Tiga

1.9K 160 14
                                    

Ervin

Suara gedoran di pintu membuatku bangun dengan terpaksa. Hari ini adalah hari libur dan aku masih ingin memanjakan diriku dengan tidur yang panjang. Aku meraih ponselku dan melihat jam menunjukkan pukul 8 pagi. Siapa yang menggendor pintu kamarku sekencang dan sepagi ini?

Aku berjalan malas menuju ke pintu karena gedoran semakin kencang saja. Bisa-bisa penjaga kedai kopi akan mendengarnya. Aku membuka pintu dan melihat perempuan tetangga sebelah kamar berdiri di depan pintu seraya tersenyum lebar. Tidak ada lagi wajah lelah seperti semalam.

"Morning! Maaf mengganggu tidurmu." Sapanya masih dengan senyum lebarnya. Dia benar-benar berbeda dengan saat sebelumnya saat aku melihatnya.

Aku masih menatapnya dengan tatapan kesal karena telah menganggu tidurku.

"Aku hanya ingin mengantar ini." Ia membawa sebuah nampan dimana ada beberapa mangkuk di dalamnya. Aku mengernyitkan dahi bingung.

"Boleh aku meletakkannya di dalam?" tanya nya. "Biar aku saja yang membawanya." Aku meraih nampan itu dengan cepat karena aku tidak ingin dia masuk ke dalam kamarku yang sedang berantakan. Semalam aku memporak porandakan kamar dengan file-file kasus yang sedang aku kerjakan.

"Baiklah. Itu adalah ucapan selamat datang dariku. Maaf karena aku belum bisa menyambutmu dengan benar sebelumnya." Ucap perempuan itu lalu melambaikan tangan.

"Sebentar, siapa namamu?" tanyaku. Aku memang tidak terlalu mendengar saat dia menyebutkan namanya beberapa hari yang lalu.

"Irene. Shafiyya Irene." Jawabnya. Dia tampak manis sekali saat tersenyum.

"Aah, thanks Ren sarapannya." Aku berusaha tersenyum meski pasti jelek sekali.

Irene hanya tersenyum saja lalu masuk ke dalam kamarnya. Sementara aku langsung menutup pintu kamar dengan kakiku. Ku letakkan nampan di meja dan membuka satu persatu mangkuk yang dikirimkan Irene. Satu mangkuk nasi, sup merah, dan udang goreng tepung. Aku tersenyum sendiri saat melihatnya. Ini adalah pengalaman pertama buatku karena sebelumnya tidak pernah ada yang mengirimiku makanan sepagi ini. Rasa kantukku sudah hilang, hingga akhirnya aku putuskan untuk mandi dan segera sarapan.

-00-

Irene

Aku masih berdiri di balik pintu sembari memegang dadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika hatiku akan merespon hingga seperti ini. Semula, aku hanya berencana untuk mengirimkan sarapan pagi padanya karena aku memasak cukup banyak dan tidak mungkin akan menghabiskannya. Tapi, saat mataku bertatapan dengannya, otakku langsung mengirim respon pada hati dan membuat jantungku berdebar cepat. Sudah lama aku membiarkan hatiku beku, namun sekarang, laki-laki itu menggetarkannya lagi.

Suara ponsel yang berdering membuatku terjaga. Aku berjalan cepat menuju ke nakas di samping tempat tidur. Nama Keenan tertera di layarku.

"Selamat pagi, Pak."

"Ren, bukankah aku sudah bilang untuk tidak memanggilku pak di luar jam kerja?" Keenan sudah mengomel duluan.

"Aah, iya maaf."

"Semalam kamu sampai di rumah dengan selamat kan? Kenapa kamu tidak mengirimkan pesan padaku?"

Aku langsung menepuk keningku sendiri. Aku benar-benar lupa jika harus mengirimkan pesan sesampainya di tempat kost. Aku sudah cukup lelah untuk mengingatnya. Otakku berpikir keras untuk mencari-cari alasan menjawab pertanyaannya.

"Maaf, semalam lowbat dan aku tertidur setelah mengisi ulangnya." Aku berbohong.

"Ooh. Aku tidak bisa tidur memikirkanmu semalaman." Ucap Keenan yang membuatku bengong. Kenapa dia harus tidak bisa tidur karena memikirkanku? Memangnya aku ini siapanya dia hingga dia harus memikirkanku seperti itu? Aku memilih untuk tidak merespon ucapannya. Aku tidak seharusnya terlibat begitu jauh dengan atasanku sendiri.

In Between [END] [The Wattys 2020]Where stories live. Discover now