12

8.4K 495 6
                                    

Wulan memukul dada Bintang tatkala cewek itu merasa kehabisan napas. Terlihat dari wajahnya yang memerah.

Wulan meraup udara dengan rakus kala Bintang sudah tidak menciumnya.

Wulan menatap Bintang dengan tatapan tidak percayanya, berharap ini hanyalah mimpi.

Plak.

Wulan menampar pipinya sendiri, setelah merasa pernapasannya sudah normal, tak kehabisan oksigen seperti tadi.

"Aw! Sakit!" Wulan meringis akibat tamparannya sendiri pada pipinya. Membuat Bintang yang melihatnya mengertnyit bingung.

"Yak! LO UDAH CIUM GUE! Tidak tidak ini gak bener! Arghh, Bintang! Apa yang lo lakuin?!" Wulan meneriakki Bintang dengan kesal, sembari memukul-mukul lengan Cowok itu.

"Salah sendiri, lo buat gue nunggu lama banget, lo kira nunggu itu enak?!" Bintang balik memaki Wulan, membuat Wulan tambah emosi.

Wulan melipat kedua tangannya di depan dada. "Terus, hubungannya sama lo yang nyium gue apa?!"

"Memangnya tidak boleh? Kita sudah berteman sejak lama,"

"Yakk! Memangnya ada aturan jika hubungan pertemannan yang sudah terjalin sejak lama, boleh ciuman?!"

"Kenapa tidak boleh? Lo yang baru kenal sama Adam aja, udah ciuman, kenapa gue gak,"

Wulan menatap garang ke arah Bintang. "Lo kira gue cewek apaan! Udah sana lo pulang! Pokoknya sekarang gue marah sama lo!" Wulan mendorong tubuh Bintang yang lebih tinggi darinya keluar dari rumahnya.

Setelah Wulan berhasil mendorong Bintang keluar, cewek itu bertolak pinggang, menatap kesal ke arah Bintang. "Mulai sekarang kita musuhan! Sampai lo sadar akan kesalahan lo yang seenak jidat nyium bibir gue! Lo kira bibir gue apaan, main nyosor-nyosor aja! Lagian lo kan pacaran sama Kanya! Kalau Kanya tahu masalah ini, bisa-bisa---"

"Gue suka sama lo," ujar Bintang memotong kalimat Wulan.

"Yaiyalah, lo suka sama gue, kalau lo gak suka, lo gak bakal temenan sama gue, tapi sekarang kita udah jadi musuh!"

Bintang menggeleng, dan mendekat ke arah Wulan, "maksud gue, gue suka sama lo lebih dari sekedar teman,"

Jarak yang begitu dekat dan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Bintang, membuat Wulan menahan napas dan segera mendorong Bintang, menciptapkan jarak diantara keduanya.

"Jangan bercanda!" Ujar Wulan membuang mukanya ke samping tak ingin melihat Bintang.
"Cepat sana, kembali ke rumah lo, lagipula hari udah mulai gelap, gue mau tidur, gue capek," Wulan, tanpa melihat ke arah Bintang, cewek itu hendak melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Namun langkahnya terhenti kala pergelangan tangannya ditahan oleh Bintang. Dan Wulan sama sekali tak berniat berbalik untuk melihat Bintang.

"Gue gak bercanda dengan omongan gue tadi, selama ini gue selalu nunggu lo peka akan perasaan gue ke lo Wulan, gue selalu berharap sama lo, namun, harapan itu hancur setelah lo mengenal Adam," ujar Bintang masih dengan posisi dimana Wulan masih membelakanginya.

"Lalu Kanya?" Wulan berujar dengan suara yang begitu kecil, namun, beruntung suasana yang hening diantara dirinya dan Bintang, membuat suaranya masih bisa terdengar oleh indra pendengaran Bintang.

Bintang menghela napas. "Lo yang maksa gue buat pacaran sama Kanya, Wulan. Lo tahu saat itu hati gue sakit saat lo dengan ambisiusnya nyuruh gue ngejalin hubungan dengan Kanya,"

'Dan hati gue juga sakit, saat lo setuju dengan permintaan gue," batin Wulan.

"Bin, gue capek, mau tidur, lepasin tangan gue," ujar Wulan datar.

***

Adam berjalan dengan tergesa, menyusuri koridor ruangan serba putih itu. Setelah mengetahui dimana kamar rawat Wulan.

Ceklek.

Adam membuka ruangan itu dan langsung mendapati Wulan yang tengah duduk di atas brankar, dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya.

Wulan yang melihat Adam yang membuka pintu membuat cewek itu melepas earphone yang terpasang di kedua telinganya

"Hai," sapanya dengan sedikit raut keterkejutan.

"Lo kenapa?" Adam menghampiri Wulan dan segera mengelus kepala Wulan lembut.

"Kenapa ada di sini?"

"Karna lo ada di sini,"

"Aish, Adam, gue serius. Ini udah malam, ngapain lo buang-buang waktu lo buat datang ke sini?"

"Kenapa gak bilang sama gue sebelum ke sini? Kenapa harus gue yang nanyain lo duluan baru gue tau kondisi lo? Emangnya lo gak bisa bilang ke gue atau sekedar kasih tahu gue lo itu lagi kenapa, dengan begitu gue gak akan sekhawatir ini,"

Yang Wulan lihat hanyalah, raut kekhawatiran dari wajah Adam. Apa ini artinya cowok itu memang benar-benar peduli padanya, tanpa ada maksud dan tujuan tertentu?

Wulan masih memperhatikan raut muka Adam. "Maaf, gak akan gue ulangin lagi. Lagipula ini bukan apa-apa kok, gue cuma kecapean doang, sebentar lagi, juga pulang,"

"Ya udah sekarang kita pulang, lo harus istirahat yang banyak, lo nginap aja dulu di rumah gue, jadi gue bisa siap siaga kalau lo kenapa-kenapa, atau kalau lo mau, gue aja yang ke rumah lo, terserah lo sih, asal lo ada di sekitar gue,"

"Sebenarnya---"

Ceklek.

Adam dan Wulan melihat ke arah pintu yang baru saja dibuka, menampakkan Bintang di sana.

"Wulan, kata dok--" Bintang menghentikkan kalimatnya kala melihat Adam juga ada di sana.

Adam kembali membawa netranya menatap Wulan. Bukan tatapan kekhawatira  yang seperti tadi yang ditunjukkan Adam pada Wulan, melainkan tatapan tajam nan mematikan. Yang membuat Wulan bergidik takut, yang sialnya matanya terkunci oleh tatapan Adam.

TBC

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now