05

15.6K 793 2
                                    

Maaf jika menemukan typo dan selamat membaca.

"WULAN!"

Wulan memejamkan matanya, "mampus gue," gerutunya menghembuskan napas pelan.

Wulan membalikkan badannya melihat siapa yang meneriakki namannya.

"Lo yah dibilangin suruh teman lo pulang! Ini itu udah malam, dan lo itu perempuan gak baik sama cowok malem-malem gini,"

"Iya, iya, ini juga orangnya mau pulang, sabaran dikit napa sih! Lagian kan gue udah besar udah tau mana yang mana buruk dan baik!" Kesal Wulan.

"Adam, udah sana lo pulang, lama-lama gue usir secara kasar lo!" Sebenarnya Wulan tak begitu kesal dengan Adam, namun cowok itu menjadi sasaran kekesalannya, begitulah sikap Wulan, jika ia marah pada satu orang maka orang disekitarnya akan mendapat imbasnya walaupun tak tahu apa-apa.

Bukan Adam namanya jika menerima begitu saja kalimat yang dilontarkan Wulan, baginya itu adalah perendahan bagi harga dirinya.

"Wulan, gue gak suka lo ngomong gitu! Ini pasti gara-gara laki-laki itu," Adam menghampiri lelaki berkemaja biru itu. "Lo siapa berani-beraninya meneriakki Wulan?!"

Dengan cepat Wulan menghampiri keduanya. "Eh, Dam udah lo pulang aja dulu, gue minta maaf sama kalimat gue yang gak lo suka, kita masih bisa ketemu besok, oke?" Wulan berusaha membuat Adam mengerti agar segera pulang.

"Lo yang siapa?!" Tantang lelaki itu.

Adam mendorong kedua bahu lelaki itu, "gue pacarnya, kenapa?! Hah?!"

Wulan segera menarik paksa Adam dari lelaki itu agar tak berbuat gegabah.

"Adam! Udah! Dia kakak gue, Wira! Lo udah tahu kan? Jadi lo sekarang please pulang, suasana hati gue sekarang lagi buruk!" Ujar Wulan mulai putus asa.

"Lo lagi gak bohong kan?!" Adam meninggikan suaranya.

Lelaki bernama Wira itu menarik lengan Wulan, "Ulan, dia siapa?!"

Adam menarik tangan Wulan yang bebas mengayun di udara ke arahnya. "Jangan coba-coba bohongin gue Wulan, dia bukan kakak lo kan?!"

Wulan yang merasa kepelanya mau pecah menghempaskan kedua tangan yang menarik pergelangan gangannya. "Kalian itu kenapa sih?! Adam dia itu kakak gue! Dan Wira, Adam itu cuma teman kampus gue, oke jadi masalahnya selesai kan?! Kalau lo gak mau pulang, itu terserah lo Adam, gue mau masuk!" Wulan berjalan dengan menghentakkan kakinya kesal.

"Wulan," Adam yang hendak mengejar Wulan, ditahan oleh Wira.

"Lo kalau di suruh pulang sama Wulan, yah pulang! Lagian lo itu cuma temannya!"

Adam tersulut emosi akan apa yang dilontarkan Wira, lantas mendorongnya, beruntung Wira bisa menjaga keseimbangan tubuhnya agar tak jatuh.

"Gue pacarnya!"

"Tapi Wulan sendiri yang bilang kalau lo itu cuma temannya!"

"Urusannya sama lo apa?!"

"Gue kakaknya! Sekaligus satu-satunya orang yang hanya dimiliki oleh Wulan di dunia ini," Wira berujar dingin menatap Adam dengan tatapan tajamnya.

Wira memang benar adanya adalah kakak dari Wulan, dan juga hanya satu-satunya orang yang dimiliki oleh Wulan setelah kedua orang tuanya meninggal. Wira yang berperan sebagai kakak sekaligus orang tua bagi Wulan, membuat Wira begiti protektif, hingga tak jarang keduanya terlibat pertengkaran.

"Kalau lo benar kakaknya! Gue gak akan segan-segan buat ngerebut posisi lo sebagai satu-satunya orang yang dimiliki oleh Wulan!"

"Dan gue gak akan biarin itu terjadi! Gue gak akan pernah biarin lo deketin adik gue!"

