16

7.3K 402 29
                                    

Happy reading and sorry for typo
.
.
.
.
.

Wulan menatap prihatin luka lebam Adam. Dengan hati-hati gadis itu mengobatinya.

Sedang Adam sendiri menahan ringisannya, merasakan tiap sentuhan kapas yang dipakai Wulan untuk mengobati lukanya.

"Tahan yah, maafin kakak gue," ujar Wulan di sela-sela kegiatannya.

Wira yang kebetulan berada di sana, mendengar penuturan Wulanpun tak terima. "Dia pantas mendapatkannya, asal kau tau itu!"

"Abaikan saja," ujar Wulan pada Adam.

Adam sendiri merasa hatinya, menghangat kala Wulan berada di pihaknya. Apa itu tandanya Wulan tak marah lagi seperti dulu, saat ia cium?

"Dia dengan lancangnya menciummu, Wulan! Dan kau masih membelanya?!"

"Kakak! Kakak simpan dulu unek-unek kakak, sebentar baru kita bicarakan masalah ini,"

"Memangnya ada masalah kalau gue cium Wulan? Selama gue gak ngelakuin hal yang lebih dari itu, apa itu masalah?" sela Adam membuat Wira menoleh ke arahnya, sedangkan Wulan memegang lengan Adam, memberi isyarat pada cowok itu untuk tak berkata lebih lanjut.

"Apa kau bilang? Tak masalah? Jelas itu semua masalah! Kau kira Wulan itu apa?! Seenaknya saja kau mencium adikku!" Wira mengeraskan rahangnya menatap penuh kilatan pada Adam yang kini juga menatapnya tajam.

Adam bangkit dari duduknya, menantang Wira. "Wulan milik gue!"

Wulan ikut berdiri, dan memegang lengan Adam, berusaha untuk membuat lelaki itu tak meledak. Walau sebenarnya di sini ia harusnya menenangkan sang kakak, yang terusudutkan.

"Jangan harap! Wulan gak akan gue ijinin jadi milik lo! Gak akan!"

Wulan yang merasa Adam mulai terpancing emosi, membuat cewek itu mengeratkan pegangannya pada lengan cowok itu.

"Adam, lo pulang yah sekarang, gue mohon," pinta Wulan.

***

Adam melajukan mobilnya di atas  kecepatan rata-rata. Kemarahannya kini mengendalikan dirinya.

"Berani-baraninya dia! Lihat aja gue bakal buat lo nyesel Wira! Dan gue gak akan peduli lo itu kakaknya Wulan atau siapapun itu!" Monolog Adam pada dirinya sendiri.

Dengan mobil yang terus melaju membelah jalanan ibu kota, Adam memarkirkan mobilnya di basement salah satu apartemen yang terkesan elit.

Adam keluar dari mobilnya, dan segera melangkah pergi ke apartemen tujuannya, datang ke sini.

Setelah menaikki lift, dan sedikit berjalan. Adam sampai di depan pintu apartemen. Adam segera memasukkan password apartemen tersebut.

Brak.

Adam menutup agak kasar pintu apartemennya. Membuat orang yang berada di dalam sana tersentak akan kehadirannya.

Tiga pasang yang berada di dalam sana tadi, menatap Adam heran, dengan se-cup mie instan di tangan keduanya masing-masing.

"Eh, buset! Lo bisa gak buat gak kasar-kasar amat?" Sahut salah satu diantara ketiganya.

"Berisik!" Ketus Adam kemudian mendudukkan dirinya di sofa yang sama dengan ke tiga orang tadi, yang kebetulan sofa itu begitu panjang, karna memang diperuntukkan untuk ke-empat orang itu.

Salah satu dari ketiganya yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Adam, kini bersuara. "Lo ada masalah lagi sama Wulan?"

"Pastilah! Lo gak tau Adam aja, teman kita yang satu ini, sepertinya memang sedang jatuh cinta, hahaha," ujar yang satunya lagi sembari menepuk pundak Adam.

Yup. Ketiga orang itu adalah Gara, Samuel, dan Farel. Sahabat Adam sedari sekolah dasar. Sehingga tabiat satu sama lain-pun pasti mereka sudah hapal.

Ketiga sahabat Adam itu, tak jauh berbeda. Itulah sebabnya keempatnya membeli apartemen yang ditempati keempatnya sekarang.

Apartemen yang begitu luas dengan empat kamar di dalamnya, dimana itu adalah milik mereka masing-masing.

Bukannya mereka tak punya rumah, namun rumah merekapun besar bak istana. Namun, rasa sepi, tak mendapat kasih sayang membuat keempatnya memilih untuk membeli apartemen, jika saja mereka sedang dalam suasana hati yang buruk bisa ke sini, menenangkan pikirannya.

Namun, yang didapat Adam, malah ejekan dari ketiga sahabatnya. Sungguh menyebalkan. Membuat suasana hatinya memburuk.

"Gue gak butuh bacotan kalian!"

"Woah woah, Adam. Lo bener-bener berubah! Sekarang lo yang dibuat pusing sama cewek, biasanya kan lo yang buat cewek pusing karna harus mikirin gimana caranya biar deket sama lo!" Farel, cowok berlesung pipit itu bersuara.

"Sekali-sekali lo kenalin ke kita bertiga sama si Wulan itu, kan biasanya juga dilihat dari jauh, penasaran gue sama dia, sampai-sampai lo bisa kacau karna tuh cewek,"

"Gak!" Jawab singkat Adam, yang membuat ketiga temannya menatapnya dengan senyum jenaka.

Adam memang tak ingin apapun yang menjadi miliknya itu tersentuh oleh orang lain. Prinsip hidupnya, miliknya adalah miliknya dan tidak boleh seorangpun bisa mengambil atau menyentuhnya.

"Hahaha, tenang aja kok, kita gak akan buat si Wulan lo, berpaling," ujar Gara diselingi tawa, yang membuat Adam jengkel mendengarnya, yang membuat cowok itu menyesal telah mampir ke sana.

***

Wulan mengerutkan keningnya, dengan tatapan tidak sukanya, mengarah pada Wira kakaknya.

"Sekali ini dengerin kakak! Kau bebas ingin menjalin hubungan sama siapapun, kaka ijinin, tapi tidak dengan Adam! Kau benar-benar tak boleh menjalin hubungan dengannya!"

Wulan menghembuskan napasnya. "Kalau alasan kakak ngelarang aku sama Adam, cuma karna dia yang keras kepala, aku bakal berusaha buat dia baik dan tak kurang ajar lagi jika berhadapan kakak,"

"Apapun yang terjadi, mau kau ubah si Adam, tetap kau tak boleh memiliki hubungan dengannya!"

"Maksud kakak apa sih?! Adam yang selalu jagain aku, kalau kakak pergi kerja! Dia yang selalu ada buat aku kak, dia gak seperti kakak yang sering ninggalin aku sendirian!" Ujar Wulan naik pitam, kemudian ingin melangkah menunju tangga.

"Wulan, untuk kali ini, lupakan Adam! Kakak bisa cariin kamu lelaki yang lebih baik darinya!"

"Kakak! Aku bilang gak yah gak! Kenapa kakak suka sekali mencampuri urusanku!" Ujar Wulan kemudian melangkah naik ke atas kamar, langkahnya awalnya terasa ringan, namun terasa berat, setelah mendengar penuran.

"Wulan! Adam itu saudara kita! Dia juga kakakmu, dan hubungan kalian harus berakhir!"

TBC

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now