02

16.8K 918 5
                                    

"Jadi, kamu pacarnya Adam?" Perempuan paruh baya itu bertanya pada Wulan yang kini gugup setengah mati, akibat ditatap begitu intens oleh perempuan itu.

Mereka kini sedang berada di meja makan, yang berukuran cukup besar. Dengan banyaknya hidangan yang tersaji di atasnya. Namun, yang membuat Wulan sedikit bingung hanya ada mereka berempat disini, Wulan, Adam, kakak perempuan Adam dan ibunya.

Merasa kakinya tersentuh, membuat lamunan Wulan buyar dan refleks melihat ke arah Adam.

Dan benar saja, kini Adam tengah melihat ke arah Wulan dengan matanya yang mengisyaratkan Wulan untuk melakukan apa yang ia sudah rencanakan.

"Iya, tante," Wulan menganggukkan dan berujar canggung menatap ibu Adam.

Ingatkan Wulan untuk memberi pelajaran pada Adam yang mengharuskannya membohongi wanita paruh baya yang kini tengah tersenyum ke arahnya.

***

"Rumah lo dimana?" Tanya Adam kala dirinya dan Wulan tengah berada di dalam mobil.

"Turunin gue di sini aja, gue bisa pulang sendiri," ujar Wulan malas. Jujur ia sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang.

"Lo tinggal bilang, rumah lo di mana, gitu aja susah!" Sarkas Adam, yang tak begitu ditanggapi oleh Wulan.

Wulan membuka tas selempangnya, dan mencari keberadaan ponselnya. "Udah lo berhenti di sini aja, gue bisa telpon temen gue buat jemput,"

Adam menepikan mobilnya. "Hei, apa susahnya sih, lo tinggal bilang rumah lo di mana?! Lo gak usah mempersulit keadaan!" Bentak Adam.

Merasa harga dirinya direndahkan karna dibentak, membuat Wulan terbawa suasana. "Gue bilang turunin gue di sini! Apa susahnya! Lagian lo itu orang asing buat gue! Jangan sok merasa udah ngenal gue lama! Dan soal tadi, lo dengan seenaknya bilang ke mama lo kalau gue adalah pacar lo! Cih, sejak kapan! Bahkan lo sama gue baru bertemu beberapa kali, dan yang dengan pertemuan itu, lo buat hidup gue susah tau gak!"

"Gak, gue bukan laki-laki yang main turunin cewek di jalan. Dan satu lagi, kalau lo lupa beberapa jam yang lalu, lo udah resmi jadi pacar gue, jadi sekarang kita bukan orang asing lagi!"

Wulan menghembuskan napas kasar, mau bagaimana juga, laki-laki disebelahnya ini adalag orang yang keras kepala dilihat dari tingkah laki-laki itu yang sering kali memaksanya untuk melakukan ini dan itu, padahal keduanya belum terlalu mengenal satu sama lain.

Dengan, terpaksa Wulan memberitahukan alamat rumahnya pada Adam. Daripada ia harus berdebat yang pasti ujung-ujungnya ia akan kalah dengan sikap Adam yang bossy.

Lagian ia juga tak enak jika harus menelpon Bintang untuk menjemputnya, lagipula ia takut jika saja Bintang tengah bersama Kanya, pacarnya.

Yap, Bintang sebenarnya sudah punya pacar, bahkan hubungannya sudah berjalan sejak masa putih abu-abu.

Tenang, Wulan dan Kanya juga sangat dekat, dan Kanya tentunya sangat mengerti dengan persahabatan yang terjalin di antara Bintang dan Wulan, sejak masa kanak-kanak. Ditambah dengan keduanya yang kebetulan bertetangga. Kanya sangat mengerti tentang hal itu.

Hingga beberapa menit telah berlalu tak terasa, mobil Adam sudah berhenti di depan rumah, dengan pagar ber-cat biru, yang diyakininya adalah rumah Wulan.

"Makasih," ujar Wulan kemudian turun dari mobil Adam, tanpa menawarkan pada cowok itu untuk mampir dulu ke dalam rumahnya.

Adampun ikut turun dari mobilnya, berjalan di belakang Wulan. Membuat Wulan berbalik dan mengernyitkan keningnya bingung, "lo mau ngapain?" Tanyanya heran.

"Yah masuk ke dalam rumah lo, lah," ujar Adama enteng.

"Hah? Ngapain! Lagian gue juga gak nyuruh lo buat masuk!" Protes Wulan secara terang-terangan, tanpa memikirkan perasaan Adam. Memangnya Adam punya perasaan? Itu menjadi pertanyanyaan besar yang berputar di kepala Wulan sekarang.

"Wulan, hari ini lo udah resmi jadi pacar gue, dan lo juga udah ketemu sama mama gue. Jadi gue juga harus ketemu sama orang tua lo," jelas Adam yang membuat Wulan membuka sedikit mulutnya mendengar penjelasan Adam yang menurutnya sangat konyol.

"Wulan, tutup mulut lo, nanti nyamuk masuk gimana? Kan gak lucu, belum genap sehari kita pacaran lo udah masuk kubur karna keselek sama nyamuk!" Adam memegang dagu Wulan agar mulut gadis itu tertutup.

Wulan berpikir sejenak, apa iya, dia sekarang resmi menjadi pacarnya Adam. Tapi tunggu dulu, bukannya itu harus didasarkan pada rasa cinta. Apa Adam mencintainya secepat itu? Ah, tidak mungkin, ia tidak boleh jatuh semudah itu, jika tak ingin sakit hati, ia benar-benar tak boleh!

"Orang tua gue ada kerjaan diluar kota, jadi sekarang lo pulang!" Ketus Wulan.

"Lo ngusir gue?" Tanya Adam sedikit meninggikan suaranya.

"Iya iya terserah lo, lo mau mikir apaan! Gue mau mas---"

"Wulan? Lo sama siapa?" Seseorang menghampiri Wulan dan Adam. Posisi Adam yang membelakangi orang itu membuat cowok itu membalikkan badannya dan melihat siapa yang datang menghampirinya dan Wulan.


My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now