Delapan

1.3K 121 5
                                    

Irene

Langkah kakiku cepat menaiki tangga kantor. Aku baru saja mendapat kabar jika pemimpin wilayah akan datang siang ini. Dan seperti hari-hari sebelumnya, setiap kali ada tamu, maka aku selalu menjadi orang yang paling sibuk. Saat akan masuk ke ruanganku, aku sempat melirik Keenan yang sudah duduk di mejanya dan tampak serius menatap layar komputer. Tentu saja dia akan sangat sibuk dengan kunjungan mendadak seperti ini.

Hal pertama yang aku lakukan adalah menghubungi sekretaris pemimpin wilayah untuk menanyakan agenda kunjungan mendadak ini. Setelah itu, aku bisa menyesuaikan dengan tempat untuk rapat dan juga konsumsi. Dan sebagai orang yang selalu sibuk mengurusi tamu-tamu kantor, aku juga harus memiliki catatan tersendiri, makanan apa yang disukai para pejabat-pejabat.

“Ren, kamu sudah datang?” Aku mendongak dan melihat Keenan sudah berdiri di depan kubikel. Entah sudah sejak kapan, dia berdiri di situ.

“Iya, Pak. Harus menyiapkan semuanya.” Jawabku.

“Kamu sudah menyiapkan tempat makan siangnya? Bapak Pemimpin Wilayah mau lunch sama semua marketing.”

Aku terkejut mendengarnya. Sekretarisnya tadi tidak mengatakan apapun tentang rencana makan siang bersama ini.

“Kamu telepon saja ke sini. Katakan saja, aku mau memesan satu room untuk makan siang.” Keenan menyerahkan sebuah kartu nama padaku. Aku melihat nama yang tertera di kartu nama dan tentu saja aku tahu restoran mewah ini. Hanya orang-orang tertentu yang bisa makan di tempat ini karena memang harus ada reservasi sebelumnya.

“Iya, Pak.”

Aku hendak mengambil gagang telepon saat Keenan berbicara lagi. “Sekarang kan belum ada orang, Ren. Jangan manggil bapak. Geli telinga dengernya.”

Aku menahan tawa mendengarnya. Keenan ikut tertawa lalu berjalan keluar dari ruanganku. Tampak sekali sesuatu membebaninya, tetapi dia menyembunyikannya dariku.

-00-

Ervin

Aku melirik jam tanganku lagi. Ini adalah ke delapan kalinya aku melihat ke jam tanganku. Air putih yang disuguhkan di meja sudah hampir habis, tetapi orang yang aku tunggu tidak kunjung datang. Sudah hampir 2 jam aku duduk di sini dan menunggu dengan perasaan campur aduk. Jauh di lubuk hatiku, aku berharap orang itu tidak akan datang. Tetapi, jika dia tidak datang maka aku akan direpotkan oleh pertanyaan macam-macam oleh Big boss.

“Vin.”

Aku menoleh pada suara yang memanggilku. Dan yang aku lihat justru Irene. Dia berdiri di sampingku dan tersenyum padaku.

“Hei.” Lalu, Keenan muncul dari belakang Irene.

“Kalian juga di sini?” tanyaku. Wajahku pasti tidak bisa menutupi keterkejutanku.

“Kita ada makan siang sama Big boss.” Jawab Keenan.

Aku mengangguk-angguk. Irene dan Keenan bekerja dalam satu kantor, jadi hal seperti ini mungkin saja terjadi.

“Ada janji sama klien?” tanya Keenan lagi.

“Hmm, ya. Katniss.” Aku ragu-ragu menjawabnya.

“Hai.”

Tiba-tiba seorang perempuan dengan setelan dress warna salem muncul. Dia tampak sangat cantik. Rambutnya masih kecoklatan seperti dulu. Juga, matanya masih indah. Ia tidak banyak berubah kecuali penampilannya yang terlihat lebih mewah.

“Katniss.” Aku tidak menduga jika akan begini rasanya bertemu lagi dengan orang yang pernah mematahkan hati.

-00-

In Between [END] [The Wattys 2020]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang