Part 21 ( Rio )

33.1K 1.1K 10
                                    

Happy Reading💜
Warning : Typo dimana-mana!

Jangan lupa tekan ⭐😉

"Jangan lupa makan loh! Nanti sakit gimana? Kan kurus. Nanti badan kamu tulang semua! Terus kalo naik motor aku bonceng, entar terbang! Eh?!"
~Deon Rifal Baskoro~

Deon POV

Setelah jalan-jalan di taman dekat rumah sakit, akhirnya gue kembali ke ruangan gue di rawat. Sebenarnya sih males. Males banget. Apalagi ketemu sama dua kutil itu. Untung aja ada bidadari gue, Dea.

(Sekedar mengingatkan, Deon memanggil Caca itu Dea)

"Gimana, udah jalan-jalannya?" Tanya Fajar saat gue sama Dea baru masuk ruangan.

"Hm." Jawab gue.

"Owh iya, Rama sama Fajar... kalo Deon minta roko jangan di kasih! Kalo dia marah sama kalian, bilang sama gue! Oke?!" Tanya Dea yang masih marah sama gue.

Rama dan Fajar mengangguk. Tak lupa dengan kekehan mereka. Dasar sahabat sialan!

"Kalian ngeroko?" Kini Rita yang bertanya.

"Iya." Jawab Rama santai.

Rita menggelengkan kepala, "Penyakitan."

Dea mengangguk setuju. Huh! Dasar Wanita! Mereka tidak tahu saja, jika roko itu menengkan. Coba saja mereka mencoba roko, pasti ketagihan.

"Permisi..."

Semua yang ada di dalam ruangan langsung menengok ke arah pintu.

Owh, ternyata dokter.

"Kok ganti?" Tanya Dea berbisik sama gue yang kini udah ada di atas kasur.

"Iyalah! Aku yang ganti." Kata gue dengan sombongnya. Suruh siapa dia mengidolakan Dr. Nando yang jelek itu! Gantengan juga gue kemana-mana.

"Ih kok bisa?!" Tanyanya kesal sambil menarik ujung baju gue. Aelah tarik-tarik, ngode gue buat buka baju? Loh?

"Bisalah Ca, kan rumah sakit ini milik kakeknya Deon." Saut Fajar dari ujung sana. Wah tumben otaknya encer.

Dea melirik ke arah gue, dengan ekspresi menunjukkan tak kesukaannya pada gue. Yah whatever, yang penting Dokternya udah gue ganti. Dan sekarang udah agak tuaan. Bisa di bilang seumuran Papa gue, bahkan lebih tua lagi.

Sang Dokter kemudian memeriksa gue. Dea yang masih ada di samping gue, dari tadi menunjukkan muka cemberutnya. Sungguh, pengen ngakak gue.

"Kesehatan menunjukkan progres yang bagus. Mungkin besok sodara Deon sudah diperbolehkan pulang. Namun, harus istirahat terlebih dahulu di rumah untuk beberapa hari." Jelas Dokter itu selesai memeriksa gue.

"Iya."

"Terima kasih dok." Kata Dea tak lupa dengan senyumnya.

Dokter tersenyum, "Kalau begitu saya permisi. Ingin mengecek pasien lainnya."

Gue hanya mengangguk. Lalu, Dokter pergi meninggalkan ruangan.

Ting!

Terdengar notif handphone yang membuat gue mengarah ke Dea.

Dea mengambil handphone yang ada disakunya. Kemudian membuka pesan tersebut.

Gue sedikit curiga, sebab Dea jadi senyum-senyum sendiri. Apa Dea selingkuh? Gak! Gak akan bisa! Dea is mine! Gak ada yang boleh milikin Dea, selain gue!

"Dari siapa?" Tanya gue curiga.

Dea mengerucutkan bibir, "Bukan dari siapa-siapa."

"Gak bohong kan?"

Possesive! [ TAMAT ] ✔Where stories live. Discover now