11

9.1K 488 6
                                    

"Lo mirip dengan orang yang sangat berarti dalam hidup gue Wulan."

Sial! Mengapa kalimat itu selalu terngiang di kepala Wulan! Percayalah sejak sore tadi  ia pulang dari rumah Adam, hanya kalimat itu yang memenuhi pikirannya sampai sekarang.

Siapa orang yang dimaksud Adam?

Apa dia hanya sebagai pengganti?

Apa orang itu begitu penting?

Apa yang terjadi jika orang itu kembali?

Apa Adam akan tetap menahannya seperti sekarang?

"Aha!" Seketika Wulan bangkit dari posisi berbaringnya. "Kenapa gue harus sedih?! Ini kesempatan gue buat lepas dari Adam! Yah! Gue harus cari tahu siapa orang yang dimaksud oleh Adam, supaya gue bisa lepas dari Adam!" monolog Wulan pada dirinya sendiri.

"Tapi gimana gue cari tahu-nya coba?!" Wulan yang semula senyum kini terlihat kecewa, memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa mencari tahu siapa orang itu, kan tidak mungkin jika ia langsung menanyakannya pada Adam? Sangat-sangat tak mungkin!

Wulan berpikir sejenak, apakah ia harus menyusun strategi? Agar bisa memecahkan masalah, siapa sebenarnya orang yang dimaksud Adam.

"Kak Ana?" Wulan kembali bermonolog. "Yah! Gue harus cari tahu lewat kak Ana! Dia kan kakaknya Adam, pasti dia tahu siapa orang itu,"

Drttt...Drttt.

Getaran pada ponselnya, membuat pikiran Wulan teralihkan.

Melihat nama yang menelponya membuat Wulan segera mendial tombol hijau.

"Halo, Bin, astaga gue lupa ngabarin lo tadi," Wulan berujar penuh penyesalan pada orang di seberang sana. Ini semua karna ia terlalu memikirkan perkataan Adam, hingga melupakan Bintang.

Jika kalian bertanya, tentang Wulan yang akan mengikuti keinginan Adam agar menjauhi Bintang, maka jawabannya tidak! Tidak semudah itu untuk menjauhi Bintang, Bintang  selalu bersamanya sejak kecil. Dan Wulan tak ingin berjauhan dengan cowok itu, ia sudah terbiasa bersama.

Terdengar helaan napas diseberang sana.

"Gue ada di depan rumah lo!"

"Hah?"

"Cepet bukain gue pintu!"

"Tapi--"

"Cepetan!"

Bentakkan di seberang sana, membuat Wulan tersentak. Seketika kaki Wulan otomatis melangkah sedikit berlari keluar kamarnya, menuruni tangga, untuk membuka pintu utama rumahnya.

Ceklek.

Pintu itu terbuka dan.

Duk.

Tiba-tiba saja tubuh Wulan tersudutkan pada dinding rumahnya.

Cup.

Belum sempat Wulan protes akan tindakan Bintang yang tiba-tiba menyudutkannya pada dinding. Ia sudah dikejutkan dengan Bintang yang mencium bibirnya.

Mata Wulan membulat, pikirannya tiba-tiba kosong, ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ini terlalu cepat, dan tak terduga bagi Wulan. Ini sungguh diluar pikirannya. Apa ia sedang bermimpi sekarang?

***

Setelah mengantar Wulan pulang ke rumahnya--tentunya dengan paksaan gadis itu yang ingin pulang--- Adam kembali ke rumahnya, dan kini tengah duduk di halaman belakang rumahnya.

Tak biasanya Adam seperti ini, daripada harus duduk diam di taman belakang rumahnya, Adam biasanya lebih memilih pergi bersama teman-temannya.

Tapi lihatlah sekarang apa yang dilakukannya? Ia hanya berdiam diri di sana sembari memikirkan Wulan dengan sudut bibirnya yang melengkung ke atas.

Jika ada yang melihatnya pasti akan mengira lelaki itu tak waras. Seperti sekarang, Ana melihat adik tirinya itu dengan tatapan aneh.

"Lo kesambet?" 

Adam menolehkan kepalanya ke arah Ana yang kini ikut duduk di sampingnya pada kursi panjang yang ada di taman belakang rumahnya.

"Ada apa?" Ketus Adam.

"Lo kenapa sih?" Kesal Ana yang mendengar nada ketus dari Adam.

"Gue lagi gak pengen di ganggu!" Ujar Adam bangkit dari duduknya.

Baru saja Adam melangkahkan kakinya, Ana sudah lebih dahulu menahannya.

"Apa ini balasan lo setelah semua yang terjadi?" Sarkas Ana, yang membuat Adam menyunggingkan senyum miring.

Adam berbalik melihat Ana. "Ini setimpal sama apa yang terjadi sama nyokap gue, kakak ku tersayang,"

Ana menggelengkan kepalanya. "Dengan lo permainin perasaan gue?" Ujar Ana tak percaya.

"Lo yang terbawa suasana Ana!"

"Siapa yang gak kebawa suasana dengan sikap lo Adam!"

"Lo seharusnya tahu kalau kita itu saudara tiri! Lo gak bisa sepenuhnya salahin gue perihal masalah ini, gue gak akan pernah ngelakuin itu sama lo, kalau lo gak mancing gue Ana! Lo itu persis kayak nyokap lo yang hancurin hidup nyokap gue!"

"Oh, jadi ini salah gue?! Coba lo bayangin kalau yang gue alamin ini terjadi sama Wulan?! Gimana perasaan lo?!"

"Jangan bawa-bawa Wulan dalam masalah ini!"  Adam berujar dingin penuh penekanan. "Dia gak ada sangkut pautnya dengan ini semua!" Lanjutnya.

"Justru masalah ini berawal dari cewek itu!"

Adam mengerutkan keningnya mendengar penuturan Ana.

"Gue bilang jangan bawa-bawa Wulan!"

"Karna cewek itu lo berubah Adam!"

"Jikapun gak ada Wulan, gue tetap akan berubah sama lo Ana! Berapa kali gue bilang, kalau gue gak ada rasa sama lo, sedikitpun gak ada! Bahkan walaupun kita sudah melakukannya, hati gue bahkan gak ada ruang untuk lo! Gue cuma manfaatin lo, gue sengaja hancurin lo, karna gue benci sama nyokap lo! Karna dia gue harus kehilangan nyokap gue selama-lamanya!"

Plak.

Tbc

Oke iam back. Maapkan jika ada typo. Part ini agak aneh gak sih?

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now