4 - Gone Gone Gone

6.3K 872 57
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk pencet tanda bintang di sudut kiri bawah layar ponselmu dan selalu beri dukungan untuk Leobra! Ayaflu!

=== Leobra===

Berkali-kali Benadra menggosok pergelangan tanggan. Berusaha menghilangkan garis-garis kasar yang tertinggal di sana, berharap kalau semua jejak masa lalu yang pernah tercipta bisa terhapus sepenuhnya.

Tangannya gemetar, menyadari kenyataan bahwa sebanyak apapun dia mencoba, maka itu tidak akan pernah hilang. Gadis itu memeluk dirinya sendiri, merapatkan kaki, dan menggosok kedua lengan pelan.

Udah sembuh, Benadra udah sembuh. Jangan balik kesana lagi.

Ia berusaha menarik napas dan mengembuskannya lagi secara teratur. Getaran ponsel yang berada di nakas mengalihkan perhatian, membuat gadis itu mengulurkan tangan untuk mengambil benda itu.

From : Sabara Rafif R.

Lo udah gapapa? Perlu gue buat nemenin lo di sana?

Setelah membaca pesan singkat itu Benadra meletakkan ponsel kembali ke nakas. Ia menghela napas panjang. Batinnya bersyukur Bara bersamanya di hari itu. Kalau saja Bara tidak ada, kemungkinan besar Benadra tidak akan bisa lari dari lelaki gila itu.

Namun, sebagian hatinya juga ragu. Kejadian hari itu membuktikan ia belum bisa sepenuhnya mengubur masa lalu. Bagaimana caranya ia meyakinkan diri untuk melihat lelaki seperti Bara? Apakah sudah seharusnya Benadra mencoba? Belajar melupakan dan mencintai hal baru terdengar mudah untuk dilewati, bukan?

Benadra mengepalkan tangan, memikirkan semua hal tentang Bara yang ada di bayangannya. Ia menyusun sebuah keputusan dan berharap jika itu tak akan salah.

***

"96.9 FM. Balik lagi ke acara Fortune Teller bareng gue, Fikri! Wah dari komentar di twitter, gue bisa membaca kekecewaan pada ZListeners, nih. Kenapa kalian sedih sih, kalo Fikri gantiin Ben? Padahal Fikri akan menghibur kalian dengan suara nan tampan ini. Huft. Di musim hujan seperti sekarang, banyak rumput yang menghijau, namun banyak juga yang melayu. Salah satunya, si Ben. Kita doakan aja ya biar Ben cepat sembuh. ZListeners yang lain juga jangan lupa jaga kesehatan ya! Dan ini dia tembang pertama untuk hari ini, Philips Philips dengan Gone Gone Gone."

Bara mengecilkan suara radio itu. Tangannya mengambil ponsel yang ia letakkan di dashboard mobil. Ia mengecek pesan yang ia kirimkan ke Benadra. Lelaki itu menghela napas, Benadra belum juga membalas pesannya sejak tadi.

Sudah tiga hari sejak terakhir Benadra siaran di ZRadio. Benak Bara terus mengkhawatirkan gadis itu, membuat Bara mengiriminya pesan untuk mengetahui apakah Benadra baik-baik saja. Bara melirik bungkusan makanan yang ia taruh di bangku penumpang. Ia kembali menghela napas, sedetik kemudian ia langsung menghubungi Benadra.

"Iya?"

Bara dapat mendengar suara lemah gadis itu di seberang telepon. "Gue di bawah."

"Ngapain?"

"Gue bawain lo makanan."

"Tunggu bentar. Gue turun."

Bara tersenyum. Ia senang karena Benadra masih menemuinya. Mulanya Bara sempat ragu karena takut gadis itu akan menutup diri.

Ketukan di kaca mobil membuat Bara tersadar dan menurunkan kaca mobil. Ia dapat melihat wajah Benadra yang sedikit pucat, belum lagi mata sembab milik gadis itu terasa mengambil seluruh binar kebahagiaan yang selalu hadir di dalam manik cokelatnya.

"Lo belum makan, 'kan?" tanya Bara yang disambut gadis itu dengan gelengan.

"Lo kenapa jauh-jauh ke sini?"

Bara mengangkat kantung makanannya. "Gue takut lo belum makan, dan tebakan gue bener, 'kan?"

"Makasih, maaf gue malah ngerepotin lo lagi." Benadra mengambil kantung makanan yang diberikan Bara.

"Nggak apa-apa." Bara tersenyum.

Sesaat mereka terdiam. Bara dapat melihat isyarat yang diberikan Benadra, jika gadis itu masih ingin menikmati waktunya sendirian, membuat Bara pamit dan menutup kaca mobil.

Benadra tiba-tiba langsung mengetuk kaca itu. "Turun dulu."

Bara menurut. Ia mematikan mobil dan berjalan ke arah gadis itu. "Udah ngerasa baikan?"

"Sedikit?" ujar Benadra sambil mengangkat tangan, mendekatkan jempol dan telunjuknya.

Bara menarik jari gadis itu, membuat jarak di antara jempol dan telunjuk Benadra. "Dikit banget, banyakin dong."

Gadis itu tertawa, kaget dengan kalimat ajaib yang bisa Bara keluarkan dengan mudah. Bara mengikutinya berjalan dan duduk di teras depan kos Benadra. Gadis itu membuka kantung makanan dan mengeluarkan kotak nasi goreng yang ada di dalamnya.

"Tau dari mana lo nasi goreng langganan gue?" Benadra menatap kotak nasi goreng itu sambil tersenyum lebar, sebagian dirinya sedikit berusaha terlihat senang dan sebagiannya lagi sudah terperangkap dalam nyaman.

"Gue wawancara semua abang nasi goreng se-Bandung. Gue tanya siapa yang punya langganan cewek manis yang jadi penyiar radio." Bara tertawa, menertawakan dirinya yang telah mengeluarkan gombalan tak bermutu cap kadal buntung yang baru mati kemarin sore.

"Ngaco lo." Benadra terkekeh. Sejujurnya, gadis itu sedikit senang dengan keberadaan Bara sekarang. Menurut Benadra, Bara mungkin orang yang terlalu sederhana, atau bahkan kurang peduli untuk mengorek terlalu dalam hal tentang dirinya. Namun, justru itu sisi dari diri Bara yang dapat membuatnya merasa nyaman.

Bara memperhatikan Benadra yang mulai mengunyah nasi goreng. Melihat gadis itu makan dan tersenyum membuat perasaan Bara jauh lebih baik. Bara tahu apa yang ia mau dan Bara yakin yang ia lakukan sekarang bukanlah sebuah kesalahan.

Benadra menutup kotak nasi goreng saat berhasil menghabiskan makanan di dalam sana. Sudut mata Benadra bisa menangkap Bara yang memperhatikannya sejak tadi, dan beberapa kali pula Bara membuang pandangan saat pandangan mereka bertemu.

"Bara," panggil Benadra. "Nggak mau nyerah aja sama gue?"

Bara menaikkan alis. "Kenapa?"

Benadra menatap bungkusan nasi gorengnya yang sudah kosong, tak berani menatap Bara secara langsung. "Mungkin, bukan gue orang yang lo mau dan gue nggak bisa jadi seperti itu."

Give me reasons to believe,

That you would do the same for me

And I would do it for you

***

Lagu : Philip Philips - Gone Gone Gone

Leobra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang