20 - Cerita Daun dan Bumi (2)

3.7K 484 48
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk pencet tanda bintang di sudut kiri bawah layar ponselmu dan selalu beri dukungan untuk Leobra! Ayaflu!

(13+)

=== Leobra===

"Oh, jadi ternyata dia ini pacar lo?"

Mungkin ini hanya terkaan Bara saja, tapi ia rasa lelaki yang bernama Fikri itu benar-benar sedang mengintimidasinya. Entah karena naluri seorang bos yang mencari pegawai baru atau karena alasan lain, yang jelas Bara merasa ia sedang diseleksi dengan cara yang paling keji. Ia ditatap dengan pandangan dingin, seolah ingin menilai Bara luar dan dalam.

Bara dapat melihat Benadra yang duduk di sampingnya mengangguk pelan sambil tertawa kecil, membuat tatapan tajam milik Fikri berubah. Bara mengerjap beberapa kali, perasaannya mulai tidak enak sekarang.

"Gue ke toilet dulu, ya, ada panggilan bisnis." Benadra menundukkan kepala sekilas untuk pamit, membuat Bara membelalak seolah berkata 'jangan tinggalin gue.'

Fikri bedeham kecil, berusaha kembali menetralkan suasana. "Lo nggak usah kaku, Bar. Selow aja."

"Ah ... iya." Bara kembali memperhatikan lelaki berambut keriting itu. Bara tahu umur dia dan Fikri tidak beda jauh, hanya terpaut lima tahun. Sayangnya, tatapan tajam lelaki itu saat mengetahui Bara dan Benadra berpacaran membuat mental Bara terasa menciut seketika. Rasanya mirip seperti bertemu calon mertua, atau mungkin Fikri hanya mencoba menilai kinerjanya sebagai calon pegawai baru. Entahlah, yang jelas perasaan Bara tidak enak. 

Bara menggaruk tengkuknya, berusaha memulai interaksi untuk menghilangkan rasa canggung. "Anyway, Bang, lo kok masih kerja di ZRadio? Padahal lo udah punya kafe sekeren ini. Emang lo nggak capek?"

Fikri tertawa. "Beda tujuan sih antara kafe sama ZRadio. Yang dikejer juga beda."

"Oh, kalo di radio lebih ke hobi gitu ya? Biar nggak jenuh?"

"Enggak. Awalnya buat PDKT sama Benadra."

Pupil mata Bara melebar, rasanya ia baru mendapat sengatan listrik yang cukup menyengat.

Tailah, jir. Pantes perasaan gue nggak enak.

Bara menggigit bibir sebelum tertawa lebar, tawa penuh kecanggungan tentunya. Lelaki itu tidak punya pilihan selain menelan cemburunya bulat-bulat. Saat ini ia butuh part-time job.

"Dulu Benadra sering nongkrong di sini. Sampe akhirnya gue tau dia part-time jadi penyiar di ZRadio dan gue mutusin buat ikut ke sana biar bisa kenal sama dia. Goblok, 'kan, ya?"

Bara tidak tahu apa dia pantas untuk tertawa saat ini. Namun lelaki yang duduk di depannya itu benar-benar membuat Bara salah tingkah. Bara hanya diam, bingung harus memberi respon seperti apa. Kalau sampai salah, calon pekerjaan Bara-lah yang akan melayang.

"Sayangnya, itu nggak berjalan mulus. Benadra udah nolak gue dua kali." Lelaki itu terlihat berpikir sebentar. "Tiga kali kalo sama penolakan yang nggak disengaja. Dia malah bilang kalo dia nolak gue karena debuan kalo naik motor."

Kali ini Bara tidak bisa menahan tawanya lagi. Debuan? Yang benar saja. Bara tak menyangka otak Benadra akan sebuntu itu. "Lo nggak lagi bohong kan?" tanya Bara di sela tawanya.

"Percaya nggak percaya, pacar lo emang seaneh itu. Sebenernya agak kesel waktu liat tipe Benadra itu ternyata lo." Fikri menyadari perubahan wajah Bara yang mulai sedikit tersulut emosi, membuat Fikri meledakkan tawanya. "Tapi gue yakin Benadra pasti milih dengan hati-hati. Sebenernya gue ngomong gini biar kita lebih paham satu sama lain aja, jadi kerjanya bisa lebih profesional kedepannya. Ya biar kita saling tahu perasaan masing-masing."

Leobra ✔️Where stories live. Discover now