01

20.5K 1K 13
                                    

Wulan mengerjapkan matanya beberapa kali. Cewek itu masih berdiri kaku di tempatnya, melihat laki-laki---yang belakangan ini sering ditemuinya--- kini menghalangi jalannya dengan menarik ponsel yang tadinya dimainkan olehnya.

"Ada apa?" Tanyanya setelah lama terdiam.
Adam masih menatapnya, tak bergeming. "Temenin gue makan," Adam berujar datar tanpa ekspresi.

Wulan diam beberapa saat mencerna kalimat yang diucapkan Adam. "Maaf gue---"

"Gue gak nanya lo mau atau gak!" Adam menarik pergelangan tangan Wulan, menyusuri halaman kamus menuju parkiran di mana mobilnya berada.

"Eh, eh gue gak bisa," Wulan berusaha untuk berhenti, namun Adam lebih kuat dalam menariknya, atau lebih tepat menyeretnya.

"Aww!" Wulan meringis kala ia tersandung dan terjatuh, namun dengan tega Adam terus saja menariknya. Hingga sampai di parkiran. Dan mendorong kasar Wulan masuk ke dalam mobil.

"Lo kenapa sih?!" Tanya Wulan saat Adam sudah duduk di kursi kemudi mobil. Cewek itu sedikit meninggikan suaranya, ingat sedikit. Bahkan terdengar datar bagi pendengaran Adam.

Adam melajukan mobilnya meninggalkan area kampusnya. "Kalau gue mau lo lakuin apapun, lo gak usah nolak! Apapun alasannya! Kalau lo gak mau dikasarin!" Wulan mengernyitkan keningnya bingung mendengar penuturan seseorang di sampingnya penuh penekanan.

"Eh, tunggu-tunggu, maksud lo apa? Gue gak ngerti,"

"Bukannya lo nyuruh gue berhenti buat gak berkelahi?"

"Lah terus?"

"Kalau lo mau gue berhenti, yah lo harus jadi pelampiasan amarah gue!"

"Hah? Lo kira gue apaan?! Yakali gue jadi korban dari amarah lo yang entah sama siapa?! Lagian kalau gini ceritanya, mending lo lanjut aja tuh acara berkelahi lo, nyesel gue ngasih tau!" Wulan menatap tajam ke arah Adam yang masih fokus pada jalanan di depannya.

"Terlambat! Karna gue lebih suka luapin amarah gue sama lo, daripada sama orang lain," Wulan refleks membulatkan matanya mendengar apa yang di ucapkan Adam.

"Jadi ini alasan lo belakangan ini cari masalah mulu sama gue, gitu?"

"Yaiyalah, lo kira apa? Lo kira gue suka sama lo? Gak akan! Lo bahkan bukan tipe gue," Adam berujar penuh percaya diri, membuat Wulan sedikit membuka mulutnya tak menyangka dengan apa yang di dengarnya.

Adam sekilas melirik Wulan yang masih membuka mulutnya, "tutup mulut lo! Nanti kalau ada nyamuk nyasar, yang susah juga gue," ujarnya membuat Wulan tersentak dan langsung menutup mulutnya.

"Kalau gue bukan tipe lo, emang gue pikirin! Lagian yang mau disukai sama cowok emosian kayak lo, siapa?! Amit-amit dah, yang ada lo bakal buat orang ngerasain tekanan batin!"

"Bagus deh, dan lo jangan coba-coba buat suka sama gue! Awas aja!" Peringat Adam.

"Ngek! Yang suka sama lo siapa coba! Kalaupun cowok di dunia ini tinggal lo doang, gue mending jadi perawan tua!"

Adam memberhentikan mobilnya. "Sekarang lo gak usah bacot, sekarang kita udah sampai," ujarnya yang langsung keluar dari mobil, tanpa mendengar pertanyaan Wulan yang tak sempat terlontar.

"Tunggu ngapain lo bawa gue ke sini? Bukannya tadi lo mau makan?" Tanya Wulan setelah turun dari mobil Adam, melihat rumah yang begitu besar di depannya.

