Sembilan

1.3K 122 3
                                    

Keenan

Aku meletakkan ponsel setelah mengirim pesan pada Irene. Pandanganku tertuju pada langit yang mulai tersinari matahari. Jalanan di bawah sana sudah cukup ramai meski jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Aku lalu berbalik dan menarik koper yang sudah aku siapkan sejak semalam. Tadi malam aku mendapatkan telepon kalau Mama masuk rumah sakit dan aku harus pulang ke Jogjakarta dengan penerbangan pagi.

-00-

Irene

Dering alarm ponsel membuatku terbangun dengan kaget. Aku mengusap-usap wajahku agar aku bisa membuka mata dengan benar. Rasanya masih sangat malas untuk bangun dan berangkat bekerja lagi. Tanganku meraih ponsel dan melihat apabila ada pesan yang masuk. Ada satu pesan dari Keenan. Keningku berkerut saat membacanya. Dia mengajukan cuti selama beberapa hari ke depan karena dia harus pulang ke Jogjakarta. Kenapa sangat mendadak? Dia tidak mengatakan apapun padaku semalam.

Aku menarik diriku sendiri untuk berjalan ke kamar mandi setelah membalas pesan dari Keenan. Hari ini aku berniat mengemudikan mobil sendiri ke kantor jadi aku harus berangkat lebih pagi.

Baju batik dan juga celana panjang hitam sudah membalut badanku. Rambutku juga sudah aku sisir rapi. Barang-barang juga sudah aku masukkan ke dalam handbag. Aku melangkah keluar dari kamar dan betapa terkejutnya aku saat melihat Ervin berdiri di dekat pot-pot bungaku. Dia sedang menyirami bunga-bungaku.

“Pagi, Ren.” Sapa Ervin. Dia melanjutkan aktifitasnya menyemprotkan air pada bunga-bunga.

“Hai.”

Aku mengamati Ervin yang tampak segar meski dia hanya memakai kaos warna coklat dan celana jeans selutut.

“Kamu tidak kerja?” tanyaku.

“Aku kan pengacara.” Jawabnya dengan senyum simpul.

“Ya, aku tahu kamu pengacara, tapi…”

“Aku pengangguran yang tidak punya acara, Ren. Jadi aku pikir, aku bisa membuat satu acara pagi yaitu membantumu menyiram bunga-bunga ini.” Potong Ervin. Aku berkenyit dan tidak memahami maksud ucapannya.

“Kamu tidak bekerja di firma itu lagi?”

I got fired. Hmm, sebenarnya aku yang mengundurkan diri.”

“Kenapa?”

Ervin tertawa. “Kalau kamu mendengarkan ceritaku, kamu akan dimarahi Keenan karena terlambat.”

Aku langsung ingat kalau aku harus segera berangkat agar tidak terjebak macet. “Ah, thanks sudah mengingatkan. Aku berangkat dulu.” Aku buru-buru menuruni tangga.

“Salam buat bosmu, Ren.” Teriak Ervin dari lantai atas.

“Sampaikan sendiri. Dia cuti beberapa hari.” Balasku dari garasi.

“Kenapa dia cuti?” Ervin masih bertanya lagi.

“Dia bilang sesuatu yang urgent di Jogja.” Sahutku. Aku lalu masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobil keluar dari halaman rumah kost.

Suara melankolis Tulus yang menyanyikan lagu Pamit menemani pagiku hari ini. Sesuatu masih menggangguku. Ervin mendadak mengundurkan diri setelah dia bertemu dengan Katniss kemarin. Apakah sesuatu terjadi?

-00-

Keenan

Rumah sakit selalu saja ramai dan setiap kali masuk ke dalamnya, akan selalu tercium aroma yang menusuk hidung. Aku berjalan masuk menyusuri lorong-lorong rumah sakit menuju ke ruang ICU. Koperku sudah dibawa oleh driver kepercayaan Papa ke rumah. Aku melihat Papa berdiri di depan ruang ICU dengan wajah cemas. Namun, senyum langsung mengembang di bibirnya saat melihatku. Aku langsung memeluk Papa.

In Between [END] [The Wattys 2020]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang