26 - The Blower's Daughter (1)

3.7K 499 54
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk pencet tanda bintang di sudut kiri bawah layar ponselmu dan selalu beri dukungan untuk Leobra! Ayaflu!

=== Leobra===

"Mama!"

Benadra menghambur ke pelukan Ria, ibu Benadra. Penat yang ia rasakan selama lebih dari lima belas jam di kereta luruh begitu saja ketika melihat Ria menyambutnya sambil tersenyum lebar di pintu kedatangan.

Ria memeluk Benadra erat, melepaskannya kembali, dan menatap Benadra lekat. Ia memperhatikan wajah pucat Benadra yang tersenyum lebar, sebelum pandangannya jatuh pada tubuh Benadra yang di balut jaket kebesaran dan celana training yang tampak longgar. "Selama di Bandung kamu gak pernah makan?"

"Makan terus kok," gerutu Benadra. Gadis itu menekuk sudut bibirnya ke bawah.

"Terus, ini kenapa jadi begini?" Ria mengarahkan tangannya untuk mencubit pinggang Benadra dan membuat gadis itu mengaduh. "Tipis banget kaya triplek."

"Ma, sakit. Kenapa sih anak baru pulang langsung dicubit?" Tangan kiri gadis itu menarik koper sementara tangan kanannya beralih menggandeng tangan ibunya. "Nanti kalo aku pulang-pulang buncit, aku malah diusir lagi ke Bandung kan gawat."

"Kamu ini, ngomong kok sembarangan."

Benadra tertawa kecil saat mendengar Ria menggerutu. Gadis itu menyandarkan kepalanya ke bahu wanita paruh baya itu. "Ma, aku lapar. Di rumah rame gak? Ben pengen Mama masakin semur daging. Tapi kalo di rumah rame, jangan dulu ah, nanti pada judes."

Ria tersenyum penuh arti. Wanita itu paham pada perasaan Benadra. Anaknya itu selalu menjadi bahan pembicaraan saudara-saudaranya bila mereka ada di rumah. Meski yang sebenarnya tinggal di rumah itu adalah Ria dan nenek Benadra, tapi terkadang keluarga yang lain tetap datang berkunjung. Selama nenek masih hidup, mungkin akan selalu seperti itu, karena nenek adalah tempat anak-anaknya mengadu nasib.

Bukan Ria tidak menyayangi Benadra hingga membuat putri semata wayangnya itu merantau sendirian di Bandung, tapi kondisi nenek yang membuat Ria tetap harus bertahan. Karena tidak ada saudaranya yang ingin merawat nenek setiap hari. Bila Ria tidak ada, maka mungkin nenek akan didaftarkan pada sebuah panti jompo. Ah, mungkin tidak, saudaranya pasti akan menjaga nenek selama paling lama satu bulan sebelum saling melempar tanggung jawab.

Kadang Ria sendiri tidak mengerti, apa hal yang sulit dari merawat satu orang tua, terlebih itu adalah ibu. Padahal, jika saudara-saudaranya sedang kesulitan —terutama di bidang finansial, nenek adalah tempat favorit mereka untuk mengadu, dan meminta beberapa lembar rupiah tentunya. Kadang Ria kesal, kondisinya sebagai seorang janda kadang dipandang sebelah mata hingga membuat saudara-saudaranya memperlakukannya dengan tidak baik. Bukan hanya pada Ria, tapi juga pada Benadra. Benadra yang notabenenya satu-satunya cucu yang selalu berada di rumah nenek membuat para saudaranya iri dan menganggap Benadra hanya menghabiskan uang nenek saja. Terlebih lagi kondisi Benadra yang pernah mendapatkan perlakuan tidak pantas ketika masih kecil seolah menjadi alasan untuk lebih mempersekusi gadis itu.

Bukan Ria tidak ingin marah, ia ingin, amat sangat ingin, tapi kondisinya belum mengijinkan. Apa yang akan terjadi pada nenek kalau Ria dan Benadra berteriak hingga berkelahi hanya untuk membela diri?

Kadang Ria merasa gagal menjadi orang tua, terlebih lagi ketika melihat Benadra yang bersikeras menghidupi diri sendiri dan tinggal terpisah dengannya. Namun, untuk saat ini memang seperti itu kondisinya. Ria bersyukur Benadra adalah anak yang kuat dan mampu melalui semuanya dengan baik. Ria hanya hidup dan bertahan agar anak gadisnya bisa lebih kuat lagi, dan begitu pula Benadra yang selalu menyemangatinya dan membuat hatinya lebih luas lagi.

Leobra ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora