0 - Girl Crush

19.5K 2.1K 164
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk pencet tanda bintang di sudut kiri bawah layar ponselmu dan selalu beri dukungan untuk Leobra! Ayaflu!

=== Leobra===

Dering ponsel yang terdengar sayup membuatnya menghentikan langkah dan memilih duduk di salah satu bangku kecil yang ada di teras lobi ZRadio. Angin malam ini cukup kencang, hingga mampu membuat helaian rambut milik gadis itu menari. Belakangan ini suhu udara di Bandung turun beberapa derajat lebih rendah, menandakan musim penghujan hampir tiba.

"Iya, nanti gue ke sana abis siaran, ya." Tangan mungil miliknya bergerak menahan rambut. Sebagian dari rambut yang terlepas dari kuciran benar-benar membuat wajah gatal, apalagi didukung dengan semilir angin lembut saat ini.

Gadis itu tampak berpikir saat mendengar balasan dari lawan bicaranya di ponsel. "Oh, baru mau lewat Cikarang. Berarti sekitar dua jam lagi baru sampe sini?"

"Benadra!" Seruan dari lelaki berambut keriting yang baru saja turun dari motor membuat Benadra menoleh dan melambaikan tangan sambil tersenyum lebar. "Enggak siap-siap siaran?" tanya lelaki itu.

"Bentar," ujar Benadra sebelum kembali sibuk dengan panggilan telepon. "Hm. Iya. Gue matiin ya, mau prepare siaran." Benadra memutuskan panggilan telepon sebelum berdiri dan melangkah penuh semangat menyusul lelaki berambut ikal yang memanggilnya tadi. "Tumben mepet, Bang, sampenya."

"Iya, tadi di kafe rada rame soalnya. Pegawai gue pada rempong semua." Lelaki itu menjawab singkat sembari melirik sekilas wajah Benadra.

"Bang Fikri kok ribet banget, sih. Gue kalo udah punya kafe sendiri, apalagi rame, kayanya bakal berhenti siaran aja. Enak, 'kan, tinggal nongkrong di kafe, kuliah, nongkrong, kuliah, gitu doang hidupnya."

Fikri terkekeh, sebelum bergerak untuk mengacak rambut Benadra pelan, membuat gadis itu menatap jengkel. Ikat rambut miliknya sudah melorot akibat ulah tangan lelaki itu. "Bang Fikri! Gue unyeng-unyeng, nih! Kan berantakan jadinya," ujar Benadra seraya mengucir rambut kembali.

"Gemes banget soalnya tiap ngeliat lo." Fikri tersenyum sambil menatap Benadra yang terus menggerutu. Kalau saja Fikri tidak ingat Benadra pernah menolak perasaannya, pasti Fikri sudah mendekap dan mengacak rambut gadis itu hingga ia puas. "Masuk ruang siaran sana. Kita mulai tiga menit lagi. Nanti biar gue yang prepare di depan."

Benadra mengembuskan napas jengkel sebelum melangkah masuk ke ruang siaran. Naskah yang sudah ia buat diletakkan di atas meja, lalu mengacungkan jempol pada Fikri, pertanda ia sudah siap memulai siaran. Lampu merah yang berada di atas kaca jendela ruangan kaca itu berubah menjadi hijau.

"Hai! Selamat sore menjelang malam Zlisterners! Balik lagi bareng gue, Ben, di Fortune Teller ZRadio 96.9 FM! Jam-jam segini pasti lagi macet-macetnya, ya, di Bandung. Tapi nggak apa-apa, karena sampai sembilan puluh menit ke depan Ben bakal nemenin kalian semua!

"Jadi, di Fortune Teller kali ini Ben bakal kasih tau kira-kira gimana, sih, ramalan zodiak buat Zlisteners untuk seminggu ke depan. Kita bakal mulai dari leo! Hm ... buat para leo, di minggu ini asmara mereka lagi bersinar terang-terangnya. Kemungkinan besar zodiak dengan lambang kepala singa ini bisa ketemu dengan si dia yang dicari selama ini. Wah, asik banget, ya? Tapi, kalo udah dapet jangan disia-siain, nih. Karena kadang kita suka sia-siain yang di depan mata dan terlalu sibuk mengejar yang jauh aja.

"Selain itu, zodiak yang berapi-api ini harus usaha buat melepaskan rasa egois dan emosi berlebihannya nih, Zlisteners. Karena hubungan yang diisi dengan kecemburuan, posesif, bahkan emosi berlebihan itu gak baik buat kedepannya. Semangat nih buat leo! Dan buat mencerahkan mood kita di sore ini, Ben bakal puterin Girl Crush dari Little Big Town!"

***

Bara menggerakkan lehernya, penat. Macet di tol laknat ini tak akan pernah usai. Sejak dua jam yang lalu ia terjebak dalam lautan kendaraan. Kalau bukan karena Bara sudah rindu untuk pulang ke Bandung setelah merasakan padatnya perkuliahan di Jakarta, ia tak akan seniat ini.

"Gue buka kaca aja, ya, mau ngerokok dulu. Pegel banget, macetnya nggak abis-abis." Bara meminta ijin pada lelaki yang duduk di bangku penumpang. Tangannya meraih kotak rokok yang ia letakkan di penyimpanan dekat persneling mobil.

Lelaki yang duduk di kursi penumpang mendecak sebal. "Gue udah kesemutan ini. Mana koper lo pake acara diselip di sini lagi." Ia menghentakkan kaki ke koper Bara yang ditaruh di ruang kakinya. "Untung aja nggak pake acara kebelet ke kamar mandi ini di tengah tol, bisa gawat."

"Ya maaf, Qoi. Lo tau, 'kan seberapa penuh barang di belakang, mana muat lagi sama koper gue." Bara meniupkan asap rokoknya. "Lagian lo ngapain ikut, dah, tumben."

"Gue mau ketemu temen. Nyokap gue kirimin strudel buat dia."

"Cewek?" Bara melirik Qori sekilas dan melihat lelaki itu mengangguk. "Bukan gebetan?" Sekarang lelaki itu meniupkan asap rokoknya pada Qori.

"Bukan—ah, sialan." Qori mengibaskan tangan dan membuka jendela lebar-lebar untuk menghilangkan bau pekat dari asap rokok. Sementara Bara tertawa puas.

Langit sudah menggelap kala Bara memarkirkan mobil kecilnya di depan salah satu kedai kopi di Bandung. Binar cahaya dari kendaraan yang berlalu-lalang kini meramaikan indra pengelihatan Bara. Lelaki itu lebih memilih untuk duduk di teras kedai seraya menikmati rokoknya, sementara Qori lebih memilih untuk bermain game dengan nyaman di dalam ruangan kedai.

Sebuah ojek daring yang berhenti di depan kedai itu menyita perhatian Bara. Seorang gadis nampak turun dengan hati-hati dari atas motor, sebelum melepas helm dan memperlihatkan senyum manis kepada sang pengemudi ojek daring.

Tanpa sadar, Bara tersenyum. "Manis." Ia setengah berbisik kala melihat wajah gadis itu dari samping.

Netra Bara mengikuti setiap langkah yang diambil oleh gadis itu. Senyum milik Bara semakin lebar kala melihat gadis itu berhenti sesaat di depan pintu kaca, sekarang untuk merapikan rambut yang berantakan dan tersenyum lebar.

"Memang cantik." Bara tersenyum geli. Ia mengalihkan pandang tepat setelah melihat gadis itu melangkah masuk ke dalam kedai, menghisap rokok sebentar, lalu membuang lintingan itu ke asbak. Kemudian lelaki itu berdiri, melangkah masuk ke dalam kedai untuk menyusul Qori.

Bara melihat Qori yang mengangkat tangan untuk memanggilnya, membuat ia mempercepat langkah menuju meja Qori. Namun, langkahnya terhenti kala melihat gadis yang ia lihat tadi duduk di samping Qori. Gadis yang tadi, sekarang tengah tersenyum lebar ke arah Bara.

"Nah, ini Bara. Temen yang nebengin gue ke Bandung, Be." Qori mengenalkan Bara pada gadis itu.

Bara terdiam sejenak, degup jantungnya meningkat dan dia bisa merasakan pipinya memanas.

Harus keren, harus keren.

"Bara." Bara mengeluarkan senyum natural, berusaha terlihat sempurna. Ia mengulurkan tangan kepada gadis itu.

"Benadra." Gadis itu membalas uluran tangannya.

Waktu Bara seakan berhenti sesaat. Strateginya untuk terlihat keren malah menguap seketika. Akalnya tiba-tiba kosong saat Benadra menyentuhnya dan mengeluarkan suara alto yang enak didengar oleh telinga Bara.

Dan di detik itu Bara percaya, mungkin setelah ini hatinya akan segera menurunkan jangkar.

Lord knows I've tried,

I can't get her off my mind

***

Lagu : Girl Crush - Little Big Town

Leobra ✔️Where stories live. Discover now