"Coba aja kalau lo bisa!" Ujar Adam dan berjalan ingin memasuki rumah Wulan meninggalkan Wira yang diselimuti oleh aura yang menyeramkan menahan amarah.

Bugh

Wira menarik Adam dan langsung melayangkan pukulannya.

Bugh

Sekali lagi Wira melayangkan pukulannya. "Lo pikir lo siapa, hah?! Berani-beraninya nantangin gue tentang Wulan! Lo itu baru kenal sama Wulan, jadi jangan sok tau!"

Bugh

Adam membalas pukulan Wira dengan begitu keras, kemuadian ia kembali menarik kerah kemeja lelaki itu dan kembali menghantamnya dengan pukulan.

"Kalau lo takut kalah sama gue, bilang! Gue tau, walaupun lo kakanya Wulan, tapi yang gue lihat adalah dia sama sekali gak suka akan kehadiran lo,"

Mendengar itu membuat Wira naik pitam dan kemudian membalas kembali pukulan dari Adam, hingga keduanya kini terlibat dalam perkelahian yang cukup sengit.

Bahkan kini sudah banyak luka yang tercetak dari keduanya yang tercipta dari perkelahian itu.

Dari balik tirai jendelanya Wulan melihat perkelahian itu. Pikirannya sudah terlalu lelah jika harus menghadapi kedua cowok itu.

Namun, hati nuraninya tetap ada, dan dengan langkah yang bisa dibilang seperti berlari, Wulan menghampiri kedua lelaki itu.

"Berhenti!" Wulan menyeru meneriakki kedua lelaki itu, namun sayangnya diantara kedua lelaki itu masih asik dengan acara tonjok-tonjokkannya, hingga mengabaikan Wulan.

Hingga Wulan langsung menarik salah satu diantara keduanya untuk menjauh. "Kalian kenapa sih, berkelahi udah kayak anak kecil tahu gak!"

Wulan menatap lurus ke depan di mana Wira berpijak. "Kak Wira, untuk kali ini Wulan minta sama kakak masuk dulu ke dalam, sekalian kompres luka kakak,"

Wira yang hendak menolak, membuat Wulan bersuara lagi. "Please, kak,"

Wira menghela napas pelan kemudian menuruti kemauan Wulan agar dirinya masuk.

Setelah Wira pergi, Wulan menoleh ke samping mendapati Adam yang juga menatapnya.

"Adam, yang gue tau, lo cuma jadiin gue pelampiasan lo, gue terima itu, tapi maksud dari lo yang berkelahi sama kakak gue apa? Buat nyalurin amarah lo, iya? Bukannya lo udah janji dulu, kalau lo gak akan berkelahi lagi sama orang setelah gue bersedia jadi pelampiasan amarah lo?"

Adam menatap dalam ke dalam mata Wulan, ada rasa kekecewaan di dalam sana. "Wulan gue emang maunya gitu dulu, tapi sekarang gue mau lo jadi pacar gue yang sesungguhnya, milik gue, bukan pura-pura! Dan satu lagi, gue emang gak akan berkelahi sama orang lagi, tapi jika ada orang yang berusaha buat lo ngejauh dari gue bahkan jika itu kakak lo, gue gak akan segan-segan buat beri perhitungan sama dia, bahkan jikapun gue juga harus terluka, gue gak peduli,"

Wulan yang mendengarnya merasa tak percaya, bukan apanya tak mungkin Adam bisa suka dengannya dalam waktu yang relatif sangat cepat. "Mulai sekarang pergi jauh dari hidup gue, lupain gue yang pernah nyuruh lo buat gak berkelahi lagi, dan cobalah mulai sekarang kita jadi orang yang gak kenal satu sama lain," ujar Wulan kemudian berbalik ingin melangkah pergi, namun terhenti karna Adam menahan pergelangan tangannya.

Wulan membelalakkan matanya kala kepalanya sedikit dihadapkan ke atas dan beradu dengan bibir milik Adam.

Adam melepas tautan antara bibirnya dan Wulan. "Setelah ini, bibir lo udah jadi milik gue seutuhnya dan jangan biarin ini tersentuh oleh siapapun selain gue," Adam mengusap-usap bibir Wulan pelan dengan ibu jarinya.

Wulan masih terdiam di tempatnya, otaknya sulit menerima fakta bahya ciuman pertamanya direnggut oleh Adam, yang sama sekali tidak ia cintai, atau mungkin belum?

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now