Decisione 22

3.4K 188 31
                                    

Happy Reading....

Pandi POV

Aku berjalan menelusuri rumah ini karena aku tidak diizinkan keluar oleh Joshua. Aku sebenarnya penasaran juga dengan siapa sebenarnya ayah dari Joshua itu. Dia benar benar orang yang misterius dan susah di tebak. Rumahnya benar benar luas dan aku agak sedikit takut jika tersesat. Disaat aku sedang berjalan beberapa aku lihat barang antik terpampang di rumah ini. Aku bisa simpulkan bahwa ayah Joshua adalah seorang kolektor. Ada beberapa vas , lukisan dan beberapa barang lain yang terlihat kuno. Seperti rumah jaman belanda saja.

Hampir setengah jam aku mengelilingi rumah ini dan itupun masih ada beberapa ruangan yang aku lewati. Aku berniat kembali dan beristirahat sebentar di kamar Joshua.

"Lain kali aku gak akan mau punya rumah seperti ini. Pasti akan melelahkan untuk membersihkannya bukan." Aku bergumam untuk mengeluarkan kejengkelanku atas rumah yang besar ini. Kakiku benar benar pegal karenanya.

"Sudah selesai study tour nya?."

Aku menghentikan langkahku dan langsung menatap ke arah asal suara yang baru saja kudengar itu. Sial! Bapak tua aneh itu.

Dia berjalan mendekatiku dengan gaya songongnya itu. Kalau boleh aku ingin menaruh kakiku di muka jeleknya itu. Aku sama sekali tidak menjawab pertanyaannya itu dan hanya terdiam saja.

"Apa alasanmu menyukai anakku?."

Author POV

Pandi hanya terdiam dan berdiri di tempat yang sama. Pandangan dari James benar benar seperti ingin menindas seorang Pandi.

"Apakah setelah kau tau Pandi adalah anakku, kau malah semakin semangat mengejarnya, hmm?."

"Berhenti mengejekku pak tua!!."

Kepalan tangan Pandi benar benar mengeras namun masih belum berbalik ke arah James. Suasana semakin tegang karena Pandi masuk ke dalam perangkap James. Emosinya terpancing oleh si James.

"Katakan saja, kau butuh berapa perbulan. 10 juta, 20 juta? Oh atau 100 juta."

Sebuah kepalan tangan melaju dengan cepatnya dan berhenti tepat di depan wajah James namun hal itu tidak dapat membuat James ketakutan sedikitpun.

"Hentikan omong kosong mu itu, aku benar benar muak mendengarnya. Apakah karena umurmu yang sudah tua itu membuat pemikiranmu benar benar menjadi kolot? Urusanku tetap urusanku. Kau tidak perlu memberiku uang sebanyak itu."

Pandi menurunkan tangannya dan memalingkan wajahnya lalu segera pergi dari pandangan James.

"Aku menyukai siapapun itu urusanku. Lagipula, yang mulai rasa suka ini bukan aku pak tua."

Pandi pun segera menghilang dari tempat yang benar benar tidak kondusif tersebut. James tetap saja dengan wajah songongnya seakan rasa puas telah mengintimidasi Pandi.

"Benar benar orang yang menarik. Apa perlu kujadikan dia koleksi ku."

James pun berjalan meninggalkan tempat itu sambil tertawa kecil.

Di ruangan yang lain terlihat seorang wanita yang sedang memberikan makan kepada bayinya. Dia memandang bayinya dengan lembut bagaikan tatapan seorang ibu yang mengasihi.

"Benar benar terlihat seperti seorang malaikat. Ibu tidak akan pernah menyesal melahirkanmu walaupun aku tau keadaannya seperti ini. Betapa bangganya aku melihat dirimu wahai anakku. Tetaplah hidup dan jadi orang yang sukses di masa depan. Ibu pasti akan mendukungmu dimana pun ibu berada."

Wanita itu menyanyikan sebuah lagu yang terdengar lembut dan menenangkan sambil melihat bayinya yang sepertinya mulai mengantuk dan tidak lama lagi tertidur.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My BodyguardWhere stories live. Discover now