"Makan malam keluarga, dan lo harus pura-pura jadi pacar gue!"

"Gue gak mau!"

"Gue nyuruh lo! Bukan nanya lo mau atau gak!" Ketus Adam yang membuat Wulan membelalakkan matanya.

"Sekarang ayo masuk!" Adam menarik Wulan yang berusaha bertahan di posisinya dengan memegang kaca spion mobil Adam.

"Gue gak mau, mending lo cari orang lain! Lagipula ini masih sore, belum malam, jadi lo masih punya waktu buat cari cewek lain!" Wulan masih berusaha keras bertahan di posisinya.

"Gue maunya lo! Jadi ayo masuk! Gue kenalin lo sama keluarga gue, terus itu kita pergi! Ikut gak!" Adam menarik Wulan dengan kuat, hingga selang beberapa menit, spion mobil Adam copot.

Tanpa memperdulikan kaca spion mobilnya yang copot, Adam tak menghentikan usahanya untuk menarik Wulan masuk ke dalam rumahnya.

"Yakh gue gak mau!"

"Gue bilang ikut! Apa susahnya sih, lo nurut aja!"

"Gue gak mau! Apalagi harus bohong!" Wulan berujar putus asa, karna sedikit lagi ia akan melewati pintu utama rumah itu untuk masuk.

Adam berhenti menatap geram ke arah Wulan. "Ya udah sekarang lo jadi pacar gue! Jadi lo gak akan bohong, oke?! Jadi sekarang ayo masuk dengan kaki lo sendiri tanpa harus gue tarik-tarik atau lo mau gue gendong kayak karung beras, HAH?!"

"Lo gila?! Gue gak ma---"

Kring...kring...kring...

Ponsel yang berada di saku jaket Adam bergetar menandakan ada panggilan masuk. Adam mengeluarkannya dan itu adalah ponsel Wulan. Sekilas Adam melihat nama kontak pemanggil itu sebelum dirampas oleh Wulan.

Wulan tanpa melihat dengan jelas siapa yang menelponnya, langsung menjawabnya.

'Halo? Lan, lo dimana?!"

Terdengar suara yang tampak cemas di seberang sana, membuat Wulan bisa menebak siapa yang tengah menelponnya sekarang.

"Halo, Bin, gue ad---" belum sempat Wulan meneruskan kalimatnya, ponsel yang berada di genggamannya langsung ditarik paksa oleh Adam, dan langsung mematikan panggilan yang sedang berlangsung.

"Ih, balikin hp gue!"

"Gue bilang masuk!"

"Hp gue balikin,"

"Gue hitung sampai tiga, kalau lo belum masuk juga, gue akan buat lo nyesel, udah buat gue kesel dan buat waktu gue terbuang sia-sia!" Ancam Adam membuat Wulan menatapnya dengan tatapan menantang.

"Satu," mulai Adam, yang sama sekali tak menggertakkan Wulan pada pendiriannya untuk tidak mengikuti perintah cowok itu.

"Balikin hp gue!"

"Dua,"

"GUE BILANG BALIKKIN HP GUE!"

Prank.

Adam membanting ponsel Wulan ke lantai, kemudian menginjaknya hingga membuat ponsel yang sudah tak tahu berbentuk apa, makin tak jelas bentuknya.

"HP GUE ANJIR!" teriak Wulan yang melihat kondisi ponselnya.

"Gue bilang masuk! Yah masuk! Lo gak usah sok nantangin gue! Jadilah cewek penurut, kalau lo gak mau hal buruk terjadi dalam hidup lo!"

"LO GI--"

"Ada apa--- Adam?" Ujar Seorang perempuan yang keluar dari rumah itu dan melihat Adam, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Wulan, "lo siapa?" Tanyanya.

"Dia pacar gue!" Ketus Adam yang membuat perempuan yang baru saja keluar dari rumah itu membelalakkan matanya tak percaya, sedangkan Wulan menatap tajam ke arah Adam, walaupun Adam sekarang tak sedang melihatnya.

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now