18

6.5K 390 12
                                    

"Ngapain lo ke sini? Kangen sama gue?" Tanya Adam setelah membawa masuk Wulan ke dalam kamarnya.

Sekilas, Wulan memperhatikan seisi ruangan, yang ia yakini adalah kamar Adam, terlihat dari keberadaan dari beberapa barang lelaki itu.

"Mmm ... gue ... tadi itu temen lo nelpon gue pake hp lo, katanya lo kenapa-napa," Wulan berujar seadanya, menanggapi kalimat Adam, toh, memang itu faktanya.

"Khawatir rupanya, lain kali kalau mau ngelakuin apa-apa, tanya ke gue dulu,"

Wulan memutar kedua bola matanya. "Gimana gue nanyanya? Kalau teman lo yang pake hp lo, buat kasih tahu ke gue kalau lo kenapa-napa,"

Wulan sedikit jengkel. Mau bagaimanapun, inikan salah Adam sendiri, menyimpan ponsel sembarangan.

"Oke oke, maaf."

"Nah, gitu kek! Bukan malah nyalahin gue karna datang ke sini. emang lo gak suka gue ke sini?"

"Bukan gitu Wulan, masalahnya lo juga masih pakai piyama lo, dan hari udah mau siang,"

"Lo tinggal di sini?" Tanya Wulan, mengabaikan pernyataan Adam.

"Lo tunggu di sini, gue cari kunci mobil gue dulu,"

Wulan melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue nanya lo tinggal di sini, bukan nanyain kunci mobil lo! Lo ngerti bahasa gue gak sih?!" Kesal Wulan.

"Lo kenapa jadi marah-marah gini sih? Apa karna kakak lo itu?" Adam-pun ikut terpancing emosi.

Wulan menghembuskan napasnya kasar, dan menundukkan dirinya di atas tempat tidur.

"Gue capek Dam, tapi gue gak tahu karna apa,"

"Lo kalau ada masalah bilang, jangan dipendam sendiri,"

"Dam, lo sadar gak? Selama ini lo hampir tahu semua tentang gue, tapi lo? Gue bahkan gak tahu banyak tentang lo. Seperti sekarang ini, lo nyebunyiin fakta kalau selama ini, lo tinggal di sini sama teman-teman lo, yang artinya selama ini, lo ada di rumah lo, saat gue datang,"

"Gue gak maksud buat nyembunyiin ini semua dari lo Wulan, gak sama sekali!"

"Lalu, ini semua namanya apa? Kalau gini terus mending, kita berhenti aja,"

"Berhenti?"

"Semua ini berakhir, lo sama gue,"

"Hanya karna masalah ini? Jangan bercanda Wulan,"

"Bukan hanya ini Adam!" Wulan berujar refleks bangkit dari duduknya, sedikit mendongak untuk melihat wajah Adam, yang kini sedikit memerah, mungkin karna tengah marah.

"Lalu apa?! Apa karna kakak lo itu? Iya?!"

"Jangan bawa-bawa kakak gue!" Ketus Wulan.

"Terus apa, Wulan?! Kenapa lo tiba-tiba jadi gini?!"

"Karena lo sama gue itu se ... " Wulan menutup mulutnya memberhentikan kalimatnya, hampir saja ia mengatakannya.

Tapi, apa tujuannya menyembunyikan fakta ini dari Adam?

Alasan Wulan hanya satu, ia belum siap.

"Se apa? Kenapa berhenti?"

"Bukan apa-apa, gue mau pulang," ujar Wulan hendak melangkah ke arah pintu.

"Apa yang lo sembunyiin dari gue?!" Adam menarik pergelangan tangan Wulan kuat, dan menatap tajam ke dalam manik mata gadis itu.

Wulan tak akan kuat jika Adam sudah bersikap seperti sekarang. Ini membuat pikirannya buyar, kata-katanya seketika hilang, dan anggota tubuhnya terasa kaku.

Adam mengangkat dagu Wulan agar menatapnya kembali, setelah cewek itu menundukkan kepalanya.

"Wulan, lo tahu, lo adalah orang yang paling gue sayang," Adam berujar datar penuh penekanan, membuat kata-kata manis yang diucapkannya berubah menjadi kalimat intimidasi.

"Gue percaya sama lo, jadi jangan hancurin kepercayaan gue, kalau lo gak mau hidup lo hancur!" Adam berujar dingin, membuat Wulan semakin tersudutkan tak tahu ingin berkata apa.

"Kenapa lo cuma diam?"

Seketika tangis Wulan pecah, gadis itu langsung terduduk di lantai.

Melihat Wulan membuat Adam cemas sendiri. Lelaki itu segera ikut duduk, dan menarik telapak tangan Wulan yang menutupi wajah gadis itu.

Melihat mata Wulan yanh sembab, dan masih menangis sesegukan, membuat Adam menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Dam," panggil Wulan disela tangisnya.

"Hm?" Gumam Adam yang masih setia mengelus rambut Wulan, bermaksud menenangkan gadis itu.

"Gue cinta sama lo, gue juga sayang, gue jatuh hati sama lo," Wulan menjeda kalimatnya. "Gue ... gue ... juga takut kehilangan lo, tapi ...,"

Adam memberhentikan elusannya. Dan melepas pelukannya dan menatap Wulan lekat-lekat.

"Tapi kenapa?" Tanyanya langsung.

Wulan menghembuskan napas pelan, kemudian memegang tangan Adam. "Ini semua gak benar, ini salah! Kita harus segera menghilangkan rasa cinta itu,"

Adam menaikkan alisnya bingung. "Apa yang terjadi Wulan? Kenapa lo jadi gini?! Kita saling mencintai, kenapa harus berpisah?!" Adam meninggikan suaranya.

"Kita tidak bisa,"

"Tidak bisa kenapa? Apa kakak lo itu ngancam lo buat ninggalin gue, iya?!"

"Jangan bawa-bawa kakak gue! Ini semua gak ada sangkut pautnya dengan dia!"

"Lalu apa, Wulan?! Jangan berbelit-belit! Kalau mau gue gak bawa-bawa orang lain dalam masalah ini!"

"Kita emamg gak bisa ngejalanin ini semua,"

"Apa ini karna masalah gue yang tinggal di sini? Kalau benar kenapa kau sangat kekanakan sekali, masalah sek---"

"Kita itu, sepupu!"

Adam yang mulanya terkejut, kini terkekeh mendengar penuturan Wulan.

Tbc

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now