22

5.8K 283 3
                                    

Wulan dengan segenap tenaganya, mengejar langkah Adam yang begitu lebar dan cepat.

Adam dengan emosinya yang tak tertahankan sejak masih berada di rumah nenek. Masih belum reda juga. Membuat Wulan cemas bukan main.

Dan kecemasan Wulan bertambah berkali-kali lipat. Kala mereka pulang dari rumah nenek, Adam langsung menuju apartemennya dan juga ketiga temannya.

Dengan Adam yang mengumpati Gara, Wulan tahu, apa tujuan dari Adam.

Hingga tak terasa, Adam sudah berada di depan pintu apartemennya, baru saja ingin membuka, namun terikkan Wulan menghentikannya.

"Adam! Berhenti! Wait! Astaga! Tunggu!" Wulan menambah kecepatannya, untuk menghampiri Adam yang tengah menatapnya.

"Lo mau apa?! Jangan bilang lo mau---"

"Gue mau bikin perhitungan sama Gara, kenapa dia bisa-bisanya mau dijodohin sama lo, yang notabenya adalah pacar gue! Ini gak bisa dibiarin Wulan!"

Wulan menghela napas. Mengatur deru napasnya. "Adam, please! Ini murni bukan kesalahan dari Gara," Wulan menutup matanya. "Gue yang maksa dia buat terima perjodohan ini," aku Wulan dengan matanya yang tertutup.

"Gue gak percaya!" Ujar Adam yang langsung membuka pintu apartemennya dengan tiba-tiba, membuat Samuel yang tengah duduk di sofa, terperanjat kaget.

"Adam! Lo bisa gak, santai?" Gerutu Samuel.

"Dimana Gara?!" Adam berujar dingin, membuat Samuel mengerutkan keningnya, hingga matanya bertemu dengan Wulan yang menggeleng ke arahnya.

"Kenapa memangnya?" Tanya Samuel dengan matanya masih terarah pada Wulan.

"Adam," Wulan menarik ujung baju Adam. "Please, gue gak mau lo berantem, itu gak baik."

"Ini gak baik buat hubungan kita!" Ujar Adam dingin. Hingga seseorang keluar dari dapur, membuat kilatan amarah Adam meningkat.

"Brengsek!"

Dengan langkah cepat, Adam menghampiri Gara.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Gara yang diserang dengan tiba-tiba pun merasa kaget, hingga tak bisa menghindar.

"Astaga! Adam! Apa yang lo lakuin!" Samuel menghampiri Adam dan Gara. Dan dengan segenap tenaganya menahan Adam, agar menghentikan pukulannya pada Gara.

"Lo gila?!" Tanya Samuel tak percaya.

"Dia yang gila!" Bentak Adam, sembari menujuk Gara yang kini tengah mengusap darah di sudut bibirnya.

"Cukup Adam! Berhenti bersikap seperti ini!" Wulan berjalan menghampiri Adam, menatap nyalang lelaki itu.

"Lo gak bisa maksain semuanya sesuai kehendak lo Dam! Orang punya hidupnya masing-masing. Lo gak bisa ngatur hidup gue! Dan lo gak berhak buat ikut campur!" Ujar Wulan, yang kini berjongkok, berhadapan dengan Gara.

"Maafin gue, sini gue obatin luka lo," tangannya terulur untuk mengajak Gata berdiri.

Membuat Gara jadi semakin bingung dengan situasi yang terjadi sekarang.

"Wulan!" Adam menahan Langkah Wulan yang hendak melangkah. "Sekali lo melangkah, lo bakal nyesel!" Ancam Adam.

Sedangkan, di ruangan itu, Samuel dan Gara masih tak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.

Tap.

Prang.

Wulan mengabaikan ancaman Adam, membuatnya kembali melangkah, hingga suara bantingan benda, memekakkan telinga.

"Jangan rusak barang-barang lo, karna bagaiamana pun, gue gak akan kembali ke jalan yang salah. Lo bukan anak kecil lagi Dam, yang harus selalu diberikan apapun yang lo mau," ujar Wulan, yang langsung menarik Gara keluar dari sana.

Adam yang melihatnya menggempalkan tangannya kuat. Samuel yang melihatnya mengerutkan keningnya.

"Dam, ini ada apa?! Kenapa lo tiba-tiba mukul Gara?!"

"Penghianat!" Desisnya dengan tangannya yang masih menggempal kuat. "Arghhh!"

Bugh.

Adam berteriak dengan tangannya yang langsung memukul dinding. Membuat tangannya terluka.

Samuel yang melihatnya bertambah khawatir, "Adam! Lo kenapa?! Kendaliin emosi lo!"

***

"Aishhh," ringis Gara kala merasakan perih di bagian lukanya, setelah diobati oleh Wulan.

"Maafin gue yah," sesal Wulan yang kini menundukkan kepalanya.

Kini keduanya tengah duduk berhadapan di depan sebuah minimarket.

"Tunggu, ini masalah lo sama Adam, kenapa larinya ke gue?" Tanya Gara, yang membuat Wulan langsung mengangkat kepalanya.

"Gara, gue minta maaf sebelumnya. Tapi, gue sangat-sangat berharap lo mau jadi...," Wulan menggantung kalimatnya.

Menggigit bibirnya, sungguh ia tak tahu harus memulai dari mana. Ini terlalu sulit baginya. Sangat! Pantaskah ia menyalahkan takdir sekarang?

"Jadi?"

Wulan gugup. Memperhatikan sekitarnya. "Jadi,  pacar gue!" Wulan berujar cepat, dengan matanya yang tertutup.

"Hah?!"

"Oke lupakan!" Ujar Wulan yang langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia begitu frustasi sekarang.

Gara mengernyitkan keningnya. Ada yang aneh dengan gadis yang kini berada di hadapannya kini.

"Apa karna ini yang buat Adam mukul gue?"

Wulan menurunkan kedua tangannya. Menatap Gara, dengan tatapan sendunya. "Maaf," hanya kata itu yang bisa terucap di bibirnya.

Ia sungguh pusing, ingin mengatakan yang sebenarnya, namun, ia juga takut ini akan semakin memperparah keadaan.

Jadi haruskah ia mengenyampingkan harga dirinya sekarang?

"Gak tahu kenapa, sejak gue ngeliat lo, gue langsung suka sama lo, dan gue udah putus sama Adam. Dan dia tahu alasannya kenapa, makanya dia mukulin lo, maaf." Lirih Wulan.

"Ha ha ha," seketika tawa Gara menyapa indra pendengaran Wulan, membuatnya menautkan alisnya bingung.

Ada apa dengan lelaki itu? Apanya yang lucu coba?! Pikir Wulan.


TBC

My Childish Bad BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora