Lima : Petir

3.2K 262 7
                                    

Setelah kejadian di sekolah, Kurama dan Naruto harus menghadapi hukuman Kushina ketika keduanya sampai di rumah. Kushina mengaku mendapat laporan kenakalan mereka dari Iruka. Ia bahkan menghukum kedua nya untuk membersihkan rumput halaman belakang kediaman Namikaze yang luasnya 'Luar binasa'



Mereka memerlukan waktu 2 setengah jam untuk membersihkan semua rumput di halaman belakang. Naruto terlihat merebahkan diri di teras setelah lelah membersihkan, disusul Kurama beberapa menit kemudian. Mereka berdua terlihat begitu lelah, apalagi untuk Naruto. Huh, padahal bagiannya sudah kukerjakan sepertiganya, ejek Kurama dalam hatinya.



Saat membersihkan halaman tersebut, mereka berdua memang harus menghadapi beberapa cobaan, seperti munculnya Kupu kupu yang menarik perhatian Naruto, Kakashi yang lewat dengan sekarung Apel merah menggoda, maupun Sasuke dan Itachi- kakak Sasuke yang muncul secara tiba tiba dari jendela rumah mereka, yang sialnya berada tepat disamping rumah kedua Namikaze ini.



Kemunculan Sasuke yang berwajah datar sudah cukup menguras kesabaran Naruto. Lalu tiba tiba Itachi yang merupakan rival Kurama lewat dan ikut mengolok mereka hingga akhirnya pertempuran menggunakan selang air tidak dapat dihindarkan.



Tak hanya itu, Kushina bahkan memergoki mereka berdua saat mereka dengan kompak mengarahkan selang itu pada Uchiha bersuadara- yang mana mereka kembali mendapat ocehan menyakitkan untuk telinga mereka dari Kushina.

.

.

.

.

Sebenarnya dari tadi pagi hingga siang, Naruto tidak merasakan firasat apapun. Ia bahkan bisa tertidur dengan pulas pasca hukumannya dengan Kurama.



Sekarang ini sudah menunjukan pukul 23.45. Hanya tinggal 15 menit sebelum tengah malam dan langit benar benar menyembunyikan kilau kilau bintangnya dengan baik. Naruto bergerak resah dikasur saat langit semakin gelap. Benar benar gelap hingga membuatnya begitu ketakutan.



ZRESSSS



Naruto masih berusaha memejamkan matanya saat secara tiba tiba Hujan turun dengan sangat deras. Ia merubah posisinya menjadi meringkuk dengan bantal sebagai penutup telinga dan mata yang terpejam erat. Matanya melirik takut takut pintu yang memisahkan kamarnya dengan kamar Kurama.



"Kurama..." Cicit Naruto pelan, berusaha memanggil kakaknya itu. Ia baru saja berdiri untuk menggapai pintu itu sampai-



JEDEERRR




"HYAAA!!!" Naruto kembali meloncat ke kasurnya dan menutup telinga nya. Benar, gadis berumur 7 tahun itu sangat takut dengan suara menggelegar petir yang terus bersahutan di luar sana. Ibu dan ayahnya pergi untuk menghadiri sebuah acara, dimana mereka baru saja pergi saat waktu menunjukan pukul 7 malam tadi. Ia hanya bersama Kurama sekarang. Dan sialnya lagi Naruto tahu kalau kakaknya ini jika sudah tertidur maka tak ada bedanya dengan orang koma- bernafas namun tak terusik.




Naruto semakin menenggelamkan wajahnya di bantal ketika merasakan jendela balkon nya terbuka dengan suara deritan kecil, diikuti langkah kaki terseret yang menuju ke arahnya. Beberapa detik kemudian, Naruto kembali menjerit kencang saat merasa ada yang menyentuh bahunya.



"HUAAAAAA MAMA!!!"




"Sstt, kau benar benar berisik, Dobe." Naruto mengangkat wajahnya dan menoleh ke belakang, dimana Sasuke berdiri dengan tampang mengerikan. Anak yang masih berumur 7 tahun itu mengucek pelan mata kiri nya. Baju piyama berwarna biru gelapnya sedikit berantakan dan rambut bergaya pantat ayamnya itu bahkan lebih menyerupai pantat merak (?) sekarang.




Naruto tanpa segan menerjang Sasuke. Dalam hati sebenarnya dia mengucap syukur karna sahabatnya yang satu ini peka sekali terhadap sekitarnya. "Temee hueee! Aku takut aku takut."




Sasuke menatap kepala Naruto yang berada di bahunya. Pelukan Naruto benar benar kuat, tak main main. Suara keras petir kembali menyambar dan Sasuke bisa merasakan pelukan Naruto semakin kuat, dimana hal itu membuatnya merasa agak sesak.




"Tenang, dobe. Kau tidak akan dimakan oleh petir." Hibur Sasuke dengan suara datar. Kedua tangannya naik untuk mengusap usap punggung sang Sahabat yang begitu takut dengan petir. Tubuh Naruto berangsur angsur menjadi lebih rileks, walaupun tangannya tetap memeluk erat Sasuke.




"Terima kasih, Sasuke. Oh ya, bagaimana kau bisa tahu kalau aku sedang ketakutan?" Tanya Naruto dengan ingus dimana mana yang membuat Sasuke mendengus jijik sambil tangannya meraih tisu yang ada di atas nakas lalu berkata "Jeritanmu bahkan bisa membuat dunia bergetar. Nih, seka dulu ingusmu, dasar perempuan jorok."




Naruto meraih tisu itu dan menghembuskan semua ingusnya dengan kuat. Dalam hati sebenarnya dia sedikit kesal dengan ungkapan Sasuke yang barusan mengatakan kalau jeritannya bisa menggetarkan semua. Namun semua itu ia tahan karna ia juga menyadari, hal itu memang 'sedikit' benar. Sedikit, setidaknya hanya rumahnya saja yang mungkin bergetar.




Dan keduanya menghabiskan sisa malam dengan tidur bersama diatas ranjang yang sama dan dibawah selimut yang sama. Bahkan mereka saling berbagi kehangatan dengan pelukan erat.




Kushina dan Minato baru saja pulang ketika waktu menunjukan pukul 2 malam. Mereka terkejut ketika menemukan mereka berdua sedang dalam posisi 'mesra' saat ini. Dengan gemas ia memfoto mereka berdua dan besoknya ia bahkan memamerkan foto foto itu pada Mikoto yang hanya bisa merengut Iri.




To Be Continued



Naruto itu takut petir XD setidaknya begitu di cerita ini #BacaSkripsi

Makin Gak Jelas? Hehehe otak saya mentok, udah gak bisa mikir lagi. Jadi mohon maap kalau hasilnya sedikit / sangat mengecewakan #Nunduk

Kali ini moment mereka udah agak banyak, kan? Oh ya, mau spoiler dong. Moment mereka bakalan 'merajalela' (Pfft bahasa apaan nih?) pas mereka udah makin gede, sekitar dijaman High School yeeyyy #TiupTerompet

Sekian, semoga kalian suka ya.

Salam hangat,
         .Lavender Joo

[✓] Teme & Dobe Forever ▶SFNWhere stories live. Discover now