelaskan di depan namun aku sama sekali tidak terfokus dengan penjelasannya. Aku merasa ada hal yang penting dan harus aku cari segera apa itu.

".... Dari penjelasan yang disebutkan tadi kita bisa mengetahui suatu manfaat dari ide itu sendiri. Sebuah kreatifan yang dimunculkan dan dibuka dengan luas sehingga memunculkan inovasi inovasi yang baru. Maka..."

Aku hanya melamun dan mendengar sedikit penjelasan dosen itu. Tiba tiba saja aku mengkhawatirkan sesuatu namun entah apa itu. Tiba tiba saja ada sebuah gulungan kertas mengenai pipiku. Aku melihat sekitar dan memeriksa siapa yang melempariku. Terlihat di sampingku Gilang melambaikan tangan kecil kepadaku. Aku merasa sedikit kesal karena dia sudah menggangguku.

"Apa?."

"Judes amat, lagi PMS atau bagaimana?."

Aku tidak menghiraukannya dan kembali memeriksa handphone ku. Kembali kuhela nafasku saat mengetahui tidak adanya notifikasi sama sekali di handphone ku.

Selesai perkuliahan, aku berjalan sendiri menuju kantin. Pikiranku terasa kosong dan tidak berniat untuk melakukan apa apa hari ini.

"Paaaandii........ tuuuuunggguuuu......!."

Aku mendengar suara Gilang yang terdengar sangat nyaring di telingaku. Aku merasa terganggu dan berhenti dan berbalik ke belakang.

"Ke.......hosh hosh....napa kau meninggalkanku.... Haaaahhh...."

"Aku hanya mau pergi duluan saja."

Aku kembali berjalan namun sedikit lebih lambat, sengaja agar Gilang bisa mengimbangi langkah kakiku. Sesampainya di kantin, aku hanya memesan sebuah minuman. Berbeda dari biasanya, aku merasa tidak ingin makan sesuatu saja.

"Pandi, kamu sedikit kelihatan aneh hari ini. Oke, mungkin bukan sedikit tapi memang aneh. Sebenarnya apa yang mengganggu mu?."

Aku menghela nafas dan kembali melihat handphoneku dan sama sekali tidak ada notifikasi darinya sama sekali. Entah saat ini dia lagi sibuk atau apa, tapi tidak biasanya aku khawatir seperti ini bahkan memikirkannya saat aku sedang kuliah. Mungkin karena baru kali ini dia tidak mengawal Gilang. Aku bingung, kenapa aku menjadi seperti ini. Apakah harus ku akui jika aku memang rindu dengan Joshua tapi aku merasa gengsi. Pasti Gilang menertawaiku dan aku merasa sangat malu akan hal itu. Aku kembali memutuskan untuk tidak mengatakan apapun.

Gilang mulai jengah dan meminum minumannya yang dia pesan tadi. Tiba tiba handphone Gilang berbunyi. Aku dan Gilang mengalihkan pandangan kami ke handphone milik Gilang tersebut. Gilang segera mengangkat telepon tersebut.

"Iya, halo."

"...."

"Be-Benarkah"

"...."

"Syukurlah kalau begitu."

"......"

Gilang langsung melihat ke arahku dengan mimik wajah yang kaget dan juga takut. Aku heran kenapa dia menatapku dengan tatapan seperti itu. Aku jadi penasaran dia membicarakan apa di telepon.

"Eh... Pan, aku pergi dulu yah. Ada urusan penting."

Dia kemudian berdiri dan segera meninggalkanku namun dengan cepat kutahan lengan kanannya.

My BodyguardWhere stories live. Discover now