Sembilan : Sakit

2.8K 245 18
                                    

"Kurama, tolong jaga Naruto sebentar. Ibu akan membeli obat." Kurama memberikan sikap hormat sebelum akhirnya bocah berumur 9 tahun itu berlari ke kamar adiknya- Naruto di lantai 2.



Hari ini Naruto si Hiperaktif hanya bisa terbaring di atas kasur dengan kompres di kepalanya. Ya, dia demam dan sekarang demamnya semakin parah. Saat ini langit sudah meredup, menandakan malam tiba. Dan ibu mereka Uzumaki Kushina harus pergi untuk membeli obat.




Di atas kasurnya, Naruto terus mengerang kedinginan. Kurama yang melihat hal itu merasa tak tega. Padahal ia sering menjahili Naruto, tapi rasa ke-kakak-annya ikut merasakan sakit saat melihat adik tersayangnya terbaring lemah dan menggigil seperti itu.




Sasuke yang kamarnya berada di seberang pun rela melompat hanya untuk melihat keadaan sahabat pirangnya ini. Naruto diketahui sudah sakit sejak mereka masih di waktu sekolah. Ia juga yang dipaksa guru Iruka mengantar Naruto pulang karna Naruto terus mengeluh pusing. Tapi dasarnya Naruto memang bebal, dia terus menyangkal saat Kushina mengatakan kalau ia demam.

.

.

.

.

"Dobe." Gumam Sasuke ketika untuk kesekian kalinya Naruto merengek padanya tentang suhu kamar yang terlalu dingin. Padahal Sasuke sendiri sudah merasa seperti berada di Neraka saking kepanasannya dia.




"Teme... Sepertinya waktuku tidak lama lagi."




Mata Sasuke terbelalak mendengar ucapan sahabat pirangnya ini. Apa maksudnya? Sahabat pirangnya ini tak punya riwayat sakit keras, kan?




"Aku benar benar tak tahan, teme..."




"Jangan berkata begitu, dobe." Sasuke memejamkan matanya erat. Ia menahan diri untuk tak mengeluarkan sebutir pun air mata karna ucapan Naruto. Hey! Cuek cuek begitu Sasuke sangat sayang pada Naruto. Dan ia tak cukup bodoh untuk mengetahui maksud dari perkataan Naruto. Memang anak 7 tahun ini begitu jenius.




Dengan kaku, Naruto mengangkat tangan kanannya untuk memukul pelan tangan Sasuke yang tegang. "Kumohon... bilang pada Ibu agar tak memarahiku."



"Aku- benar benar sudah tak kuat."




ZESSSSSS




Sasuke refleks membuka mata saat merasakan kasur tempat Naruto berbaring- sekaligus tempatnya duduk tiba tiba basah dan bau. Ia mengangkat tangan kanannya dengan tatapan blank. Otaknya benar benar tak bisa mengelola apa yang sedang terjadi.



"K-kau..."




"Maaf... Aku kan sudah bilang kalau aku tak tahan." Kali ini Sasuke tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Harus kesal, senang, lega, atau- marah?




"DOBE!!!!"




Harusnya dia tahu, setengah otak Naruto mungkin tertinggal di perut Kushina saat melahirkannya. Benar benar tak terduga. Disaat saat Sasuke sudah berhasil di buat tegang, ternyata- dia tak tahan untuk tak mengompol.





Kurama yang baru saja selesai mengecek bubur di dapur bahkan langsung berlari naik ketika mendengar teriakan Sasuke yang dirasanya bisa merobohkan kediaman Namikaze ini. "Ada apa?! Apa ada maling?! Dimana?!" Seru nya heboh dengan 2 panci- satu digunakannya sebagai helm dan satu lagi ia pegang di tangan kanannya. Sasuke memandangnya dengan ekspresi datar, begitu juga Naruto. Kurama terkesiap, merasa salah tingkah kemudian kembali turun ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya tadi.




Beberapa menit kemudian, Kushina kembali ke kediaman Namikaze bersama dengan Minato. "Lho? Kok diam semua? Naruto, kau sudah tidak kedinginan?"




"Bagian belakangku terasa hangat, bu...." Sasuke mendelik kemudian berdiri, berusaha menjauh sejauh mungkin dari sahabatnya yang jorok ini.




"Sudah lah, habiskan buburmu lalu minum obat. Awas saja kalau kau ketahuan memuntahkan lagi obatmu." Ancam Kushina seraya menyerahkan semangkuk bubur yanh diserahkan Kurama padanya saat ia akan naik tadi. Naruto memandang bubur itu tanpa minat. Ia benar benar tak suka makanan yang berbentuk seperti lendir itu. Apalagi dengan tambahan 'makhluk' hijau di sekelilingnya, yang sialnya ada sangat banyak.




Kushina turun setelah memberikan obat. Ia harus membersihkan kekacauan yang dilakukan oleh anak sulungnya di dapur. Benar benar merepotkan, desah Kushina lelah.




Sasuke memperhatikan Naruto yang masih memandangi buburnya dengan tatapan tak berminat. Dengan gesit ia merampas mangkuk bubur itu kemudian memasukan satu sendok penuh ke mulut Naruto. Naruto terbelalak kemudian berusaha memuntahkan semua bubur yang tertelan tapi Sasuke cepat membekap mulutnya agar bubur itu tak bisa keluar.




Naruto terus berusaha mengeluarkan bubur itu, dan Sasuke terus berusaha agar Naruto tak berhasil. Mereka seperti bergulat dengan Naruto yang mendorong dorong Sasuke agar tangannya terlepas. Kejadian itu berlangsung cukup lama- padahal mereka baru melakukan satu suapan.




Hingga akhirnya, mereka tak menyangka kejadian ini. Naruto yang memiliki tenaga sangat besar- meskipun perempuan berhasil menginjak kaki Sasuke, membuatnya linglung dan jatuh, disusul Naruto yang terkejut dan tak sempat berpegangan.




Dengan bibir yang bertautan, Naruto sukses mendorong keluar buburnya, dan dengan segala kesialannya Sasuke justru malah menelan bubur tersebut- dengan sangat tidak disengaja.




Iyuh, menjijikan.





To Be Continued



Hayo jujur siapa yang ngebayangin terus ngerasa jijik? 😆 Saya bayanginnya padahal pake 2 rasa lhoo. Rasanya tuh jijik, tapi disisi lain gemes juga bayangin mereka suap suapan #Nosebleed

Berjuang aja ya Sasuke, biar bisa suapin semua buburnya ke mulut Naruto tanpa kejadian ini lagi #Smirk

Gimana gimana? Udah lumayan panjang nih, meskipun chap sebelum ini ada yang lebih panjang. Legaaa #HembusNafas

Oh ya, sekalian ngumumin buat setiap Special Chapter author, itu bakal ada Q&A. Berapapun pertanyaannya bakal saya jawab. Bahkan kalau yang nanya cuma satu, saya jawab juga- beda lagi ceritanya kalau gak ada yang nanya hihi. Jadi jangan sungkan sungkan ya buat bertanya kalau ada yang bikin bingung atau apapun itu pokoknya boleh lah tanya tanya.

Sekian, semoga kalian suka ya.

Salam hangat,
          Lavender Joo

[✓] Teme & Dobe Forever ▶SFNWhere stories live. Discover now