Sebelas

1.3K 130 1
                                    

Irene

Pagi ini mendung menggantung seolah hujan siap untuk turun. Aku sudah sibuk menyambut beberapa orang yang datang ke rumah Keenan. Teman-teman kantor juga datang, begitu juga dengan beberapa pejabat di kantor pusat. Aku harus menyiapkan segala kebutuhan mereka mulai dari saat mereka datang hingga mereka pulang. Aku sudah terbiasa dengan kesibukan seperti ini jika berurusan dengan pejabat-pejabat di kantor pusat.

“Ini.” Aku menoleh saat sebotol air mineral terulur padaku. Ervin berdiri di sampingku dan dia membawakanku air minum. Mungkin dia melihat betapa sibuknya aku, hingga untuk minum saja aku tidak sempat.

Thanks.” Aku menerima botol air mineral itu dan meminumnya.

“Ada yang bisa aku bantuin, Ren?” tanyanya kemudian.

“Sudah selesai, kok.”

“Jadi seperti ini pekerjaanmu?”

Aku tertawa mendengar pertanyaan Ervin. “Yang seperti ini, itu seperti apa?”

“Yaa, begini. Sibuk mempersiapkan semua keperluan orang-orang itu.”

Aku tertawa lagi. “Lebih dari itu, aku mengurusi semua hal di kantor. Entah tentang kantornya, orang-orang di dalamnya dan juga acara apapun yang diadakan di kantor. Kalau hanya tentang mengurusi para pejabat itu, itu hanya sebagian kecil dari pekerjaanku.”

“Kamu tidak lelah atau bosan?” tanya Ervin lagi.

Sometimes. Tetapi, aku selalu mengingatkan diriku kalau bisa sampai di posisi ini saja aku sudah bersyukur. Saat itu, rasa lelah dan bosanku hilang sendiri.” Aku menyunggingkan senyum.

Ervin juga ikut tersenyum. “Nice thought.”

“Aku tinggal dulu ya. Mereka membutuhkanku.” Aku berjalan meninggalkan Ervin karena beberapa staf pejabat membutuhkanku.

-00-

Ervin

Pandanganku masih tertuju pada Irene yang sedang berbaur dengan orang-orang kantornya. Dia masih bisa tersenyum kesana kemari meski aku tahu kalau dia pasti sangat lelah. Dan pembicaraan tadi membuatku kagum padanya. Dia bisa begitu optimis pada hidupnya, hingga keoptimisannya bisa membawanya pada pekerjaannya saat ini. Meski dia tidak memiliki latar belakang keluarga atau pendidikan yang mengagumkan bagi orang lain, tetapi kerja kerasnya bisa membawanya hingga saat ini.

She knows how to live.

-00-

Irene

Aku mengemasi barang-barangku dan memasukkannya ke dalam koper. Malam ini aku akan kembali ke Jakarta karena besok aku harus bekerja lagi. Suara ketukan di pintu kamar membuatku menghentikan aktifitasku. Aku berjalan menuju ke pintu dan membukanya. Mataku menemukan Keenan berdiri di depan pintu.

“Kamu sudah siap, Ren?” tanya Keenan. Dia melongok dan melihat koperku di atas tempat tidur.

“Ya. Tidak banyak barang juga yang aku bawa kemarin.”

“Aku akan mengantarmu dan Ervin ke bandara.” Ucap Keenan.

“Kamu tidak perlu repot-repot, Keen. Bukankah masih ada beberapa tamu juga?”

Keenan tersenyum. “Tamu terpentingku akan pulang. Jadi sudah sepantasnya aku mengantarnya.”

Aku tertawa kecil mendengarnya.

“Ren.”

“Ya.”

“Terimakasih kamu sudah membantuku. Aku tidak tahu akan bagaimana jadinya, jika kamu tidak datang.” Keenan tampak bersungguh-sungguh.

In Between [END] [The Wattys 2020]Where stories live. Discover now