Dua Belas

1.3K 121 5
                                    

Ervin

Suara-suara berdengung di telingaku dan membuatku terbangun dari tidur. Aku membuka mata dan menemukan diriku tertidur di sofa. Sebuah selimut menutupi sebagian tubuhku. Seingatku, aku tidak memakai selimut ini semalam. Aku duduk dan melihat dokumen-dokumen di meja masih berserakan. Semalaman aku membaca semua dokumen ini dengan detail setelah mengantarkan Katniss tidur.

“Pagi, Vin.” Suara Katniss terdengar lembut. Dia berdiri tidak jauh dariku dan di tangannya dia memegang cangkir.

“Hai, Kat.” Aku mengusap wajahku.

“Teh Chamomile.” Katniss meletakkan cangkir porselen itu di meja. Asap putih tipis masih mengepul dari atas cangkir.

“Terimakasih.” Teh Chamomile adalah teh favorit Katniss karena menurutnya ia merasa tenang setelah meminumnya.

“Hari ini aku berniat untuk mengunjungi Nicholas. Kamu bisa ikut kalau kamu mau.” Ucap Katniss. Dia tampak lebih tenang dibandingkan semalam.

“Kamu yakin akan menemuinya? Akan ada banyak wartawan di sana.” Tanyaku.

“Bukankah ada kamu yang mendampingiku?” Katniss memegang tanganku dan seketika sebuah aliran listrik seperti sedang menyengatku. Aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

-00-

Irene

Tumpukan berkas-berkas di meja semakin meninggi saja, saat aku melihatnya tadi pagi. Aku hanya menghela nafas lalu duduk di kursiku. Tanganku meraih tombol power pada CPU. Aku harus memulai pekerjaanku sekarang atau aku akan bertahan disini hingga malam hari.

“Kamu sudah balik, Ren?” suara Nadya membuatku berpaling dari layar komputer. Aku hanya tersenyum lebar lalu kembali menatap layar monitor.

“Bagaimana si Bapak?” tanya Nadya lagi.

“Dia baik-baik saja.” Jawabku tanpa memalingkan wajah dari monitor.

“Oh ya, Ren. Nanti siang kontraktornya mau kesini. Desain untuk renovasi unit kerja sudah jadi. Mereka ingin menunjukkannya padamu. Dan hasil dari tes psikologi untuk frontliner baru sudah aku letakkan di meja. Kantor Wilayah minta kita segera memutuskannya hari ini.” Penjelasan Nadya membuatku sakit kepala. Belum selesai aku mengerjakan satu pekerjaan, sudah banyak yang mengantri minta dikerjakan hari ini juga.

“Nad, bisakah kamu buatkan surat untuk pejabat sementara sampai Keenan kembali?” Aku bertanya tanpa menoleh pada Nadya.

“Keenan??”

Aku mendongak dan menatap Nadya yang sedang menatapku dengan bingung. Pekerjaan yang menumpuk ini membuatku lupa kapan harus memanggil Keenan dan kapan harus memanggilnya Bapak.

“Maksudnya Bapak.” Aku mengoreksi ucapanku namun Nadya sudah terlanjur tersenyum. Aku tentu saja tahu arti senyuman Nadia.

I know, Ren. I know.” Ucapnya.

Aku semakin ingin menenggelamkan diriku ke dalam berkas-berkas ini.

-00-

Ervin

Pandanganku tertuju pada Katniss yang masih diam di dalam mobil. Ia tampak sedang menatap beberapa wartawan yang berdiri di depan kantor Kejaksaan.

“Kamu yakin mau ke sana, Kat?” Aku bertanya lagi. Mungkin ini adalah pertanyaan kesepuluh kalinya dalam hari ini.

Katniss lalu menoleh padaku dan tersenyum.

In Between [END] [The Wattys 2020]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang