Lima Belas : Liburan pt.3

2.3K 212 4
                                    

Pagi ini begitu cerah. Langit bahkan tak berawan sama sekali, membuat sang surya bisa menampakan cahayanya yang begitu terang. Suhu udara tidak terlalu tinggi tapi cukup hangat untuk mendinginkan hari. Namun sepertinya itu tidak akan mempan pada kedua tokoh utama kita.

.

.

.

.

Pagi ini Naruto, Sasuke dan keluarga memutuskan untuk berkeliling villa, mencoba mencari hal hal yang menarik. Naruto dan Sasuke berjalan bersama. Mereka bahkan berjalan bersebelahan. Ya, hanya tubuh mereka yang bersebelahan. Nyatanya, mereka bahkan enggan untuk saling memandang.



"Wahh~ hari ini cuacanya bagus sekali ya, Kushina."



"Kau benar, Mikoto~ eh, tapi sepertinya aku bisa merasakan hawa suram disekitar sini."



"Hahaha, benarkah? Kira kira hawa suram itu datang dari mana ya?~"



"Entahlah~ mungkin dari masa depan?"



Mereka bahkan mengacuhkan kedua ibu yang terus menggoda mereka. Sesekali mereka akan saling melirik dengan hawa perselisihan sebelum kembali memalingkan muka.



"Ibu! Aku menemukan seekor rubah!" Teriak Kurama tiba tiba dari arah depan. Naruto yang mendengar kata 'rubah' langsung berlari cepat menghampiri sang kakak- bahkan jika ada, mungkin telinga imajinernya sudah berdiri dengan tegak semenjak Kurama menyebutkan hewan kesukaannya itu. "Mana rubahnya?!"



Kurama menunjuk nunjuk kedalam semak semak, dimana seekor rubah kecil berwarna oranye terlihat dengan jelas dari arah mereka. Naruto mengulurkan tangannya mencoba mengelus sang rubah tapi langsung ditepis oleh Kurama. "Jangan, dia takut padamu bodoh!"



"Yaaah~ aku kan mau memegangnya."



"Tidak. Nanti dia lari."



"Ish, tapi dia sangat lucu. Bahkan dia berwarna oranye- seperti Kyuubi."



"Kalau dibilang tidak, berarti tidak."




"Hoaamm~ kalian berisik sekali." Kakak adik yang sedang berdebat itu menoleh kepada si oknum pelerai kemudian dengan kompak berkata.




"Diam kau, keriput!"




"Kak Itachi diam saja!"




Itachi- yang dipanggil Keriput langsung pundung dipojokan. Sasuke yang melihatnya hanya mendengus geli dengan tingkah tak Uchiha yang mendarah daging pada Itachi. Mata berwarna hitam kelamnya memandangi si Kakak adik Namikaze yang kembali berdebat tak jelas. Dalam hati ia menghela nafas. Untung saja keluargaku tak seberisik mereka, batinnya lega.




"Kalian kekanakan" desis Sasuke sambil berjalan santai bersama ibu nya, meninggalkan Naruto dan Kurama- serta Itachi jauh dibelakang yang ikut berlari mengejar rombongan mereka.

.

.

.

.

"Wah~ udaranya segar sekali!!" Teriak Naruto sambil merentangkan kedua tangannya membiarkan angin menghembus kencang menerpa tubuhnya. Mereka sampai disini beberapa saat yang lalu. Minato dan Fugaku menggelar alas untuk mereka duduk dan bersantai. Mikoto dan Kushina sibuk membicarakan berbagai hal. Itachi sedang duduk diam sambil membaca sebuah buku dengan bernaung pohon rindang yang diatasnya ada Kurama yang sedang tidur. Sasuke, tak ada yang tahu kemana anak itu pergi.



"Naruto, jangan berlari terlalu jauh!" Naruto mengacuhkan perkataan ayahnya dan terus belari ke sana kemari. Terkadang ia akan mengejar sebuah kupu kupu yang cantik, ataupun memetik bunga bunga indah disana.



"Apa yang kau lakukan?" Naruto menoleh ke belakang dimana Sasuke berbicara padanya. "Aku tak tahu kalah kau tuli, dobe."



Naruto menggelengkan kepalanya kemudian mendelik "Suka suka ku dong." Ucapnya acuh tak acuh- jangan lupa, mereka kan sedang perang dingin. Sasuke mengendikan bahu kemudian menidurkan diri di atas rerumputan hijau. Melihat itu, Naruto ikut menidurkan dirinya tanpa takut baju nya menjadi kotor.



"Langit disini indah sekali. Pasti seru kalau ke sini malam malam." Bisik Naruto penuh kagum dengan mata berbinar memandangi langit yang sebiru matanya.



"Memang. Disini bagus kalau sudah malam." Ujar Sasuke menanggapi. Suasana hening beberapa saat, sampai suara Sasuke memecahnya. "Ini tempat favoriteku setiap berlibur ke sini." Naruto menoleh ke arah Sasuke kemudian mendengus dan kembali mengalihkan pandangannya. "Aku tak bertanya."




"Aku hanya memberitahu." Balas Sasuke dengan nada datar khasnya. Naruto menoleh- lagi ke arah Sasuke. Ia menggigit bibir bawahnya keras sebelum berkata dengan berbisik. "Maaf- untuk kejadian tadi pagi."




Sasuke berdecak kemudian membalas. "Ya, kau memang harus meminta maaf." Naruto mendelik kemudian berseru protes. "Ya siapa suruh kau membuatku terkejut!"




"Jadi, kau tak marah lagi kan, teme?"




"Hn."




"Ck, kuanggap itu sebagai persetujuan."




"Aku tak bilang kalau aku setuju."




"Tidak, kau baru saja mengatakannya."




"Kapan?"




"Baru saja kau mengatakan 'Aku tak bilang kalau aku setuju' nah kau kan mengatakan kata 'aku setuju'."



"Dasar tidak jelas."



"Hey!"





To Be Continued




Haloo~ ada kah yang kangen dengan saya? #PuppyEyes

Chap kali ini agak gaje ya? Hehe, emang disengaja seperti ini dulu. Buat alasan mereka bisa sampai marahan gitu, gak bakal dibahas sekarang. Kalian harus nyoba nemuin sendiri di salah satu chap depan- entah chapter berapa tapi yang pasti nanti ada, jadi jangan lupa ikutin ya #Peace

Saya mohon maap yang sebesar besarnya kalo ada kata yang gak pantes atau mungkin menyinggung kalian selama ff ini berjalan. Saya akhir akhir ini jadi sibuk dengan urusan pribadi saya sih jadi kurang fokus #BungkukBadan

Sekian, semoga kalian suka ya.

Salam hangat,
Lavender Joo

[✓] Teme & Dobe Forever ▶SFNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang