6

28.9K 6.4K 2.1K
                                    

Brak!



"CHA JUNHO, KELUAR LO!"

Junho yang sedang makan di ruang makan bersama Mingyu terkejut luar biasa mendengar pintu rumahnya terbuka keras, apalagi ada yang berteriak mencarinya.

Buru-buru mereka bergegas untuk ke depan dan melihat Wonjin sedang mengadahkan kepalanya mencari-cari Junho dengan tatapan marahnya.

"Kak Wonjin, woi gak sopan masuk rumah orang sembarangan!"

Mereka berdua menoleh ke arah Hyungjun yang baru saja datang dan berlari menghampiri Wonjin sambil memarahinya.

"Ini ada apa ya?" Junho memberanikan diri untuk bertanya.

Wonjin dan Hyungjun menoleh. Melihat Junho, Wonjin dengan amarah menggebu-gebu menghampirinya.

"Woi, mana buku itu hah?!"

"Bu-buku apa ya?"

"Jangan pura-pura bego deh, mana death note itu!"

Mingyu menatap Junho kaget. "Lo pemilik death note itu?!"

"Eng-enggak!"

"Lo sendiri yang nunjukin buku itu ke gue, Hyungjun, sama Kak Midam waktu itu! Sekarang mana bukunya?!"

"Wonjin, lo bisa tenang dulu, gak."

"Lo diem deh, Gyu!"

"Gimana gue bisa diem kalo lo dateng-dateng terus teriak-teriak di rumah orang, gak sopan banget sih lo!"

"Ini juga demi kita semua! Urusan gue cuma sama Junho, bukan sama lo!"

"Kak Wonjin, please tenang dulu," bujuk Hyungjun sambil menarik tangan Wonjin untuk mundur.

Wonjin itu hampir tidak pernah marah, tapi sekalinya marah pasti akan seperti ini dan bisa bertindak di luar batas. Karena itu Hyungjun takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Oke gue jujur!" Kata Junho memecah keheningan. "Buku itu gak ada di gue."

Wonjin tambah emosi. "Lo gimana sih?! Kenapa bisa gak ada di lo?!"

"Waktu itu gue berniat bakar buku itu, tapi tiba-tiba ada yang ambil dari gue dan pergi gak tau kemana. Gue minta maaf, gue nyesel gak bisa nemuin orang itu."

Wonjin memijat pelipisnya pusing. "Terus sekarang gimana? Gue gak mau ada korban lagi."

"Coba kita obrolin baik-baik," ucap Mingyu. "Sebelum itu, gue gak mau ya lo emosi lagi, kepala gue sakit denger suara lo yang kenceng itu."

"Apa lo bilang?!"

"BAKSU!"

"Gak usah diperjelas bego!"

Wonjin berjinjit lalu menjitak kepala Mingyu karena kesal, sementara itu yang dijitak mengaduh sakit.

"Kak, gue dapet telpon nih dari Dongpyo," kata Hyungjun sambil mengangkat ponselnya. "Angkat, gak?"

"Angkat aja."

Hyungjun mengangguk lalu menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya ke daun telinga.

"Halo, Pyo. Ada apaan?"

Wonjin, Junho, dan Mingyu diam dan menatap Hyungjun serius.

"A-apa?!"

Hyungjun menurunkan ponselnya, dengan gemetar dia berkata, "K-Kak Hyunbin meninggal."

"HAH?!"

"Ayo ke rumahnya sekarang."









































Seseorang terkekeh melihatnya. "Sekarang, gue mau nulis nama yang ada huruf A nya ah. Kira-kira siapa ya?"






















































Midam memukul motornya dengan keras. "Kalo gue tau sekarang macet, mending besok aja gue ke rumah Dohyun," geramnya.

Tin tin

Midam membunyikan klakson berkali-kali saking kesalnya. Tapi kendaraan tak kunjung bergerak juga, membuatnya kesal setengah mati dan memilih memutar balik arah melewati jalan lain.

"Sepi juga nih jalan, kenapa dari tadi gak begini aja," gumamnya sambil menambah kecepatan motornya.

Di jalan tersebut hanya dia saja yang lewat, kanan dan kiri jalan adalah hutan, jadi wajar saja kalau disana sepi.

Tapi semua itu menguntungkan bagi Midam yang sedang buru-buru, tidak kejebak macet selama lima jam pikirnya.

Midam melajukan motor dengan kencang, namun berhati-hati juga. Karena kalau ada orang, pasti orang itu cuma bisa melihat cahaya lampu motornya, dianya tidak kelihatan karena pakaiannya serba hitam.

Tapi kok ngakak ya.

"Dohyun, gue berharap lo gak seperti apa yang ada di pikiran gue saat ini."

Midam menambah kecepatan motornya lagi, membuat mesin motor terdengar jelas memecah keheningan malam.

Midam fokus menghadap ke depan, namun tak sengaja dia melihat sesuatu di pinggir jalan, terlihat seperti orang sedang berdiri dan melamun.

Midam berniat untuk berhenti dan bertanya pada orang itu, namun kedua matanya sontak membola karena rem motornya mendadak tak berfungsi.

"A-apa-apaan nih?!" Serunya panik.

Rem motor terus dia tekan, tapi motornya tak kunjung pelan.

"K-kok bisa blong sih?!" Ucapnya panik. "Lebih baik gue lompat dari motor daripada nabrak orang."

Midam mengambil nafas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk melompat ke samping.

Tapi, tiba-tiba ada cahaya dari arah kanannya, membuatnya menoleh dengan kedua mata terbuka lebar.

"BERHENTI!"




Brak!




Motor Midam tertabrak, membuatnya terlempar ke samping dan berakhir dirinya yang jatuh ke aspal dengan posisi menghadap aspal.

Sementara itu, tiga orang yang melihat kejadian itu sontak memberhentikan motor mereka dengan terkejut.

"Kak Midam!" Hyungjun, Junho, dan Mingyu terbelalak terkejut.

Motor Midam rusak parah, dan si pemilik motor tidak sadarkan diri dengan kondisi yang lumayan parah.

Tak hanya itu, yang menabrak Midam kini tergeletak tak sadarkan diri juga tak jauh dari Midam, dengan pelipis yang berdarah dan kakinya tertimpa motor.

"Kak Wonjin!"



























Lee MidAm dan HAm Wonjin

Selamatin nyawa mereka atau udahin ya? :)

|1| Death Note | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now