Empat Belas

1.2K 115 8
                                    

Keenan

Mataku menyipit saat sinar matahari menyilaukan mata. Aku baru saja sampai di bandara dan akan langsung pergi ke kantor. Sesuatu di dalam hatiku menggerakkanku untuk segera menemui Irene. Setelah melihat siaran berita beberapa hari yang lalu, aku sudah tidak sabar untuk melihat Irene dan memastikan bahwa dia baik-baik saja.

Driver membukakan pintu mobil untukku dan aku langsung memintanya untuk pergi ke kantor. Aku melihat jam tanganku dan sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Banyak hal yang harus aku lakukan setelah ini dan akan ada banyak peristiwa juga setelah ini.

-00-

Irene

Dokumen-dokumen menumpuk di mejaku dan aku berusaha membunuh perasaanku dengan semua kesibukan ini. Selama tiga hari ini aku terus menyibukkan diri dengan semua pekerjaanku. Aku hanya berharap kalau aku bisa melupakan keberadaannya di dalam kehidupanku. Juga, melupakan kenyataan bahwa setelah peristiwa malam itu, dia tidak lagi pulang ke rumah hingga tadi pagi.

Suara langkah kaki membuatku mengalihkan pandangan dari dokumen yang aku kerjakan. Pandangaku tertuju pada wajah laki-laki yang sedang tersenyum padaku. Aku langsung berdiri.

“Kenapa kamu sudah masuk kerja?”

“Bukankah sekarang jam kerja, Ren? Kenapa kamu berbicara dengan tidak formal padaku?” Dia tersenyum lebar padaku dan ucapannya berhasil membuatku tertawa.

Sorry.”

Keenan berdiri di depan mejaku dan melihat tumpukan dokumen di mejaku.

“Apakah ini semua membutuhkan tanda tanganku? Aku sepertinya akan lembur malam ini.” Ucapnya kemudian.

“Tidak hanya tanda tangan, tetapi semua ini butuh persetujuan Bapak. Banyak hal yang tertunda selama satu minggu ini.”

Keenan mengangguk-angguk. Dia mengambil satu dokumen dan membacanya.

“Bagaimana kalau kita mulai dengan kabarmu, Ren?”

Aku mengerutkan kening mendengarnya.

“Aku ingin tahu apakah kamu baik-baik saja, Ren?” Keenan menatapku dengan tatapan yang sulit tergambarkan.

“Aku baik-baik saja.” Sahutku pelan karena aku tidak benar-benar baik-baik saja saat ini.

Keenan tidak menyahut namun masih menatapku. Matanya bahkan sedang terlihat sedang mencari-cari. Namun, kemudian dia tersenyum.

“Baguslah kalau kamu baik-baik saja. Kalau semua ini sudah siap untuk dibawa ke ruanganku, aku menunggumu di dalam.”

Keenan lalu berjalan pergi meninggalkanku.

-00-

Keenan

Langkah kakiku pelan menuju ke ruanganku. Setelah melihat kesedihan dari mata Irene yang berusaha ditutupinya, aku tahu dia sedang terluka saat ini. Dan, aku tidak ingin memperburuk suasana hatinya dengan semakin mengoreknya. Yang harus aku lakukan adalah membuatnya teralihkan dari perasaannya. Aku harus menghiburnya. Aku harus mengobati lukanya. Aku harus melindunginya dari semua hal yang akan melukainya. Irene tidak boleh terluka apapun yang terjadi. Aku bertekad di dalam hati.

-00-

Ervin

Pandanganku masih saja tertuju pada Katniss yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Beberapa hari yang lalu, aku membawanya ke rumah sakit karena dia mengalami pendarahan. Namun, untung saja bayinya sudah cukup kuat untuk bertahan. Sekarang dia harus beristirahat selama beberapa hari di rumah sakit.

In Between [END] [The Wattys 2020]Where stories live. Discover now