Verita 19

4K 248 18
                                    

*Mohon maaf sebelumnya saya ucapkan sebesar besarnya dikarenakan saya baru aktif lagi. Begini, saya mempunyai beberapa permasalahan yaitu hilangnya semua data cerita saya dan saya harus membaca cerita saya lagi dari awal. Kedua, permasalahan di bulan sebelum ramadan dan setelah ramadan saya dihadapkan dengan urusan padat dan jika mungkin bukan komentar yg nanyain kapan dilanjutnya, mungkin gak akan aku lanjut.

Untuk itu, selamat menikmati kelanjutan yang terhambat beberapa bulan ini.

Happy Reading.. ~~~

Author POV

Di dalam sebuah ruangan dimana berada beberapa orang di ruangan tersebut dan dua orang sedang duduk di meja makan. Terlihat sosok yang tidak asing lagi, Joshua yang hanya menatap piring makanannya tersebut tanpa mengeluarkan kata di mulutnya.

"Kau merasa tidak lapar atau bagaimana? Ataukah makanannya? Tidak enak atau bagaimana?. "

Joshua kemudian berdiri dari meja makan tersebut dan mengucapkan kata pamit kepada orang yang ada di depannya tersebut.

"Sebaiknya kau bicarakan baik baik saja dulu. Jika kau bersikap seperti itu, mungkin hal ini tidak akan berjalan lama. "

Joshua menghentikan langkahnya dan menatap sinis pria tersebut.

"Aku tidak mengerti jalan pikiranmu. Urusan kita sudah selesai sedari dulu. Aku merasa tidak perlu membicarakan suatu hal kepadamu. "

"Ayolah, apakah kau tidak rindu dengan Ayahmu ini? . "

"Sejak kapan kau menganggapku anakmu? Dan juga, sampai saat ini aku tidak menganggapmu sebagai ayah. Kau mempunyai banyak anak, tapi kenapa harus aku. "

"Entah kenapa, aku merasa dirimu lah yang bisa melanjutkannya. Aku masih merasa ragu dengan saudara saudaramu yang lain. "

"Sejak kapan mereka menjadi saudaraku? Mereka tidak terlahir dari rahim ibuku. Mereka hanyalah anak dari keserakahan mu. "

Joshua sudah merasa malas meladeni pria di depannya itu dan segera pergi berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Di tempat lain, di sebuah kafe. Terlihat ada seseorang yang sedang melamun dan juga gelisah. Gilang yang melihat hal tersebut hanya turut bersedih sambil menikmati chocolate ice nya itu. Gilang merasa temannya itu sedang dalam masa tidak bergairah dalam hidup.

"Pan, kamu kok kayaknya sedih. "

Pandi hanya diam dan tetap melihat ke arah luar jendela. Terlihat perasaan khawatir di raut wajahnya dan juga kegelisahan di hatinya.

"Kayaknya kamu cinta banget dengan Joshua. "

Pandi menghela nafas dan mengganti posisi duduknya.

"Tidak."

"Kalau gitu, apa yang kau khawatirkan? Aku tidak mengerti kenapa kau sampai khawatir seperti ini. "

Pandi kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Gilang dan menatapnya dengan tajam.

"Aku tidak khawatir dengan siapapun. Sama sekali tidak khawatir, apalagi dengan orang seperti dia. "

"Oh, kalau begitu kayaknya kau tidak perlu informasi yang kudapat. Kayaknya aku masih ada sedikit urusan. "

Gilang dengan rencana yang dibuatnya mencoba untuk meninggalkan Pandi dan tentu saja sesuai perkiraannya, Pandi akan tertarik dengan perkataannya tersebut. Gilang kemudian menaikkan senyumnya seakan merayakan keberhasilan rencananya tersebut.

"Memangnya apa yang kau tau?. "

"Aku kira kau tidak khawatir? Jadi buat apa aku beri tahu?. "

"Tunggu dulu! Bukan begitu maksudku, cuman ada hal yang kamu kurang pahami saja. "

My BodyguardDove le storie prendono vita. Scoprilo ora