17

6.5K 366 12
                                    

"Mak ... sud kakak? Saudara, apa?" Ujar Wulan terbata, berbalik menatap Wira dengan tatapan bertanya dan terkejutnya.

Saudara? Adam? Bagaimana bisa? Wulan saja baru mengenal lelaki itu beberapa bulan yang lalu. Wira pasti sedang berbohong padanya. Yah pasti! Kakaknya itu pasti sedang bercanda sekarang.

"Kalau kau berpikir kakak berbohong, maka kau salah besar!" Interupsi Wira, sebelum Wulan mengatainya sedang berbohong.

"Terus apa? Bagaimana bisa? Dan kenapa baru sekarang?!"

"Mama punya saudari kembar, dan dia adalah ibu dari Adam,"

Wulan tertegun, ibunya punya saudari kembar? Yang benar saja!

"Tunggu, bukannya mama itu sebatang kara? Mama itu anak tunggal, dan ka--"

"Kakek sama nenek udah meninggal," potong Wira melanjutkan kalimat Wulan. "Itulah fakta yang kau tahu tentang keluarga dari mama,  namun itu semua rekayasan. Mama tak sendiri, ia punya saudari kembar,"

"Tapi kenapa aku tak tahu, dan kita tidak pernah sekalipun bertemu dengan keluarga mama,"

"Karna yang kau tahu mama hanya tinggal sendiri di dunia ini. Tapi kenyataannya, mama tak sendiri. Mama diusir dari rumah kakek, karna lebih memilih papa, hubungan mereka tak direstui. Itulah sebabnya kita tak pernah mengunjungi keluarga mama. Karna mama dianggap tidak ada oleh keluarganya," jelas Wira yang membuat kepala Wulan pening.

"Terus, kenapa aku tak mengetahuinya? Kenapa  kalian menyembunyikannya dariku?"

"Mama yang meminta, dia gak mau kau tahu tentang ini. Akupun tak ingin membongkar ini semua, tapi kau terlalu keras kepala untuk sekedar mengikuti perintahku untuk tidak menjalin hubungan dengan Adam, dia anak dari kembaran mama, yang artinya dia saudara sepupu kita,"

"Tau dari mana, kakak kalau Adam itu anak dari kembaran mama?"

"Kakak bekerja sama dengan ayahnya, Wulan, kalau kau masih meragukannya, kau minta saja sama Adam untuk memperlihatkan foto ibunya padamu!"

"Apa Adam tahu tentang semua ini?"

"Tentu saja tidak."

Wulan diam. Ia tak tahu harus berkata apa lagi untuk semua fakta yang membuatnya tertampar begitu keras. Hingga dering ponselnya membuat pikiran kacau Wulan buyar.

Tanpa melihat siapa yang menelponnya, Wulan langsung mengangkat telponya.

"Ya, halo?"

"..."

"Apa?!"

***

Wulan dengan tergesa menekan tombol lift. Ia sungguh kacau hari ini, bahkan gadis itu masih memakai piyamanya, datang ke apartemen yang dikatakan oleh teman dari Adam, yang mengatakan jika cowok itu berada di sini, dan dalam keadaan yang tak baik.

Setelah sampai di lantai dimana apartemen itu berada, Wulan segera mencari letak apartemen dimana Adam berada.

Setelah menemukannya, Wulan segera menekan bel. Menunggu seseorang dari dalam sana membukakkannya pintu.

"Hai, lo Wulan,"

Wulan tersenyum canggung melihat wajah yang tampak asing di depannya, saat pintu apartemen itu terbuka.

Wulan masuk ke dalam sana, dan mendapati dua lelaki lainnya yang tengah asik menonton layar persegi di depannya.

Mata Wulan menelusuri apartemen yang begitu luas itu, namun ia tak mendapati Adam.

"Woahhh, sepertinya lo baru bangun tidur yah? Masih pakai piyama," Salah satu dari yang duduk tadi berujar dan berdiri menghampiri dimana tempat Wulan berdiri.

Entahlah, ia merasa tidak nyaman berada disini, ditambah, lelaki yang masih duduk di tempatnya, namun matanya terus saja memperhatikan Wulan, tanpa ekspresi. Membuat Wulan merasa risih.

"Di ... mana Adam?"

"Yah! Lo gak usah gugup gitu kali sama kita, kita ini temennya Adam kok, kenalin nama gue Samuel lo bisa manggil gue Sam," Wulan tersenyum menanggapi kalimat yang diucapkan oleh lelaki bernama Samuel itu.

"Gue Farrel," lelaki yang berdiri menghampirinya tadi mengulurkan tangannya di depan Wulan.

"Wulan," balas Wulan canggung.

"Adam, di mana?" Sekali lagi Wulan bertanya, karna tujuannya datang ke sini, adalah Adam, bukan untuk berbasa-basi dengan Samuel ataupun Farrel, dan juga bukan untuk dilihat secara intens oleh entah siapalah namanya itu, ia benar-benar risih.

"Oh, lo gak sabar yah buat liat Adam," timpal Samuel.

Sepertinya si Samuel ini, sangat suka sekali bercanda pikir Wulan, hingga membuatnya dongkol sendiri.

"To--"

"Wulan?"

Suara yang begitu familiar ditelinga Wulan. Membuat gadis itu segera menoleh ke arah sumber suara, dan mendapati Adam yang baru saja keluar dari salah satu ruangan yang ada di sana, dengan rambut lelaki itu yang agak basah. Mungkin saja, lelaki itu selesai mandi.

"Adam!" Wulan menghampiri lelaki itu. "Lo gak kenapa-kenapa?" Tanya Wulan khawatir yang membuat Adam sedikit bingung dibuatnya.

Sedangkan Farrel dan Samuel, menahan tawanya, karna telah berhasil membuat Wulan datang ke sini. Namun berbeda dengan Gara yang sedari tadi masih memasang wajah tanpa ekspresinya, sembari menatap intens ke arah Wulan, entah apa yang dipikirkan oleh lelaki itu.

Adam yang melihat Farrel dan Samuel yang tersenyum jahil, membuat lelaki itu pahan apa yang terjadi.

Sikap Wulan yang tampak khawatir, terlihat sangat lucu bagi Adam. Hingga mengurungkan niatnya untuk mengatakan jika ia sedang baik-baik saja.

"Sudah gue gak pa-pa, ayo ikut gue," Adam menarik tangan Wulan, hendak memasukki ruangan yang diyakini adalah kamarnya, sebelum sebuah suara mengintrupsi tindakannya.

"Gak baik, lelaki dan perempuan, berada dalam kamar tanpa pengawasan,"

Melihat, Adam yang berbalik, membuat Wulan pun ikut berbalik, dan mendapati laki-laki yang sedari tadi menatapnya.

"Lo urus aja urusan lo sendiri Gara, jangan ikut campur urusan gue, dan lo berhenti natap Wulan!" ketus Adam, kemudian kembali menarik tangan Wulan memasuki kamarnya.

Gara, jadi nama lelaki itu Gara? Apa yang salah dalam dirinya sehingga lelaki itu tak juga mengalihkan tatapannya dari Wulan? Apa karna gadis itu tengah memakai piyama? Mungkin saja.

Tbc

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now