13

8K 462 9
                                    

"Lo pulang sama gue," putus Adam mengulurkan tangannya di depan Wulan.

Akibat, Wulan yang tak kunjung membalas uluran tangannya, membuat Adam dengan sedikit paksaan menarik Wulan turun dari brankar.

Bintang yang sedari tadi memfokuskan netranya pada Wulan dan Adam pun, ikut tersentak kala Wulan dipaksa turun dari brankar.

"Lo jangan kasar dong sama Wulan!" Bintang mencegat langkah Adam dan Wulan yang ingin melewati pintu, dengan menahan pergelangan tangan Wulan.

Melihat pergelangan tangan Wulan yang dipegang oleh Bintang membuat Adam naik pitam. "Lepasin tangan lo dari Wulan!" Bentak Adam.

Mengetahui Adam yang sedang dalam emosi yang tak baik, membuat Wulan segera melepaskan tangan Bintang yang menggenggamnya.

"Gue pulang sama Adam yah Bin, makasih udah anterin gue ke sini, tadi," ujar Wulan, dan tanpa menunggu balasan dari Bintang, Adam langsung menariknya keluar dari sana.

"Pelan-pelan Dam," peringat Wulan di kala Adam menariknya dengan tidak sabaran di sepanjang koridor rumah sakit.

Mendengar ringisan Wulan, membuat langkah Adam berhenti, dan menoleh ke arah Wulan. "Kenapa lo bisa di sini sama Bintang?"

Wulan tahu kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut. "Kita keluar dulu dari sini, baru gue jawab semua pertanyaan lo, apapun itu," balasnya.

"Kenapa bukan di sini saja? Lo belum bikin alasan lo buat ngelak, iya?" Tuduh Adam yang membuat Wulan memutar kedua matanya malas, jika harus dihadapkan dengan sikap Adam yang seperti ini.

"Adam, ini di rumah sakit, daripada kita di usir karna buat keributan, mending kita keluar sendiri dari sini, dan setelahnya lo bebas mau nanya atau marah-marah gak jelas!" Kesal Wulan pada Adam yang keras kepalanya minta ampun.

Adam-pun terpaksa menuruti Wulan, mereka berduapun berjalan keluar dari rumah sakit. Kemudian berjalan ke arah parkiran, dimana mobil Adam berada.

Di saat Adam ingin menyalakan mesin mobilnya, Wulan menahannya.

"Sekarang tanyakan apa yang mau lo tanyain, gue gak mau lo bawa mobil ngebut, yang ada gue masuk lagi, ke dalam rumah sakit, karna panik!"

Mendengar penuturan Wulan membuat Adam memberhentikan gerakannya untuk menyalakan mesin mobilnya.

Adam menoleh kesamping dan menatap sendu ke dalam mata Wulan. "Kali ini gue percaya sama lo,"

Seketika Wulan melongo mendengar kalimat yang diucapkan oleh Adam. "Tumben, lo sehat? Biasanya lo suka banget debat sama gue, kok sekarang ngalah?"

"Wulan, gue laper, dan lo harus nemenin gue makan, titik!"

Wulan mengedipkan matanya lucu melihat tingkah Adam yang tiba-tiba memintanya untuk menemani lelaki itu untuk makan, dengan menunjukkan wajahnya yang begitu lucu.

Dan keduanya saling memandang satu sama lain dengan kekaguman yang sama, yaitu kelucuan ekspresi keduanya.

Cukup lama mereka saling bersitatap, hingga Wulan membuka suara. "Gue juga laper, jadi yang nentuin makannya di mana itu gue!"

"Iya iya terserah lo, sekarang lo nunjukin gue arahnya aja, lo mau makan di mana,"

"Yeayy!"

***

"Disini?" Tanya Adam meragu melihat tempat yang ditujukan oleh Wulan, yang berada di pinggir jalan.

"Iya, Dam, sekali-sekali lo harus coba makan di sini, enak tahu, jadi sekarang ayo kita turun," ajak Wulan yang hendak membuka pintu mobil, namun tangannya di tahan oleh Adam.

"Kita makan aja di restoran atau gak, kita beli aja bahan makanan, terus di masak di rumah,"

"Kenapa sih Dam? Lo gak suka? Lo coba aja dulu kali," ujar Wulan tak terima dengan Adam yang menolak untuk makan di tempat yang diujukannya.

"Gue bilang jangan di sini!"

"Lo coba aja dulu, Dam,"

"LO NGERTI GAK SIH LAN? GUE BILANG JANGAN MAKAN DI SINI?" Bentak Adam yang membuat Wulan terkesiap.

Dan setelahnya Adam melajukan mobilnya menjauh dari sana.

Wulan memperhatikan Adam, ada yang salah dengan lelaki itu, dimulai dari keringatnya yang bercucuran, mungkin karna lelaki itu sedang tertekan atau bagaimana?

Mau berbicarapun Wulan tak sanggup, takut membuat lelaki itu bertambah marah. Dan akhirnya Wulan hanya memilih diam.

"Gue punya kenangan gak mengenakkan tentang tempat makan di pinggir jalan, dan itu membuat gue trauma," ujar Adam tiba-tiba yang mengalihkan atensi Wulan.

Wulan menatap wajah Adam dari samping, "maaf," hanya kata itu yang bisa terucap dari bibir Wulan.

"Udah, lo gak usah minta maaf, lo juga gak tahu tentang ini," Adam meraih telapak tangan Wulan membuat Wulan sedikit tersentak.

"Gue harap, lo gak akan ninggalin gue Wulan, gue serius sama hubungan kita, dan gue berharap lo juga sama, cuma lo yang penting bagi gue sekarang,"

'Cuma lo yang penting bagi gue sekarang,"

Siapa yang tak melayang jika mendapat kalimat yang demikian, dan Wulan hanyalah manusia biasa yang bisa terbang kapan saja, hanya dengan rangakaian kata.

Tanpa disadarinya, Wulan tersenyum kecil, beruntung Adam tengah fokus melihat jalanan di depannya, hingga tak melihat bagaimana tersipunya Wulan.

Apakah ini saatnya, Wulan belajar untuk membalas perasaan Adam?


TBC

My Childish Bad BoyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt