6 - Fallin' All in You

6.2K 803 67
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk pencet tanda bintang di sudut kiri bawah layar ponselmu dan selalu beri dukungan untuk Leobra! Ayaflu!

=== Leobra===

Bara menatap Benadra jengkel. Tangannya bergerak menopang dagu, mendorong pipi tirusnya hingga sedikit menabrak mata. Mata sipit milik lelaki terlihat makin kecil karena melirik Benadra tajam. Tiba-tiba saja ruangan besar tempat nonton bareng itu terasa sempit bagi Bara.

Bara harus menahan emosi karena melihat Benadra yang mengobrol penuh semangat dengan Redza. Bara sendiri bingung, bisa-bisanya Redza yang kaku itu malah berbicara pada Benadra dengan mudah. Mata lelaki itu melebar ketika melihat Benadra dan Redza sedang ber-tos ria karena tim yang mereka unggulkan mencetak gol.

"Ah, elah, nggak usah pegang-pegang!" teriak Bara gusar dan bergerak untuk duduk di antara Redza dan Benadra.

Redza menatap Bara dengan pandangan anehnya. Bingung karena Bara yang tiba-tiba menggeser tempat duduknya. "Lo kenapa?" Redza memandangnya tidak suka.

Bara memberikan pandangan paling tajam dari mata sipitnya itu. Ia mengerang kasar kepada Redza. Persis seperti kucing yang dilarang kawin.

"Bar, sadar malu, Bar. Udah tua." Qori yang duduk di samping Redza berbisik ke arah Bara.

Bara melipat kaki, tangannya ia taruh di atas lutut. "Bodo!"

Benadra memperhatikan Bara yang menekuk wajah. Lelaki itu menekuk sudut bibir ke bawah dengan mata memandang lurus ke depan. Seketika Benadra tertawa, gadis itu menutup mata dengan tangan, sementara pundaknya bergerak naik turun.

"Dih, kesurupan lo." celetuk Qori.

Dengan sigap, tangan Bara melempar botol air mineral tepat ke wajah Qori. "Diem lo!"

Sudut mata Bara melirik Benadra yang masih tertawa dengan gelinya. Sesaat ia menghela napasnya, merasa malu sendiri karena emosinya yang tiba-tiba. Namun, melihat Benadra yang masih menertawainya membuat sisi hati Bara tidak terima. Selucu itukah melihatnya ngambek seperti anak kecil sekarang?

***

"Hati-hati di jalan. Anterin Benadra sampe depan kosannya, terus tungguin dia sampe masuk. Abis itu baru lo pergi," Qori memberi Bara wejangan sebelum laki-laki itu masuk ke mobil.

Bara memutar mata, kesal. Sudah berkali-kali Qori mengulangi wejangannya itu. Kadang, Bara berpikir dia sedang bernegosiasi dengan calon mertuanya.

"Bawel banget, sih. Sana buruan pergi!" Benadra memunculkan kepala dari balik mobil Bara. Sesaat kemudian gadis itu sudah melesat masuk ke dalam mobil.

Bara tertawa melihat tingkah Benadra. "Tuh, anaknya sendiri bilang nggak usah bawel. Gue juga ngerti kali, nggak usah diarahin juga."

Qori menghela napasnya. "Ya udah. Kita nggak apa-apa nih langsung nyelonong masuk rumah lo? Nyokap lo nggak marah?" tanya Qori sambil menerima kunci rumah dari tangan Bara.

"Lo kayak gak pernah maen ke rumah gue aja. Asal lo nggak ribut dan gak berantakin rumah, selow ajalah. Nyokap udah tau kok lo berdua mau nginep. Paling doi sekarang udah tidur." Bara segera melesat masuk ke dalam mobil. "Duluan, ya," ujarnya sebelum menutup pintu mobil.

Bara menjalankan mobil dalam diam. Ekor matanya melirik Benadra yang menghidupkan radio mobil. Gadis itu menyandarkan kepala ke jendela, bibir mungil milik gadis itu bersenandung seirama dengan lagu yang berputar.

"Puas ngeliatin Red?" Mata Bara memicing ke arah Benadra.

Benadra tertawa lalu mengangguk penuh semangat. "Selama ini gue liat instagramnya doang. Ternyata aslinya ... speechless." Benadra tertawa sendiri karena membayangkan wajah Red.

Leobra ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz