19

6.5K 346 6
                                    

Kekehan Adam, membuat Wulan bingung, apanya yang lucu dari fakta jika keduanya adalah sepupu?

"Apa yang lucu?"

"Lo kalau mau bohong, yang masuk akal dikit!" Adam berujar dingin, membuat Wulan yang mulanya bingung kini menjadi sedikit takut untuk menjelaskan kebenarannya pada Adam.

Tak ada yang membuka suara setelahnya hingga Wulan bangkit berdiri. "Terserah lo mau  anggep gue bohong atau gak, Dam. Tapi ini semua harus berakhir. Jika terus berlanjut, ini akan jadi hubungan yang gak sehat."

Adam yang juga kini sudah berdiri, menatap lekat ke arah Wulan. "Apa ini cara lo, buat ninggalin gue?"

Wulan menggeleng kecil. Wulan menunduk dan meraih telapak tangan Adam, mengelusnya dengan lembut.

"Gue gak akan ninggalin lo Adam," ujarnya kemudian. "Tapi, kita bukan lagi sepasang kekasih, melainkan saudara,"

Adam meremas telapak tangan Wulan yang tadi mengelus tangannya, membuat Wulan meringis. "Jangan buat gue marah Wulan. Lo sama gue aja, baru ketemu, dan gak mungkin jika kita itu sepupu!"

"Gue juga mikirnya gitu Adam. Tapi coba deh lo pikir, kenapa lo bilang kalau gue itu mirip banget sama nyokap lo? Itu mungkin karna nyokap kita saudari kembar,"

"Jangan mengarang cerita!"

"Adam gue gak ngarang cerita! Kita emang sepupu! Berhenti bilang kalau ini semua kebohongan," Wulan berujar sedikit kesal.

"Memangnya kenapa kalau memang kita itu sepupu? Apa lo bakal ninggalin gue?"

"No! Gak akan! Hanya hubungan kita yang berubah Adam, kita bukan lagi sepasang kekasih, melainkan saudara, dan bersikaplah seperti saudara,"

Jujur, Wulan tak akan pernah bisa jika harus berpisah dengan Adam, walau bagaimanapun, ia telah jatuh cinta pada Adam. Namun, kenyataan pahit, harus menamparnya, mengharuskannya menghapus rasa cinta itu.

"Gue gak bisa, lagipula kita hanya sepupu, ibu kita yang bersaudara, bukan orang tua kita yang sama, jadi hubungan kita masih---"

"Stop Adam! Berhenti bersikap kekanakan. Sepertinya lo butuh waktu buat mikirin ini semua dengan baik, gue mau pulang," Wulan melangkah mendekat ke arah pintu kamar, meninggalkan Adam yang masih terdiam.

Wulan meraih kanop pintu dan membukanya.

"Gue anter,"

Langkah Wulan yang hendak melangkah terhenti dan berbalik ke arah Adam. "Oke, terima kasih,"

Wulan kemudian melangkah keluar, dan yang di dapatinya berada di luar hanyalah, Gara, cowok yang sedari tadi memperhatikannya, yang kini tengah fokus dengan benda persegi panjang di tangannya.

Wulan memilih berdiri, dan memperhatikan sudut ruangan apartemen itu, sembari menunggu Adam. Dalam hati Wulan menggerutu mengapa Adam belum keluar juga dari kamarnya.

"Nama gue Gara,"

Di ruangan yang bisa dibilang hanya di isi oleh suara dari televisi itu, Wulan dapat mendengar apa yang dikatakan lelaki bernama Gara itu, yang kini masih menatap layar ponselnya.

Tentu Wulan heran, ingin menyahut, tapi takut dibilang kegeeran, karna lelaki itu tak menatapnya, jika memang ingin berbicara dengannya.

Namun, Wulan seakan mengerti dengan semuanya setelah lelaki bernama Gara itu kembali bersuara.

"Lo pasti, sangat istimewa bagi Adam, sampai-sampai Adam bisa terlihat kacau karna lo," Gara mengalihkan pandangannya dari ponsel dan kini menatap Wulan.

"Gue sepupunya, hm... Gara, gue mau nanya soal Adam,"

Gara mengernyitkan keningnya mendengar penuturan Wulan.

"Lo sepupunya atau kekasihnya?"

"Kedua-duanya!" Adam yang baru saja mengahmpiri Wulan, langsung menyahuti pertanyaan Gara.

Wulan menatap Adam, yang kian mendekat padanya, hingga Adam mencium keningnya dengan lembut.

Membuat Wulan memejamkan matanya, merasakan kehangatan dari perlakuan Adam, coba mereka tidak terikat hubungan darah, Wulan akan merasa sangat senang, bukannya gelisah seperti sekarang ini.

"Wulan milik gue. Jangan coba-coba untuk melakukan hal yang sama padanya, seperti yang lo lakuin sama mainan-mainan gue sebelumnya, karna Wulan tak seperti mereka!" Adam berujar penuh penekanan disetiap kata-katanya membuat Wulan mengernyitkan dahinya bingung.

***

Keheningan. Itulah, yang menyelimuti Wulan dan Adam yang berada di dalam mobil.

Wulan yang sibuk dengan pikirannya. Dan Adam yang fokus pada jalanan di depannya.

"Dam," panggil Wulan pelan.

"Kenapa?" Sahut Adam yang masih fokus dengan jalanan di depannya.

"Bagaimana, kalau kita menjauh dulu satu sama lain?"

Mendengar penuturan Wulan, membuat Adam langsung menepikan mobilnya, yang beruntung jalanan yang mereka lintasi tak begitu ramai.

"Maksud lo apa?" Adam menoleh, menatap Wulan dengan tatapan yang begitu serius.

"Adam, gue cinta sama lo, begitupun sebaliknya. Kalau kita berdua terus seperti ini, rasa itu gak akan hilang,"

Adam mendekatkan wajahnya ke arah Wulan, membuat refleks memundurkan tubuhnya.

"Kenapa menghindar?"

"Gue takut,"

Entah sejak kapan, bulir-bulir air mata mulai mengalir membasahi pipi Wulan.

Gadis itu begitu kacau hari ini, sangat.

Adam yang melihat Wulan yang menangis, membuat napasnya tercekat. Ada rasa sakit di sudut hatinya, melihat Wulan menangis.

"Berhenti menangis Wulan, karna itu percuma kalau lo mau gue ngejauh, karna apapun yang terjadi gue gak akan ngelakuin itu,"

Adam kembali melajukan mobilnya.

Wulan masih menangis. Dan terus menangis. Hingga mobil Adam sampai di depan pagar rumahnya.

Cukup sudah!

Dengan gerakan cepat, yang membuat Wulan terkejut setengah mati.

Adam menarik tengkuk Wulan, dan langsung mencium bibir gadis itu, dengan kasar dan menuntut Wulan agar membalas ciumannya.

Namun, Wulan hanya diam, tak membalas, dan tak juga menolak. Gadis itu kehilangan pikirannya. Ini semua membuatnya seperti orang yang kehilangan arah.


TBC

My Childish Bad BoyWhere stories live. Discover now