11

22.6K 5.8K 2.6K
                                    

Dengan bulir air mata yang mengalir di pipinya, Dongpyo menundukkan kepala, tak mampu menatap makam Yunseong yang ada di depannya.

Sepuluh menit yang lalu, telah dilaksanakan pemakaman Yunseong yang dihadiri oleh keluarga, kerabat dekat, dan teman-teman dekatnya.

Mereka semua menangis saat pemakaman berlangsung. Tapi kini, hanya tinggal dia seorang di sana, dengan hati yang bergemuruh, tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun.

Dongpyo takut. Selain takut karena nyawanya terancam, dia juga takut kehilangan teman-temannya lagi. Dia takut sekali.

Dia tahu kematian pasti akan datang, tapi kenapa datang dengan cara seperti ini? Kenapa kematian harus datang karena death note itu?

"Kalo lo masih ada, pasti sekarang gue udah ngeledek lo gara-gara muka lo yang lempeng itu, kak. Hhh, gue terlalu bingung sama masalah kita semua sekarang."

Dongpyo menatap foto Yunseong dengan kemeja birunya, kemeja dimana mereka juga teman-temannya yang lain mengikuti ajang survival dua tahun yang lalu.

Dongpyo tersenyum getir, tak menyangka kalau satu persatu teman-temannya pergi meninggalkannya.

"Dongpyo, gue tau lo sedih, tapi jangan terlalu larut dalam kesedihan."

Dongpyo menoleh dan melihat Dohyun berjalan menghampirinya dengan jas hitamnya, juga payung untuk berjaga-jaga karena langit terlihat mendung.

"Gue cuma takut," balas Dongpyo dengan suara serak karena menangis seharian.

Dohyun menghela nafasnya, kemudian menepuk pundak Dongpyo, membuat temannya yang lebih tua darinya itu mendongak menatapnya.

"Kita pasti bisa bakar bukunya, gue yakin, asalkan kita semua kerja sama. Gak mencar-mencar kayak gini."

"Lo bener, gak seharusnya kita sendiri-sendiri kayak gini, kita harus kumpul buat bahas masalah ini dan selesaiin ini secepatnya."

Dohyun tersenyum, begitu juga dengan Dongpyo.

"Tapi sayang, lo juga harus mati sekarang."

Tanpa aba-aba, Dohyun menghantamkan kepala Dongpyo ke pohon di belakangnya.











































"Kerja bagus, Dohyun. Gue gak nyangka lo bakal berguna juga."

"Apa gue bilang, Dohyun bisa dimanfaatin."

"Bagus, berarti Dohyun yang bakal jadi tersangkanya, bukan kita. Haha!"









































Jinwoo terkekeh pelan, lalu cekikikan dengan mata mengarah ke televisi yang sedang menayangkan film kartun kesukaannya, We Bare Bears.

Kenapa dia terus tertawa? Karena menurutnya, ekspresi wajah ketiga tokoh beruang tersebut mirip dengan Yunseong, lempeng.

"Jinwoo, jangan nonton tv terus ah, apalagi jaraknya deket begitu," tegur Wooseok sambil mencabut kabel televisi hingga televisinya mati.

"Ish, Jinwoo masih mau nonton, kak. Nyalain lagi," rengek Jinwoo sambil cemberut.

Wooseok menggeleng tegas. "Kakak gak mau kamu sakit mata, mending main sama Dongpyo atau sama Dohyun aja sana," katanya, tak ingin dibantah.

Jinwoo semakin cemberut. "Punya kakak sepupu kok gini amat," cibirnya kesal.

"Apa kamu bilang?"

"Eng-enggak, Jinwoo berangkat dulu ya. Dadah Kak Wooseok ganteng."

Jinwoo langsung ngacir keluar rumah, membuat Wooseok geleng-geleng kepala melihat tingkat adik sepupu terimutnya itu.

Wooseok mengambil sapu di balik pintu ketika melihat remahan biskuit yang dimakan Jinwoo berantakan di lantai, membuatnya mendengus.

"Untung sepupu gue," gumam Wooseok sabar, lalu menyapu remahan biskuit tersebut.

"Pst, Kak Wooseok."

"Ck, apalagi Jinwoo?" Wooseok berdecak malas.

"Kak, sini deh."

Wooseok berbalik badan dengan kesal ke arah Jinwoo yang terus memanggilnya dari luar. Setelah meletakkan sapunya dengan asal, Wooseok menggampiri Jinwoo.

"Apaan sih, Jinwoo?"

"Kak, itu ada paket," jawab Jinwoo seraya menunjuk sebuah kotak di dekat pintu.

Kotak berwarna hitam yang mencurigakan Jinwoo ambil pelan-pelan lalu memberikannya kepada Wooseok.

"Jinwoo, buang aja deh. Kakak takut isinya bom," suruh Wooseok takut sendiri.

"Gak mungkin lah kak, kalo bom pasti ada bunyinya, bunyi tit tit tit gitu."

Menggemaskan sekali sepupunya yang satu itu.

"Iya iya kakak buka, kamu jangan terlalu deket, takutnya isinya beneran bom."

Jinwoo mencebikkan bibirnya kesal, lalu mundur selangkah.

"Mundur lagi."

Jinwoo mundur selangkah lagi.

"Mundur lagi, Jinwoo."

"Ihh, Jinwoo kan mau liat juga!"

Kekehan kecil keluar dari mulut Wooseok, membuat Jinwoo cemberut dan mendekat lagi kepadanya.

"Buka kak buka!"

Wooseok membuka kotak tersebut, kemudian mengernyit bingung melihat beberapa lembar foto.

"Jinwoo, tolong pegangin kotaknya sebentar."

"Sini kak."

Setelah kotak tersebut berpindah tangan, Wooseok mengangkat empat lebar foto yang mampu membuatnya terkejut luar biasa.

Di foto pertama, terdapat Dongpyo yang berbicara dengan Dohyun. Di foto kedua, Dongpyo tersenyum pada Dohyun, begitu juga sebaliknya. Di foto ketiga, Dohyun menghantamkan kepala Dongpyo ke pohon. Dan di foto keempat, Dongpyo tergeletak tak sadarkan diri dengan kondisi kepala berdarah.

Tangan Wooseok bergetar, foto-foto tersebut jatuh begitu saja ke lantai. Tubuhnya mendadak oleng, namun Jinwoo dengan sigap menahannya.

"Kak Wooseok, Kak Wooseok kenapa?" Tanya Jinwoo panik.

"Jinwoo, ke-kenapa dia tega ngelakuin itu?"

"Kak..."

"Gue gak mau Dohyun dipenjara juga, gue gak mau."

Jinwoo tambah bingung.

Dipenjara juga? Memangnya siapa yang lagi dipenjara?

|1| Death Note | Produce X 101 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang