[vol. 1] 14. Twinkle Little Star

7.3K 1K 56
                                    

"Sebenarnya apa yang terjadi malam itu?"

***

"Mas Erik gimana, sih? Sebagai kakak tertua yang ada saat ini, seharusnya Mas bisa menggantikan Mas Angga dan bersikap lebih tegas dong menghadapi kasus ini. Apa Mas Erik tega, membiarkan kematian Mas Angga yang nggak wajar itu terlewat begitu aja? Terus yang lebih parahnya lagi, sekarang pelakunya malah terbebas dari hukuman apapun dengan cara berpura-pura menjadi gila seperti itu. Enak sekali si Yuli itu!" Arina, satu-satunya anak perempuan di antara tiga bersaudara dari keluarga ayahnya Sakura, Angga, merupakan orang yang paling tidak terima melihat ibunya Sakura yang sejauh ini diduga menjadi tersangka atas kasus pembunuhan abangnya, terbebas dari jeratan hukum secara cuma-cuma.

Mendapat desakan dari Arina, Erik, ayahnya Pita sekaligus paman tertua Sakura, sungguhlah bingung bagaimana ia harus mengambil tindakan. "Bukan begitu, Arina. Mas memutuskan untuk mencabut kasus kematian Angga karena mau bagaimana pun juga sekarang Sakura hanya memiliki Yuli."

"Tapi sekarang kan Sakura sudah besar, Mas. Dia pasti sudah bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Dia juga pasti sudah bisa mengerti kalaupun nantinya Yuli harus mendekam di penjara karena terbukti bersalah karena telah membunuh Mas Angga. Aku yakin itu," tandas Arina lagi, berupaya untuk meyakinkan abangnya.

Dengan gelagat yang terlihat seolah-olah sedang membaca koran di ruang tamu, sesaat Erik membuang napas kasar. Mengingat percakapannya dengan Arina saat di Bandung, benar-benar membuat isi kepalanya buntu untuk memikirkan solusi lain, selain melaporkan kakak iparnya sendiri ke polisi. Yang sebenarnya, desakan itu pula yang menyebabkan Erik akhirnya memutuskan untuk meminta dipindah tugaskan kembali di Jakarta. Setidaknya sampai kasus itu terselesaikan.

"Assalamualaikum," ucap Pita memberi salam, diiringi dengan suara derit pintu terbuka.

Alih-alih menurunkan koran di tangannya, Erik menyambut dengan senyuman. "Sudah pulang anak Papi. Gimana? Surat yang Papi titipkan tadi sudah kamu berikan?"

"Udah, kok, Pi. Aku kasih ke Sakura," balas Pita seraya mencium punggung tangan papinya, yang kemudian raut wajah gadis itu berubah seketika. "Hm... Pi, Pita boleh tanya sesuatu sama Papi?"

"Tanya apa, sayang?"

"Papi sama Tante Arina mau angkat kasus pembunuhan Om Angga lagi, ya?"

Erik terdiam sesaat. Ia bingung harus menjawab apa di saat kenyataannya memang; iya.

"Kenapa Papi diam?" Pita menatap papinya meminta penjelasan. Namun di sisi lain, Erik yang tidak bisa menjelaskan apa-apa malah menciptakan suasana hening. "Pita kasihan sama Sakura, Pi. Tadi Pita lihat dia shock pas nerima surat tuntutan yang Papi ajukan, meskipun itu ditujukan buat Tante Yuli. Papi juga tahu sendiri kan, kalau Sakura itu benar-benar sayang banget sama Tante Yuli."

"Sudahlah, Nak. Biar ini menjadi urusan orang dewasa. Lebih baik kamu makan sekarang, lalu istirahat. Kebetulan juga mami sedang masak makanan kesukaan kamu di dapur, untuk nanti kita makan sama-sama."

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang